Prolog

427 9 0
                                    

Ia melihatnya lagi, ini kedua kalinya ia melihat anak laki-laki itu lagi. Ia ingin sekali menghampirinya, mengajaknya untuk bermain dengannya. Tapi sang gadis kecil malu, tidak ingin anak lelaki itu pergi.

"Dek, ayok pulang." Suara sang kakak berhasil membuyarkan lamunannya. Saat ini gadis kecil itu sedang bermain di taman bersama kakak lelakinya "hmm" hanya gumamam gadis kecil itu sebagai jawabannya.

Gadis kecil itu memerhatikan anak laki-laki tadi. Tampan, manis menurutnya. Rambut coklat, dengan mata elang. Entahlah tapi gadis kecil ini sangat menyukai mata elangnya. Dia merasa terhipnotis jika menatapnya walau hanya sebentar. Tiba-tiba tanpa ia tahu, anak laki-laki itu melihatnya, ia mengetahui bahwa sedari tadi ada yang memerhatikannya. Pandangan mereka bertemu lagi walau itu hanya sekian detik, namun mampu membuat keduanya terdiam. Menyimpan dalam memori mereka.

Anak lelaki itu yang terlebih dahulu memutus pandangan mereka. Lalu ia tersenyum kepada gadis kecil itu. Manis, pikirnya. Anak laki-laki itu berdiri menghampiri sang kakak yang sudah menunggunya untuk pulang.

Tanpa anak laki-laki itu sadari ada sebuah mobil yang berlaju dengan sangat cepat. Tapi, gadis kecil itu yang mengetahuinya ia lantas berdiri berlari secepat mungkin. Entahlah apa yang ada di pikirannya yang ia ingin hanya menyelamatkan pemilik mata elang itu.

BRAAAKKK

Suara dentuman itu mengagetkan seorang laki-laki yang sedang menunggu sang adik bermain. Ia menoleh mencari keberadaan suara yang mengusiknya berasal dari mana.

Ia terlonjak kaget mengetahui fakta bahwa itu berasal dari seorang gadis kecil yang tak lain adiknya sendiri yang sedang terkapar di aspal bersama anak laki-laki.

"Hai, kamu gapapa?" Ucap sang gadis kecil. Anak lelaki itu mengernyitkan keningnya heran bisa-bisanya kenapa gadis kecil ini masih menanyakan keadaannya padahal jelas-jelas ia yang sedang terluka parah. "Oh ya, aku suka sama mata kamu, tajam seperti elang." Ucapnya lalu tersenyum dan perlahan tubuhnya rileks dan kedua matanya tertutup. Ia masih syok sampai gadis kecil itu di bawa sang kakak. Tepukan di bahunya berhasil menyadarkannya dari keterpakuannya.

"Kamu baik-baik saja kan dek?" Tanya sang kakak dengan wajah yang sangat khawatir. "Ada yang luka gak?" Lanjutnya lagi, tapi ia hanya diam. "Bukan aku yang luka kak, tapi gadis itu. Gadis itu nyelamatin aku kak." Ucapnya lirih. "Dia pasti baik-baik saja, kakak yakin. " ucapnya meyakinkan sang adik yang masih syok. "Udah yuk pulang." Lanjutnya lagi.

"Kak, apa aku masih bisa bertemu dengannya?" Tanyanya dengan memperhentikan langkahnya. Kakak perempuan itu lalu menunduk agar menyamakan posisinya dengan sang adik. "Pasti." Ucapnya tulus dengan senyuman tulusnya.

*****

Without MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang