RESORT PART 09

379 17 2
                                    

Terasa sangat dingin di dalam kuil.

Aku khawatir dengan syarat tak

boleh makan dan minum, namun

aku merasa percaya diri kami bisa

bertahan untuk malam ini.

Bangunan itu sendiri sudah amat

tua dan banyak celah-celah di

dinding dimana papan-papan kayu

bertemu. Kuil juga amat kecil.

Karena masih siang, aku masih

dapat melihat wajah Takumi dan

Shoji lewat cahaya yang masuk

melalui celah-celah di dinding

kayu. Ini pertama kalinya kami

tidak saling berbicara meskipun

kami berada sangat dekat satu

sama lain.

Aku mengangguk untuk

mengatakan, “Segalanya akan baik-

baik saja.” Dan mereka

mengangguk balik.

Setelah beberapa lama, kami

berhenti saling menatap satu sama

lain dan berakhir saling

membelakangi. Frustasi pada

kenyataan kami tak boleh saling

berbicara, waktu berjalan sangat

lambat. Kami tak mengetahui

berapa lama kami di sini atau jam

berapa sekarang. Yang dapat kami

lakukan hanya duduk di sini dan

menunggu dalam kebingungan.

Kami serasa menunggu sangat

lama, namun masih terang di luar

sana. Takumi mulai mengeluarkan

suara. Heran dengan apa yang ia

lakukan, aku menoleh untuk

menyuruhnya diam. Ternyata ia

memegang sebuah pena dan

menghadapkan seutas kertas ke

arah kami.

Ia tak mengindahkan apa yang

dikatakan sang biksu dan

membawa pena ke dalam. Kertas

yang ia tunjukkan kepada kami

adalah bungkus permen karet.

Mungkin benda itu ada di sakunya

selama ini.

Apa yang kau lakukan?

Aku memikirkannya beberapa saat.

Biksu itu memang hanya melarang

kami berbicara, bukan menulis, jadi

sepertinya ini tak ada salahnya.

Bagaimanapun aku merasa lega

RESORTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang