Dia berharap suhu coklat panas di genggamannya dapat mengalir- setidaknya sedikit saja ke dalam dadanya. Alih-alih merasa hangat, gelas keramik yang dibalut jemarinya malah terasa mendingin, namun jelas tak cukup dingin untik diadu dengan dinginnya hatinya.
Cercah sinar matahari masih mampu menembus masuk ke biliknya, tapi rasanya tak ada membantu. Di dalam sini serasa membeku. Bukan, bukan salah pendingin ruangan. Salah Jaehyun sendiri yang kurang pandai beradaptasi dengan suhu luar.
Hanya dia sendiri yang merasakan dingin abadi di tengah-tengah gerahnya musim panas, dan akan selalu begitu. Menurutnya.
Sudah berapa kali dia membolos di mata kuliahnya. Dia tak cukup peduli. Dia merasa bahwa kuliah tidak akan membantunya mengisi lompongnya rasa yang bersarang di dadanya, membuatnya berlenggang kangkung tiap-tiap hari.
Dia punya banyak kenalan, banyak teman- ah, banyak juga yang menaruh hati padanya. Jaehyun sungguh menawan, tanpa bercela. Setidaknya itu pikir mereka-mereka yang tidak pandai membaca air muka Jaehyun, atau memang Jaehyun yang terlalu pandai mengendalikan air muka?
Satu yang pasti bagi Jaehyun; biar dikata dia dikelilingi berlaksa manusia yang berusaha berbuat baik padanya, dia akan tetap merasa dirangkul oleh angin. Bukannya dia mengeraskan hati atau apa, tapi memang sudah begitu. Dia juga benci itu, sungguh.
Dia tidak ingin menyalahkan 'orang itu' perihal ini, karena memang bukan salah orang itu. Dia sudah berbahagia di lain tempat. Setidaknya Jaehyun juga ingin berusaha berbahagia untuknya.
Dia tidak menyesal mengenal orang itu. Serius, dia akan sangat sangat sangat menyesal bilamana semesta tidak mengizinkan mereka bersua, dan pernah menjadi tokoh dalam cerita masing-masing. Orang itu masih tetap menjadi tokoh penting di cerita Jaehyun, dan tidak akan pernah berubah. It has been outrageously wonderful . Betul-betul indah. Namun tamak adanya kalau Jaehyun tak membiarkan orang yang lebih pantas untuk merasakan keindahan yang Jaehyun pernah rasakan.
Dia sudah merelakan. Betulan. Mereka berdua sudah cukup dewasa untuk tidak memaksakan sesuatu yang tidak pada tempatnya, membiarkan perubahan mengambil alih, dan merelakan satu sama lain agar cerita mereka masing-masing dapat terselesaikan dengan semestinya.
Hanya saja Jaehyun benci suatu fakta, bahwa dia belum juga menemukan manusia lain untuk membantunya merampungkan ceritanya.
Disana, Johnny dengan kekasihnya yang semestinya sudah sangat bahagia. Jaehyun ingin juga.
Tapi yang dirasanya hanya dingin; dia mati rasa.
Dia selalu bilang pada dirinya sendiri: "mungkin besok." Tapi besok pastinya belum ada.
Kalau begitu dia bilang saja: "mungkin pekan depan." Tapi pekan depan juga masih belum.
Hingga dia menundanya agak jauh, agar dia punya harapan lebih, katanya: "mungkin tahun depan." Namun hasilnya nihil. Dia masih sendiri.
Sudah terhitung satu tahun lebih semenjak dia pindah ke kota ini. Untuk memulai dari awal, memperbaiki ulang ceritanya yang sempat amburadul. Mencegah dia terdekam dengan masa lalu. Sekarang dia memang sudah keluar dari cangkangnya, namun dia lahir menjadi pribadi yang agak berbeda. Hanya.. sedikit lebih dingin dari biasanya.
Dia sudah mencoba seribu satu cara untuk memulihkan renjananya, bahkan tak terhitung berapa kali dia satu ranjang dengan berbagai macam pria, berbagai macam wanita. Tapi lagi-lagi nihil. Tak ada sejumput pun rasa menggelitik yang familiar itu kembali dirasa di perutnya. Rasa geli yang menyenangkan yang hanya ia rasakan saat bersama Johnny dulu.
Memang terlalu kekanakan baginya untuk berucap kata 'menyerah'. Namun kali ini biarkan dia rehat dulu. Dia ingin berlama-lama dengan rasa dingin ini dulu. Dia ingin bilang, "mungkin lain waktu" dulu. Dia bercumbu dengan bayangnya dulu. Dia sendiri dulu, tidak seperti dulu-dulu.
Ini egois, tapi,
Johnny, aku rindu.
Do you ever think about me?
When she ain't around, is your bed cold without me?
Does her love feel just the same?
Is she the one to take your last name?
Whatever the case, I'm glad you're happyThere ain't nothin' for me out here
Technicolor sparks fly in this city but not for me, maybe next year
Yeah
Magic air, charmin' lips but I'm never spellbound
Honestly though, I'm glad you found
Her
I'll stop asking questions, you take care
YeahAnd no, I don't want you back
We've grown older and apart
Rediscovered myself, took back my heart
Moved to a new city where I should be restartin'
But I just feel nothin'
Though something could grow
I don't ever let it take root, ohPossibility all round me
But I don't give a shit, yeah
Numb to the bone, been so long
Since the love bug bit
I'll admit, maybe I quitDecember's feelin chilly
Takin' shots at the club to warm up and distract me from feelin empty
Every now and then I would remember how you made me feel
Oh, desolation and thrill
Maybe I should try love again but I don't, noTo hell with "other halves"
That's bullshit, I'm already whole alone
That don't mean that I wanna be alone
Tangled bodies to reset my heart but it just won'tBut I ain't bitter, babe
I've moved on, I just hate
That nothing blooms since youPossibility all round me
But I don't give a shit, yeah
Numb to the bone, been so long
Since the love bug bit
I'll admit, maybe I quitChilly-NIKI.
.
.
.
.
.
ini random seriusan, but i have to admit kalau emang buat aku, inspirasi bisa tiba-tiba datang kalau lagi ingat atau dengerin lagu waKAKAKA. sorry banget kalau berantakan, ga jelas, dan bertele-tele karena emang buatnya super quick. yaudah ah, kek bakalan banyak aja yang baca. hih.
makasehhh