➤ 02

12.5K 1.4K 117
                                    

Banyak cara yang dilakukan anak kecil jika tidak menyukai sesuatu. Mereka melakukanya begitu mudah dan itu wajar untuk beberapa kategori. Mereka masih anak-anak, bukan lah orang dewasa yang bisa mengerti situasi yang dihadapinya. Namun, tidak semua orang dewasa seperti itu dan terkadang malah sebaliknya. Hari ini Heejun, Minhee dan Jinhee sudah menyiapkan banyak rencana untuk mengerjai ibu tirinya dan berharap ibu tirinya yang menyebalkan menurut mereka itu tidak betah berada di rumah ini. Rencana mereka akan terlaksanakan ketika Jaemin sudah pergi bekerja.

“Anak-anak hari ini appa akan pergi ke China. Selama appa tidak ada di rumah, kalian harus menurut kepada eomma ya. Jangan membuat kekacauan dan turuti perkataan eomma. Appa akan berada di China selama tiga hari jadi bersikaplah dengan baik” mendengar perkataan sang appa membuat Heejun, Minhee dan Jinhee tersenyum penuh arti.

“Tentu saja appa” jawab Jinhee

“Appa akan berangkat sekarang” kata Jaemin.

Seperti rutinitas biasanya. Sebelum pergi Jaemin mengecup puncak kepala anaknya satu persatu lalu memeluknya. Semoga selama kepergianya tidak ada kekacauan yang terjadi, monolog Jaemin.

“Sayang aku akan berangkat sekarang. Jaga rumah dan anak-anak ya” pesan Jaemin.

Sayang? Sebenarnya Jeno merasa risih dengan pangilan seperti itu tapi Jeno dan Jaemin sudah membuat janji dan menjalankan kewajiban layaknya pasangan suami istri pada umumnya, tanpa paksaan dengan hati terbuka dan dengan begitu mereka akan bisa menerima kehadiran satu sama lain tanpa harus pasif.

“Tentu saja. Berhati-hatilah.”

➖ ➖ ➖

Perang yang sebenarnya segera dimulai. Ketiga Na muda itu menyeringai. Beruntung hari ini mereka sedang libur jadi mudah bagi mereka untuk melancarkan aksinya. Dan rencana pertama dimulai.

Siang ini terasa begitu terik. Membuat siapa saja yang merasakan hawa panas mengeluh. Di ruang tengah terlihat Jeno yang tengah menemani Jaehee menggambar. Melihat itu membuat Jinhee menyeringai. Lalu tatapannya mengarah kepada Minhee yang sudah berada di ujung tangga lantai dua. Tanganya membentuk tanda ‘OK’ dan di angguki kepala dengan Minhee.

“Kau akan tidak bertahan” gumah Jinhee. Masih dengan seriangiannya.

➖ ➖ ➖

Setelah mendapatkan kode dari Minhee dan Jinhee berlari ke arah kamar sang appa. Disana Heejun sudah menunggu. Selang beberapa saat kemudian Minhee datang.

“Sudah waktunya hyung” kata Minhee.

Heejun mengambil satu kantong kelereng yang dibawanya tadi. Lalu menaburkannya di atas ranjang king size orang tuanya. Membayangkan bagaimana ibu tirinya yang kesakitan, membuat Heejun tersenyum senang. Setelah menaburkan secara rata, Heejun kembali merapikan ranjangnya lalu berjalan keluar kamar bersama Minhee.

“Hyung apa ini tidak apa-apa?” tanya Minhee. Jujur saja, sebenarnya Minhee merasa takut. Bagaimana jika ibu tirinya mati? Minhee tidak mau di tanggap polisi dan mendekam di penjara.

“Percayalah Minhee. Tidak apa-apa, dia hanya akan merintih sedikit” kata Heejun tenang.

➖ ➖ ➖

Kesabaran seorang Jeno sedang di uji rupanya. Berkali-kali Jinhee meminta jus dan berkali kali juga gadis kecil itu mengomentari yang tidak enak, pahit, masam, terlalu manis dan masih banyak lainya. Membuat Jeno menggeram kesal, pusing. Hanya sabar yang bisa Jeno lakukan walaupun dia sudah merasa lelah.

“Aku tidak mau jus. Aku mau ice cream” kata Jinheee tanpa mengalihkan pandanganya dari arah TV.

“Baiklah. Tunggu sebentar” kata Jeno.

New Life✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang