41

1.1K 106 45
                                    

"Kau tau apa saja tentang Zhiro?" ujar Lidya berusaha menggali informasi dari saudara kembarnya.

"Kau mau tau? Habiskan makananmu dulu, setelah itu akan aku ceritakan semua yang aku ketahui," sangkal Oxy sembari memberikan piring yang telah ia bawa.

Lidya merebut kesal piring yang berada di tangan Oxy dengan bermuka masam. "Ada udang di balik batu."

"Ada uang di balik saku," kekeh Oxy melanjutkan peribahasa Lidya yang tertuju padanya.

"Ya itupun jika kau mau mendengar informasi yang tersimpan di memoriku, jika tidak aku tidak akan memaksamu," sanggah Oxy sambil berusaha meraih piring itu lagi. Secepat kilat, Lidya langsung menjauhkan piring itu dari jangkauan Oxy.

Oxy hanya tertawa kecil melihat tingkah saudaranya, bagaimanapun ia tidak mengerti maksud dari cinta. Hingga saat ini, ia belum mengetahui siapa yang pantas ia cintai.

"Baiklah aku telah selesai makan ditambah menenggak segelas air putih yang kau bawa. Mana janjimu?" tagih Lidya dengan menatap Oxy intens.

"Janji? Akan aku ceritakan. Tetapi, sekarang kau harus mengikutiku," ajak lelaki itu. Ia langsung meraih tangan Lidya yang menggeletak bebas dan membuat raganya terpaksa mengikuti langkah Oxy. Mereka menuju tangga, bukan ke lantai utama tetapi tepat mengarah ke arah ruangan seperti ruang bawah tanah.

"Kau mau bawa aku kemana?" tanya Lidya menyadari jika pada hiasan di sekelilingnya sangat berdebu.

"Diamlah. Akan aku ceritakan," sela Oxy yang membuat Lidya langsung saja bungkam.

"Aku lebih dari sekedar teman bagi orang yang kau cintai itu," ujar Oxy menggantung. Lidya mengerenyitkan dahinya.

"Maksudmu?" Oxy berhenti melangkah dan membuka sebuah pintu yang lumayan berdebu tebal.

Oxy menggenggam tangan Lidya untuk masuk mengikutinya, Lidya melangkah tanpa mendapat jawaban dari Oxy.

"Ini ruangan apa? Seperti ruang kerja," gumam Lidya mengamati beberapa berkas yang tersusun rapi.

"Ini memang ruang kerja, ruang kerja ayah. Aku tidak pernah mengubah posisi apapun dari benda yang berada di sini," tukas Oxy. Lidya mengangguk mengerti.

"Lalu siapa nama ayahku? Maksudku ayah kita?" tanya Lidya membalas rasa penasarannya, ia menunggu Oxy memberitahukannya. Namun, lelaki itu seperti tidak peka.

Oxy menatap sejenak Lidya. "Baguslah kau mempertanyakan hal itu, aku hampir lupa mengatakannya padamu. Nama ayah kita, Vierat Lathfierg dan ibu kita Kirani Lathfierg. Sepasang nama yang begitu indah," gumam Oxy. Mata Lidya langsung berbinar, ketika ia mengetahui nama orang tuanya.

"Lihat itu! Kau mengenalnya?" tanya Oxy sambil menunjuk sebuah potret berukuran besar yang terpampang jelas dilihat dari sisi manapun.

"Itu ibunya Aluna, Savana. Dan biar aku tebak lelaki kecil di depannya itu adalah kau bersama Aluna dan di samping Ibu adalah Ayah, dia teramat tampan. Tetapi jika dilihat, dia lebih tampan dibandingkan kau," kekeh Lidya meledek saudara kembarnya, Oxy hanya memutar bola matanya dan tersenyum.

"Tetapi, di mana ibuku?" tanya Lidya mengamati foto itu lagi.

"Itu." Oxy menunjuk ke foto yang berada di sebelahnya, disana terdapat seorang wanita yang berselfie dengan tiga bayi sekaligus.

"Dia adalah Ibuku dan kau. Ibu wafat dalam sebuah pembantaian garis keturunan keluarga kita, waktu kita masih kecil, tepat saat kau dibuang. Semua dilakukan ayah dan ibu untuk melindungi kita bertiga. Menurut cerita ayah, aku disimpan dalam ruangan ini bersama Ibu, kau dibawa oleh paman dan Zavier dibawa oleh Ayah waktu itu," sambung Oxy atas kata-katanya.

I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang