PROLOG

889 59 1
                                    

Namaku Ara kim. Kisah perjalanan hidupku tak begitu memungkinkan untuk aku kembali di masa hari itu, masa yang kusebut akal benalu. Usiaku kini berumur 20 tahun. Usia emas yang seharusnya penuh gairah, penuh semangat untuk melakukan hal apapun.

Tak dipungkiri jika semangatku tiba-tiba membabi buta, seakan aku harus benar-benar mencapai titik teratas. Dan terkadang pula, rasa gairahku tiba menurun. Tidak bisa diubah. Karena hari itu, hari puncak itu, aku bukanlah aku.

Kisah cintaku, kisah pengalaman kerjaku, dan kisah masa sekolahku. Entah kenapa membuatku bebal.

Seakan semuanya sudah terencana dengan rapi.

Patah demi patah hati yang kurasakan saat ini menjadikanku pribadi was-was. Dan malah menjadikanku tak percaya takdir Tuhan. Ya salahkan saja aku. Karena ini pikiranku. Kamu bisa berargumen apapun tentangku. Tetapi faktanya ada sebab dan akibat dalam setiap kehidupan. Dan kamu tidak bisa mengelak dengan apapun masalah itu.

Dimulai dengan kenangan yang terus terngiang. Kenangan pahit yang harusnya menjadikanku dewasa, malah turun bersikap cengeng tak bisa ikhlas dengan itu semua. Sudah kubilang hari itu bukanlah aku. Itu adalah asaku, yang sudah kau lempar jauh waktu itu.

Takdir? Tadinya kupercaya dengan semua garis kehidupanku. Garis takdir yang sudah tertulis di lauhul mahfudz. Siapapun hanya bisa berusaha untuk menjadi lebih baik.

Prasangka takdir-ku begitu bagus nan indah sampai aku lupa dengan rintangan-rintangan besar yang saat itu mulai mendampingiku. Seakan sudah menjadi santapan, walau teramat sering kutelan pahit tanpa adanya pemberontakan.

Mengenai diriku, aku bukan orang pengikhlas. Aku hanya tidak bisa memberontak saat yang lain benar-benar mendesakku. Maka dari itu rasa pembalasanku kian membesar, dendam yang teramat dalam tak kunjung juga menggapai titik ikhlas.

Bahkan usiaku sudah tidak muda lagi, bukan pula sudah tua. Hanya saja berada di ambang bimbang dengan cita-cita yang terus terngiang, entah akan terlaksana dengan hati senang atau malah jadi sakit meriang,

Jika bisa diputar balikkan waktu kembali, aku ingin merubah akalku, menyegarkan kembali tubuhku, dan tentu hati ini. Aku menginginkan ketentraman hati, itu saja.

WAKE ME UP!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang