JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. BERUPA VOTE DAN KOMEN YA. TARIMA KASIH 🥰
***
Siang ini ketika jam istirahat Banu sengaja tidak bercengrama dengan teman-temannya dan juga jajan di kantin. Ia malah tersesat ke perpustakaan. Bukan tanpa alasan karena ini sudah menjadi kebiasaannya setiap hari Selasa untuk memperhatikan seseorang secara diam-diam.
Mata Banusastra masih terus mengamati tiap-tiap siswi yang berada di dalam perpustakaan, namun sosok yang ingin ia lihat belum juga terlihat dipandangnya. Ia pun melangkah menyusuri lorong lemari perpustakaan. Mengamati tiap-tiap buku yang berada di sana. Ketika membaca sebuah tulisan buku sastra dan novel.
Banusastra lantas berhenti dan sengaja berbelok. Barangkali seseorang itu berada di seberang rak buku sastra dan novel. Tetapi lagi-lagi Banusastra dibuat kecewa. Ia tidak menemukannya. Dan bel tanda masuk jam pelajaran pun berbunyi. Sebelum benar-benar melangkah pergi meninggalkan perpustakaan. Seseorang yang ia maksud tiba-tiba saja hadir dipandang. Banu mendapatinya sedang menunggu giliran untuk dapat meminjam buku dipetugas perpus.
Dengan sorot mata teduh alis yang tidak terlalu tebal hidung minimalis. Dan penampilan sederhana yang sangat Banu suka. Ia tampil natural dan wajah cerah meskipun kecantikan natural itu tertutup oleh kacamata tebalnya.
Namanya Kala—salah satu siswi SMA Bakti Sentosa di kota Jakarta pinggiran dekat bekasi. Arumi Nasha Anikala orang-orang bisa memanggilnya Kala. Ya, kalau tidak salah seperti itu Banusastra pun juga lupa. Ia memiliki sifat dingin dan tertutup. sangat irit bicara seakan suaranya takut kehabisan bahan bakar.
Tidak banyak orang yang mengenalnya di SMA Bakti Sentosa. Karena sikapnya yang sedingin pluto. Terkadang Kala dicap sebagai anak pemalu. Dan itu tidak apa-apa bagi Kala, sebab label itu lebih baik daripada dengan sebutan sebagai 'orang aneh dan alien dari Mars.' Terdengar lucu bagi mereka, tapi sangat menyayat hati bagi Kala.
Ia ada di SMA Bakti Sentosa, tetapi kehadirannya seperti tak dianggap.
Entah sejak kapan Banusastra mulai menyukai Kala. Ia sendiri pun tidak tahu. Banu dan Kala bahkan tidak saling mengenal sebab, mereka belum pernah satu kelas. Yang Banusastra ingat saat itu, ketika Kala sedang jajan di kantin dan Banusastra beserta teman-temannya duduk di pinggir kantin. Tiba-tiba saja Savana—teman sekelasnya memperkenalkan Kala dihadapan mereka."Guys, kenalin ini Kala. Kala kenalin ini teman gua."
"Kala ayo kenalan dong jangan diem aja."
"Ayo kenalan Kala, biar lo banyak teman."
Seperti itu lah yang Banusastra ingat. Setelah Savana mengenakan Kala. Cewek itu lantas pergi begitu saja dengan wajah datar yang tanpa ekspresi. Hal itu justru membuat Banu penasaran dan bahkan sulit untuk melupakan Kala.
Banusastra menghentikan lamunan saat seseorang menepuk pundaknya. Memberitahu jika antrean peminjaman buku perpustakaan yang berada di depannya sudah selesai. Dan kini ia lah yang selanjutnya. Banu pun meletakkan buku yang bertuliskan Sejarah kelas 10. Ketika sedang ditulis dalam buku pinjaman kening Banu tidak henti-hentinya berkerut. Ia bingung sendiri sejak kapan ikut mengantrei dan tangannya sudah memegangi buku sejarah terlebih buku tersebut kelas sepuluh. Padahal ia kelas sebelas!
'Sungguh aneh,' menolong Banusastra yang kini telah berjalan keluar perpustakaan.
***
"Woy! Lo mau nyari masalah sama gua?!"
"Wah lo ya bener-bener!"
Gani yang melihat Banu emosi lantas memegangi Banu untuk menjauh dari sumber masalah itu.
"Lepasin gua... Lepasin!"
"Harus gua kasih pelajaran!"
Kali ini Gani semakin memegangi Banu agar ia tidak berbuat hal buruk. Jagad yang melihat Gani kesulitan segera membantu. Ranti yang duduk di bangku depan Banu menatap heran.
"Woy gordeng kurang ajar! Lagi-lagi lo cari masalah sama gua, hah?!" Banusastra menunjuk-nunjuk tirai kelas yang tertiup angin dengan penuh emosi.
"Gua udah sabar ya sama lo! Tapi lo ngelunjuk!" lanjut Banu.
Shanina yang merasa melihat adegan drama dengan cepat memvideokan Banusastra. Cowok itu kembali berulah bertingkah aneh cenderung mengundang gelak tawa teman sekelasnya. Walaupun baru tiga hari di kelas sebelas tetapi tingkah Banu sepertinya semakin tidak keruan.
Fabian—teman akrab Banu sejak kelas sepuluh tidak mau ketinggalan. Ia meraih botol minum milik Shanina atau Nina.
"ta'awuz" membuka tutup botol kemudian meminum dan menyembur Banu.
Banusastra terkejut bukan main. "Astagfirullah! Kamu ini berdosa banget!" Kontan Banusastra menoyor kepala Fabian.
Banu mengusap wajahnya yang sudah basah akibat semburan air dari mulut Fabian. Sekarang ia seperti habis tercebur dari selokan. Sudah bajunya dikeluarkan dari celana. Dua kancing baju sengaja dilepas sehingga terlihat kaus dalam hitamnya. Lengan baju digulung dan sekarang wajah lecek akibat memburan dari Fabian. Lengkap sudah kesemerawutan penampilan Banusastra.
"Hahahaha..."
"Eh udah dong udah! Sakit perut gua ngeliatnya!" kelakar Shanin.
"Seneng ya tertawa di atas penderitaan orang lain?!" kata Banusastra.
Bukan Banu namanya jika ia tidak iseng. Banu yang melihat Shanin tertawa puas. Lantas mengusap wajah Shanin dengan telapak tangannya yang masih sedikit basah dari semburan Fabian. Shanin yang terkejut sekaligus kesal dengan tingkah usil Banu lantas berteriak.
"Aaaa?!"
"Banu bangke! Lo mah!!!"
Banu yang tidak mau menjadi sasaran jambakan sekaligus cubitan Shanin dengan gerakan cepat lantas berlari keluar dari kelas. Beruntungnya belum ada guru yang masuk ke kelas mereka.
"BANU AWAS LO YA!!!" teriak Shanin dengan suara melengkingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKALA
Teen FictionKala lelah terus berjuang, tapi gak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah men...