Pagi datang begitu cepat. Asta bangun dengan mata yang masih teramat berat. Seketika ia terkejut, ketika mendapati Nur Lela tengah tertidur disampingnya hanya berbatas baskom bekas air kompresan semalam. Ia benar-benar tak percaya yang disampingnya adalah Nur Lela.
Dari luar ada orang yang membuka pintu dan berkata.
"Sudah mendingan le? Jangan dibangunkan ya. Kasihan dia kelelahan menjagamu semalaman" mbah Wangso berkata dengan nada sangan pelan.
Asta hanya membalas dengan anggukan.
"Mau makan?" ucap mbah Wangso.
Lagi-lagi Asta membalas dengan isyarat kepala. Kali ini ia menggelengkan kepala-tanda tidak mau.
"Ya sudah saya ambil dan taruh disampingmu ya. Nanti kalau kamu lapar bisa langsung makan. Mbah mau ke ladang juragan Baoa dulu" masih dengan nada pelan.
"Iya mbah" jawab asta yang juga sama pelan.
Mbah Wangso beranjak menutup pintu dan pergi membawa cangkul.
***
"Jam berapa sekarang??" ucap Nur Lela, ia bangun dengan spontan.
"Jam 11 siang mbak" jawab Asta.
"Eh..Asta kamu sudah makan?"
"Sudah mbak" jawab Asta sambil menunjukkan piringnya yang tandas tanpa sisa.
Nur Lela membalas dengan senyum. "Demammu sudah turun?".
"Sudah dong mbak. Gatotkacakan gak boleh sakit lama-lama" ucap Asta sambil membusungkan dada dengan tangan terlipat didada.
"Dasar kau ini" balas Nur Lela sambil mengacak-ngacak rambut Asta. "Karena sudah sembuh, sudah bisa ditinggal Asta?" lanjut Nur Lela.
"Mbak mau pulang sekarang? Diluar bukannya sangat panas?".
"Gak papa. Ada urusan yang harus diselesaikan" jawab Nur Lela.
"Ya sudah. Ati-ati mbak"
Nur Lela pergi setelah diizinkan Asta.
Nur Lela mengambil petromak yang semalam ia bawa.
Saat itu ia bertemu segerombolan ibu-ibu yang baru pulang dari ladang."Hei Lela sedang apa kau dirumah ini?"
Ucap salah satu diantara mereka.
"Semalam kau menginap disini?"
Ucap yang lainnya."I-iya..semalam Asta sakit, saya harus menjaganya" jawab Nur Lela kikuk.
"Pantas saja kau menolak lamaran Durahman. Ternyata yang kau sukai model duda usia 60 tahun macam mbah Wangso" ucapan ibu-ibu makin pedas.
"Bukan ibu-ibu. Saya hanya membantu mbah Wangso yang kebingungan mengobati Asta" jelas Nur Lela.
"Alah..Dasar kau ini benar-benar perempuan begundik!" yang lain berucap dengan sinis.
"B-bukkan..." belum sempat Nur Lela berucap, mereka sudah pergi meninggalkan dengan bisik-bisik yang masih mengiringi.
Benar saja tak sampai satu hari berita ini menyebar dengan cepat. Banyak orang yang mulai memandang sinis pada keluarga Mbah Wangso serta Nur Lela. Bahkan pemuda-pemuda desa mulai mengecewakan Nur Lela, sebab pilihannya sangat diluar dugaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahar
RomanceSegala jenis lelaki pernah ia tolak. Dari duda kaya raya di desa. Hingga yang terparah adalah lelaki tampan dari desa seberang bernama Durahman.