Sore itu Jeno dibantu Hyunjin dan Jaehee untuk membuat makan malam. Sementara Minhee sedang belajar berenang di kolam renang bersama Jaemin. Dan Hina, perempuan itu tengah bermain di halaman belakang bersama Heejun dan Jinhee.
"7Eomma kita akan masak?!" antusias Jaehee untuk memasak memang tinggi. Dia menyukai dapur dan memasak.
"Spesial, kau mau?" tanya Jeno, Jaehee mengangguk semangat bahkan senyumannya tidak juga luntur.
"Baiklah, ayo bantu eomma mem_"
"AAAAAAAA!" perkataan Jeno terpotong dengan suara teriakan yang berasal dari halaman belakang. Itu suara teriakan Jinhee, batin Jeno.
"Ada apa?" tanya Hyunjin.
Tanpa menjawab pertanyaan Hyunjin, Jeno lebih dulu berlari ke arah halaman belakang lalu disusul oleh Hyunjin yang tengah menggendong Jaehee.
Sesampainya di halaman belakang, kedua bola mata Jeno membulat sempurna. Di hadapannya, Heejun merintih kesakitan sembari memegangi dahinya yang berdarah sementara Hina, perempuan itu membekap mulutnya.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriakan itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut, tak terkecuali Jaemin dan Minhee yang baru saja sampai di halaman belakang.
Segera Jeno menggendong tubuh Heejun, mengabaikan seselilingnya. Melihat dahi Heejun yang berdarah seperti itu, mampu membuat dada Jeno sesak.
"Kau behutang penjelasan pada ku Hina" setelah mengatakan kalimat itu Hyunjin melenggang pergi. Mengikuti Jeno yang tengah membawa Heejun.
➖ ➖ ➖
Kedua tangan Jeno mengepal, kedua bola matanya menatap Hina nyalang. Tatapannya seperti ingin mengkuliti perempuan itu. Setelah dokter memberi tahu tentang keadaan Heejun, Jeno benar-benar berubah. Pria manis itu menjadi lebih pendiam dari pada biasanya.
"A-aku sungguh minta maaf. Aku benar-benar tidak sengaja mendorong Heejun. Aku hanya ingin membantunya saja, tapi ternyata aku salah. Aku benar-benar minta maaf Jaemin, Jeno" perempuan itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia benar-benar merasa begitu bersalah dan menyesal.
"Kalau begitu pergilah bibi. Kau sudah membuat oppa ku terluka" Jinhee membuang pandanganya. Dia merasa kesal dan begitu kecewa terhadap Hina.
"Aku akan membawa Hina kembali. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian ini Jaemin oppa, Jeno" kata Hyunjin
"Tidak apa-apa Hyunjin. Hati-hati di jalan dan sampaikan salam ku kepada papa dan mama"
"Ya, aku pergi."
Setelah membungkkukkan tubuhnya, Hyunjin pergi membawa serta Hina. Walaupun apa yang terjadi bukan kesalahanya, tapi Hyunjin merasa tidak bersalah.
Luka dan berdarah yang Heejun alami bukanlah luka ringan, anak itu mendapatkan lima jahitan di dahinya. Membuat Jeno merasakan kecemasan yang sangat luar biasa tidak membuatnya tenang. Setelah kejadian 12 tahun yang lalu, Jeno tidak pernah merasakan kecemasan seperti ini lagi.
Mengenai luka, Jeno memang sangat sensitif, maka dari itu Jeno membentak Hina beberapa kali.
➖ ➖ ➖
"Kau tidak apa-apa?" Jeno menatap khawatir Heejun. Setelah insiden sore tadi, pikirannya berkecamuk. Dia masih tidak tenang dan masih begitu gelisah.
"Aku tidak apa-apa eomma" Heejun menunduk, dia merasa bersalah.
Eomma? Mendengar panggilan itu membuat hati Jeno menghangat. Untuk pertama kalinya kalimat sederhana itu keluar dari mulut Heejun.
"Jadi?" Jaemin menatap Heejun dan Jinhee bergantian. Membuat keduanya menyunggingkan senyum dan menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal. Baiklah.
Heejun menatap kedua orang tuanya bergantian, kemudian tanganya yang lebih kecil meraih tangan Jeno.
"Eomma, aku benar-benar minta maaf. Ya, aku tahu selama selama ini aku dan Jinhee banyak melakukan kesalahan, tapi aku melakukanya demi keluarga ini. Aku tidak mau jika appa menikahi orang yang salah, aku hanya ingin mengetes seseorang yang menjadi pendamping appa. Apakah orang itu orang yang baik dan tidak serakah, seperti orang-orang sebelumnya. Tapi setelah aku melakukan banyak cara, ternyata eomma orang yang baik. Untuk semua luka yang telah aku lakukan bersama Jinhee aku benar-benar minta" kata Heejun.
Tidak ada rasa marah yang Jeno rasakan, pria yang sudah berganti marga itu tersenyum, membuat matanya ikut tersenyum. Jeno mengerti bagaimana keadaan anak-anak tirinya. Menerima orang baru sebagai ibu memang bukan perkara yang mudah, apalagi di masa-masa modern seperti saat ini. Uang dan kekayaan menjadi prioritas utama. Dan apa yang Heejun dan Jinhee lakukan memang untuk suatu kebaikan, walaupun apa yang mereka lakukan tidak sepenuhnya benar.
"Tidak apa-apa, eomma mengerti" jawaban Jeno benar-benar membuat Jaemin egah. Setidaknya setelah ini tidak ada lagi perang dingin.
"Aku juga minta maaf eomma" kata Jinhee. Kembali, Jeno menganggukkan kepalanya dan menyunggingkan senyuman manis.
"Jadi setelah ini tidak akan ada perang lagi kan?' tanya Jaehee
"Tentu saja tidak. Jika kau mau perang saja sediri" jawaban yang terlontar dari mulut Minhee mengundang tawa semua orang yang ada di dalam ruang itu.
➖ ➖ ➖
11 Bulan Kemudian
Setelah menyelesaikan studinya. Jeno dinyatakan hamil dan betapa beruntungnya Jeno. Keinginanya untuk mempunyai anak kembar tersampaikan. Seminggu yang lalu, Jeno baru saja melahirkan. Raut kebahagian begitu terpancar dari rauh wajah keluarga besar, tidak henti-hentinya mereka bersyukur. Di karuniani anak kembar bernama Na Mino dan Na Jena. Walaupun berbeda jenis kelamin, keduanya terlihat begitu sangat menggemaskan dan mirip. Untuk soal kemiripan, keduanya memilik wajah seperti Jeno. Hanya sekian persen kemiripan yang menurun dari Jaemin.
"Eomma kenapa adik tidak ada mirip-miripnya seperti appa?" dengan wajah polosnya Jaehee bertanya seperti itu, tanpa mengetahui sang appa yang merasa iri.
"Karena Mino dan Jena anak eomma" jawaban macam apa itu, bahkan tanpa Jaemin si kembar Mino dan Jena tidak akan mungkin lahir di dunia ini. Jaemin mendengus sebal mendengar kalimat yang Minhee lontarkan.
"Benarkah? Jadi appa bukan appa Mino dan Jena?" Minhee mendenguse sebal. Heejun menepuk kepalanya dan Jaemin memincingkan matanya. Benar-benar pertanya konyol yang pernah Jaemin dengar.
"Bukan seperti itu" ucap Heejun, "appa hanya seorang ayah yang terlupakan" dan rasanya Jaemin sangat ingin menjedukkan kepala Heejun ke dinding sementara Jeno, pria manis itu tekekeh mendengar perkataan putra putrinya.
Hidup damai dan tentram, menjadi impian setiap pasang suami istri. Memilik banyak anak yang lucu-lucu dan menggemaskan. Lalu setelah mereka dewasa, maka mereka akan menjadi anak-anak yang cerdas serta pintar dan mampu membanggakan kedua orang tuanya.
Melihat kelengkapan keluarganya membuat Jaemin tersenyum bahagia, "ku mencintaimu Na Jeno"
Jeno tersenyum, "aku juga mencintai hyung."
Jeno mendekatkan diri kepada Jaemin, membalas ciuman Jaemin, melupakan bahwa saat ini sedang ada keberadaan anak-anaknya.
"APPA! EOMMA!"
"Kalian membuat mata adik-adik ku tercemari?!"
"Oh, tidak. MATA KU!"
"APPA DAN EOMMA MENYEBALKAN!"
"OEEKKK! OEKKKK!."
TAMAT
S: 04/11/19
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life✓
Fanfiction❪Ξ❫ ┇ JAEMNO ❴REMAKE❵ Seo Jeno 20 tahun, harus menerima perjodohan yang di lakukan orang tuanya dengan orang tua Na Jaemin 40 tahun, duda yang mempunyai 4 orang anak. ⚠ Jangan salah lapak ya.