Chapter 17

585 37 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaa

Btw gimana kabarnya nih?

Baca pelan pelan...

~•~

BRAAK!

Seisi kelas sontak menoleh ke ambang pintu, terpampang gadis ber-rok pendek tak wajar dengan wajah marah. Kedua buntut yang selalu mengikutinya berlagak menatap sinis ke sesisi kelas. Putri menegakan tubuhnya seraya mengangkat kepala seperti burung yang menatap musuh, sedangkan ketua kelas XII IPA 2 itu menepuk jidat bersiap-siap akan kena imbas lagi.

"Sering ngelabrak ya mba? Sampe lupa cara ketuk pintu?" sindir Putri lalu menyengir ke arah Seli dan Mira.

Tanpa aba-aba Angel berlari ke arah Putri dan terjadi begitu saja, dia menjambak rambut gadis itu sehingga membuatnya meringis kesakitan.

Putri mencakar tangan Angel sehingga sontak gadis itu melepaskan cengkramannya. "Gila ya lo? Gak ada adab banget!" pekik Putri sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya.

"Aww!" ringis Angel seraya menatap punggung tangannya.

"Eh Angel! Lo kenapa sih dateng-dateng ngamuk gini?!" pekik Seli tidak terima melihat Putri diperlakukan begitu.

"Kenapa kenapa, tanya tuh sama temen lo!" sahut Adel membalas seraya menunjuk ke wajah Putri.

Semua menatap Putri dengan wajah tanda tanya. Gadis itu merengut lalu sekejap tersadar. "Ohh jadi lo ngamuk ke gue gara-gara tuh cowok?" katanya dengan nada menantang.

Menyebalkan sekali. Sejak bertemu cowok itu, hidupnya jadi tidak tenang.

"Iya!! Dasar lo ya perebut!"

Plak!

Putri melotot, dia memegang pipinya yang memanas. Sekilas teringat tentang kejadian pribadinya yang sangat menusuk hati, ketika ayahnya...

Menampar dirinya.

Plak!

Gadis itu balas menampar Angel. Cewek berbando itu memegang pipinya, sama seperti ketika Putri ditampar barusan. Rasanya tambah panas.

Putri menunjuk wajah Angel dan mendekatkan wajahnya dengan mata memerah.

"Heh denger, asal lo tau ya, gue gak pernah ngedeketin cowok lo. Gue sama sekali gak peduli sama LO!" pekiknya dengan penuh penekanan.

"dan cowok lo itu," sambungnya.

"Dia yang selalu muncul di depan muka gue, gue pun muak. Jadi kalo lo mau marah sama gue, ajarin dulu cowok lo!" gadis itu mendorong Angel pelan. Dia masih punya hati.

Rani lalu menyodorkan ponselnya sambil menunjukan gambar tangkapan layar dari instagram. "Terus ini apa? Lo ketemuan 'kan sama Angga?" sinis gadis itu membela Angel.

Belum sempat Putri menjawab Mira menyela. "Si Angga nemu gelang Putri, terus tuh cowok mau ngembaliin," selanya setengah berani.

Angel mendongak. "Lo pikir gue bodoh?! Alesan! Lagian gelang gak penting murahan aja masih nyariin!"

Pupil gadis itu mengecil, tangannya mengepal, dan sekejap wajahnya berubah--merah padam. Tanpa izin, air matanya menggenang di pelupuk mata.

"Makasih ya pa, gelangnya bagus banget!"

"Iya nak." lalu mengelus kepalanya.
.
.
"Aaaa sakit!! Jangan pukul pa!"

"Mas jangan!"

"Dasar anak nakal!! Lihat! Naskah saya jadi rusak!!"

Putri mengeser kursi yang sedikit menghalanginya dengan kasar lalu secara tiba-tiba mendorong Angel sampai tersungkur. Seisi kelas sontak langsung ricuh. Semuanya terdengar berbisik.

Kedua sahabat mereka masing-masing refleks menutup mulutnya kaget.

"Lo gak tau apa-apa!!" pekiknya lalu terisak.

Angel mendengus sambil menatap Putri dengan perasaan terkejut. Tidak menyangka, selama ini cuma gadis ini yang berani melawannya.

"Gelang itu memberian papa gue! Bisa-bisanya lo bilang itu gak berharga!!" Putri hendak menghampiri Angel tetapi langsung dipeluk Seli dan Mira.

Gadis itu sesaat meleleh dipelukan sahabatnya, dia menutup matanya perih menahan tangis yang pasti diinginkan Angel.

Angel bangkit lalu menatap Putri dengan perasaan marah. Hendak menyerang Putri juga, tiba-tiba tangannya keburu dicegah, membuat Angel merengut kesal lalu menoleh--terkejut.

"Minggir," ucap cowok itu lalu melepaskan tangan Angel.

"Loh Angga?" tanya Angel heran sekaligus takut. Badannya kaku dan kakinya lemas seketika.

Angga melewati Angel begitu saja dan menghampiri Putri. "Put, kita dipanggil Bu Desi."

Seli dan Mira melepaskan pelukannya. Putri berdiri tegak dan mengusap rambutnya ke belakang. "Ngapain lagi?" tanyanya tidak selera--tanpa menatap Angga.

Angga mengangkat bahu sedangkan Putri lalu menarik napas dalam-dalam dan menoleh ke arah Angel yang menganga tidak percaya.

"Liat 'kan apa yang gue bilang?" ucap Putri dengan nada merendah.

Angel mendongak dan menatap Angga tidak terima. "Kamu ngapain sih nyamperin dia terus?!" rengeknya tidak terima.

Cowok itu menoleh dan mengusap wajahnya frustasi. "Gue bukan siapa-siapa lo Angel, gue mohon lo ngerti terakhir kali ini aja."

"ayo Put," sambungnya ajak.

Putri melengos sinis pada cowok itu. Dia berjalan duluan--tidak peduli melewati Angga dan Angel yang masih berdiri di tempat.

Ketua kelas yang bernama Rio itu spot jantung melihat itu semua. Dia berdiri di pojokan menunggu disalahkan guru, sekaligus berharap guru pelajaran selanjutnya datang agak telat agak tidak melihat kekacauan ini.

"Woy Yo kayaknya udah kelar ini ya?" bisik wakilnya.

Dia menggeleng. "Tau tuh, semoga pergi dah tuh si Angel, bikin rusuh mulu kalo dateng."

Ketika Angga hendak melenggang pergi, lengannya ditahan. Dia menoleh dan tampak Angel yang menatapnya penuh harap.

"Angga plis jadi pacar gue," lirihnya memohon.

Harga diri?

"Maafin gue, tapi gue gak suka sama lo." lalu cowok itu melepaskan genggaman Angel--dengan pelan dan melenggang pergi.





To be continue

Ada kata-kata yang mau dikutip dari part ini?

MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang