Beam tidak punya firasat buruk apapun tentang Forth di masa ospek ini. Forth sebagai ketua Ospek, memang bakal semengkhawatirkan apa?
Setidaknya itu sebelum ia mendengar Ming bicara dengan Kit di kedai bubur dekat condo.
"...ya gimana, dia cantik. Dicalonkan sebagai Star Fakultas Teknik pula."
"Tapi ini Forth yang dikejar-kejar..."
"Forth dikejar-kejar siapa?" Beam muncul di meja mereka. Menaruh mangkuk bubur dengan pandangan curiga.
Ming menggeleng, maksudnya supaya Kit diam. Namun tidak berefek
"Pacar lu tuh, dikejar Maba cewek." Lapor Kit singkat.
Beam hanya menjawab "Oh..." lalu mulai sarapan. Ia tidak posesif, menurutnya.
.
Forth dalam mode Ospek adalah Forth dengan level keganasan tertinggi. Ia galak, tegas, keras disatukan. Teman-temanya sudah hapal, junior tingkat dua sudah hapal. Sedangkan maba? Mereka merinding, hampir nangis di pojokan. Kecuali satu orang.
Namanya Rim, dicalonkan sebagai Star Fakultas Teknik. cantik tapi kurang waras, menurut Ming. Cewek ini dari awal terang-terangan mendekati Forth, pakai acara ngomong "Jika P'Forth jadi pacarku, gear-nya nanti jadi milikku."
Jelasnya, cewek ini sangat terinspirasi cerita alumni dulu.
Masalahnya sekarang adalah Rim dan teman-temannya tidak terima saat disuruh untuk squad jump, karena gagal menyelesaikan misi. Capek, katanya. Padahal mereka sering terlihat ngobrol.
"Tidak ada yang diperlakukan special di Fakultas Teknik. laki-laki, perempuan, bahkan kandidat moon & star, semuanya sama. Gagal misi, dihukum." Ucap Forth, lantang. Kedua tangan ada di pinggang.
"Kami ini cewek P'. Harusnya kalian memang membedakan latihan dan hukuman bagi cewek dan cowok." Rim protes, walau suaranya terdengar seperti membujuk. Ia berdiri mewakili teman-temannya.
"Tidak ada tawar-menawar di sini. Dan tidak ada yang perlu dibedakan."
"Kalian bisa mengganti hukuman kami menjadi... memijat senior yang lelah, mungkin?"
Forth memicing melihat anak baru itu. Dia cewek, tapi frontal. Bahkan Laem dan Sharp sampai geleng-geleng melihatnya. Jika itu cowok, Forth bisa menarik bajunya untuk dihajar, tapi Rim cewek, kandidat kampus pula.
"Kamu nggak seharusnya bicara begitu di depan umum. Apalagi di depan teman-teman satu angkatan." Maksud Forth supaya bocah ini sadar, bahwa itu tidak pantas.
Rim malah maju selangkah, menatap Forth tidak gentar "Atau... P' mau kita bicara berdua aja?"
Panitia ospek yang lain tercengang. Bedanya, Sharp justru mengumpat "Sial..." ia melihat seseorang baru saja datang.
"Kamu beneran mau sama cowok ini?" suara Beam.
Forth menoleh ke pintu, antara yakin-tidak yakin kenapa ada suara Beam. Dan ternyata benar, pacarnya baru saja melangkah masuk ke indoor stadion itu.
Beam berdiri di samping Forth "Beneran mau sama dia? Dia beda banget dengan yang kamu liat sekarang. He is just a possessive cheesy bastard who won't take a no as answer."
Forth merangkul bahu Beam, tidak berkomentar. Rim sendiri menatap mereka bingung.
"Tadinya gue kemari mau bantuin medis, tapi kayaknya nggak ada masalah." Ucap Beam, menatap Rim tajam "Gue langsung pulang aja ya..." Beam melepas rangkulan Forth lalu melangkah ke pintu.
"Itu tadi pacar gue. Beam, fakultas kedokteran. Dia tahu cara bunuh orang tapi keliatan bunuh diri."
Beam masih bisa mendengar suara Forth menggema di stadion sebelum disusul suara lari menghampiri.
"Beam, kamu marah?" Forth sudah berjalan di samping Beam.
"Nggak." Dingin jawaban Beam, Forth sudah hapal artinya.
Forth menggandeng tangan Beam, menyatukan jari mereka "Aku seneng kamu dateng."
Beam tidak menjawab.
"Jealous ya?"
"Siapa yang jealous?" Retorik. Sudah typical Beam saat kesal.
"Tapi aku nggak nanggepin dia kan..."
"Ya gue tau... but she is pretty tho."
"Dan kamu ganteng." Forth senyum enteng "Jadi beneran jealous."
Beam berdecak, melepas tangan Forth lalu berjalan cepat ke parkiran.
"Iya, iya..." Forth menjejeri lagi Beam "Aku juga sebenernya udah bingung kalo ngadepin cewek begitu. Nggak mungkin dikasarin kan."
Sudah sampai mobil Beam, menyender di pintu, memegang tangan Forth di depannya "Cewek sekarang kok jadi bold gitu ya... kayak nggak mikir efeknya."
"Dia aja kok, anak-anak yang lain kalem."
"Yang lain liat elu tuh...udah ketakutan, lah dia malah ngejar gitu." Beam masih memandangi tautan tangan mereka.
"Ya... terima kenyataan aja sih, kalo pacar kamu lumayan populer."
Beam memutar mata kesal "Lumayan... masih kalah sih sama gue."
Forth membawa tangan mereka ke pipi, dihirup wangi hand sanitizer dari tangan pacarnya "Iya, saingan aku dulu banyak."
Beam tertawa "Gue balik ya..." ia melepas pegangan tangan mereka, menekan remote pintu mobil.
Belum sempat membuka pintu, pipinya lebih dulu ditangkup, Forth menciumnya. Menggesekkan hidung sesudahnya.
"Kenapa kamu kalo jealous masih tetep ganteng?"
"Bakat dari lahir." Jawab Beam lalu masuk mobil.
Sebelum pergi, Beam sempat berpesan "Kalo mau mampir ke tempat gue nanti, boleh kok."
'
'
'
End
waktu Indonesia bagian Kangen 2moons2 terutama Forthbeam ya Allah.
mana Paveldome udah begitu bentukannya. Adinda susah konsen jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call it Somehow || Forthbeam
FanfictionBeam tidak pernah pacaran sebelumnya Dan... semua orang berpikir hanya Forth yang jatuh cinta . . . short fic. unbeta. tanpa plot. i am just woo whipped over both of them.