1 - It's Late

1.5K 178 56
                                    

"Tidak berniat untuk datang sebagai salah satu superhero?" tanya seorang wanita yang sedari tadi memperhatikan staf di kamarnya. "Kau terlihat dapat menyelamatkan seseorang, bahkan hanya dengan tatapan."

"Ah, aku tidak merayakan Halloween."

Oktober masih menjadi bulan yang dinantikan oleh banyak orang, dengan labu Jack-o'-lantern tersebar di setiap sudut kota, pesta kostum bertema horor, mangkuk-mangkuk penuh permen, atraksi berhantu, bahkan percobaan untuk menakuti tetangga atau orang-orang terdekat sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari. Halloween seketika menjadi liburan kesukaan keluarga, mungkin Natal sudah tergantikan oleh festival yang satu ini.

Meskipun begitu, di banyak belahan dunia, Halloween masih diyakini sebagai Hari Raya Semua Orang Kudus, mengawali peringatan trihari Masa Para Kudus yang didedikasikan untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia—menghadiri ibadah gereja dan menyalakan lilin pada makam pun masih tetap populer, namun sebagian besar masyarakat zaman sekarang kerap kali enggan untuk menghubungkan festival ini dengan sejarah sehingga perayaan yang berlangsung selalu lebih sekuler dan komersil.

La Rêverie Hotel tentu tidak mau kalah untuk mendekorasi gedung, mengubah tempat inap tersebut menjadi ala Murder Castle, sebutan dari sebuah hotel yang dibangun oleh H. H. Holmes pada tahun 1893 di Chicago. Itu bukan tanpa alasan, ini merupakan bentuk partisipasi dalam kompetisi yang diadakan Queens setiap tahun, guna meramaikan festival dan menarik wistawan-wisatawan asing untuk tinggal hingga Halloween berakhir.

Kendati demikian, berbeda dengan semangat Halloween yang dimiliki setiap orang dari berbagai generasi, Kim Seokjin lebih memilih untuk menganggap Oktober sebagai bulan ketiga terakhir mendekati pergantian tahun, dan menghabiskan bulan dengan aktivitas yang sama, yaitu bekerja.

"Sayang sekali," jawabnya. "Dengan wajah sepertimu, aku yakin pesta-pesta akan semakin riuh."

"Percayalah, aku sudah mencoba meyakinkannya berkali-kali." Atasan Seokjin tiba-tiba menyela pembicaraan, langsung mengambil atensi pasangan suami dan istri yang masih betah berlama-lama di kamar tersebut. "Meski menggunakan alasan para wanita akan bertekuk lutut di hadapannya, dia tetap tak tertarik."

Sang suami tertawa dan menepuk pundak Seokjin dengan ekspresi terhibur. "Wah, kurasa dunia membutuhkan pria sepertimu, yang tidak melihat wanita hanya sebatas mainan."

"Ibuku bisa memotong kepalaku jika aku mempermainkan wanita," jawab Seokjin. "Lagipula aku juga bukan orang pesta, jadi..."

Di saat yang lain sibuk merencanakan, mengadakan, dan mengundang banyak rekan ke pesta yang biasa diadakan pada tanggal 31 Oktober, Seokjin justru hanya mengoleksi undangan-undangan tersebut di loker tanpa berpikiran untuk menghadiri salah satu dari mereka.

"Ah, baiklah kalau begitu. Kami harus segera checkout," ucap sang istri. "Terima kasih atas pelayanan yang menakjubkan dan memuaskan. Aku dan suamiku akan pastikan untuk berkunjung lagi di lain waktu."

Seokjin tersenyum dan membungkukkan tubuhnya. "Terima kasih sudah memilih La Rêverie Hotel, kami akan selalu menunggu kedatangan kalian, mungkin ketika hari itu datang kalian sudah berkunjung bersama seorang anak."

"Semoga calon anakku setampan dirimu, Tuan Muda." Seraya beranjak keluar dari kamar, sang suami menoleh lagi. "Pesta memang melelahkan, tapi bekerja juga tidak jauh berbeda. Luangkan waktumu sedikit untuk bersantai selagi kamu memiliki kesempatan."

Sayangnya, menurut Seokjin itu tetap buang-buang waktu, tidak menghasilkan uang namun menguras tenaga. Meski sebenarnya alasan yang paling utama adalah dia bukan penggemar berat hal-hal yang berbau mistis, dia lebih memilih menghabiskan waktu dengan memancing atau pergi ke Coney Island daripada menyaksikan teman-temannya berpenampilan sebagai tokoh-tokoh hantu atau mereka yang sudah meninggal—membayangkannya saja sudah berhasil membuat dia bergidik ngeri.

AegisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang