1. Ya, itu dia.

1 0 0
                                    

Hari begitu cerah sekali, awal ku membuka mata dipagi ini terasa senang hati rasanya.
Aku membuka jendela kamarku di asrama, menghirup udara segar yang dingin.
Seperti biasa, aku segera mandi sarapan, lalu pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Ya lumayan lah, untuk perempuan diusiaku saat ini yang masih sekolah di stikes mendapat pekerjaan bagian obat obatan di rumah sakit.
Sebelum itu, hari ini aku berencana mampir kerumah untuk mengambil berkas yang harus aku serahkan ke kepala rumah sakit sore nanti.

Dengan santai aku mengendarai mobil hingga tak sadar kalau sekarang sudah pukul 7.48. "Waduh 12 menit lagi pekerjaanku sudah dimulai. Aku akan terkena hukuman. Sementara aku harus mengambil berkas itu segala! Bodoh." gumamku.

Setelah sampai dirumah, yang selalu ramai pembeli makanan diwarung yangti. Aku berlari kecil menghampiri ibu dan mencium tangannya. Lalu ke mbah nang, dan ayah. Adikku bersekolah sekarang. Aku segera masuk kekamar mengambil berkas yang aku letakkan diatas almari. Yah itu dia. Aku mengambil berkas dan mengeceknya apa benar itu milikku dan *bruk* tanpa sengaja aku menabrak seorang tentara dan menjatuhkan berkas itu ke lantai. Dengan sigap, tentara itu membantuku membereskan berkas milikku.

"Maafkan aku nona", ucap tentara itu.
"Tidak. Akulah yang salah." jawabku sambil kembali bangkit setelah mengambili berkasku.

Saat ku lihat wajahnya dan tiba - tiba

"Nanda kan?" kata sang tentara

Kok dia tau namaku sih? Siapa ya?  Aku menyipitkan mataku kebingungan.

"Kok bapak kenal saya?" tanyaku bingung.

Tentara itu tertawa terbahak. Memang betul sih, dia masih muda. Tapi tak ada salahnya kan memanggil dia tentara? Dia juga bakalan jadi bapak bapak juga kok.

"Oke. Lupa sama temen sendiri" ejeknya.

Temen? Temen siapa sih? Aku mencoba mengingat ingat lagi wajah tentara tersebut. Wajahnya memang tak asing kupandang. Lalu *deg* aku teringat pada seorang sahabatku dulu waktu smp. Dia Reza. Iya. Reza Jordan Fatoni. Teman waktu aku masih duduk dibangku smp. Tapi ada yang beda. Dia.. tidak berkacamata. Makanya itu aku bingung sendiri tadi.

"Oh dasarr nanda bodoh" sambil ku tepuk keningku pelan dan tertawa.

Tanpa ragu aku langsung memeluk sahabat lamaku itu dan dia juga menerima pelukanku dengan semangat. Sudah sekitar 5 tahun kami tidak bertemu, kontakan aja terakhir 3 taun yang lalu.

"Idihh. Udah gede aja lu. Jadi pak tentaraa lagi!" Kataku meledek sambil menepuk bahunya yang tinggi.

"Ya iya dong. Tentunya makin ganteng jugaa kan. Haha. Eh lu kecil amat dari dulu ga modot modot, nduut ndut" balasnya meledekku.

"Anjir lu za! Masii aja nyeselin ya." kami pun tertawa bersama.

Namun, waktu itu tak mendukung banget. Aku kembali ingat dengan pekerjaanku.

"Yaudah za, gue buru buru nih. Kapan kapan kita ngobrol ya." aku berniat pamit pergi meninggalkannya.

"Sok sibuk lo ndutt. Yodah deh ati ati ya." jawabnya yang selalu ngeselin.

"Eh tunggu. Bagi kontak wa dong." teriaknya.

Belum juga melangkah masuk mobil eh dia teriak teriak. Kenceng lagi. Terpaksa aku merogoh saku untuk memberikan handphone ku ke Reza.

Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam.

"Nih. Ntar gue hubungin lu ndut." dia mengembalikkan handphone ku.

"Serah lu dah za. Gue duluan ya. Babye" pamitku sekali lagi.

"Iya deh. Ati ati ndut".

***

Benar sekali kan. Sampai di rumah sakit aku kena marah kepala farmasinya.
"Sabar, sabar." gumamku dalam hati niatku menenangkan hati. Masih untung hanya dimarahin, tidak diberikan hukuman seperti waktu itu.

***

***

***

Seperti biasanya, kamar asramaku bersebelahan dengan kamar fera. Dia teman seangkatanku. Walau agak sirik, dia tetep baik sama aku. Sore ini dia terlihat duduk temenung diteras kamarnya. Tak banyak tanya aku meneriakinya dari terasku.

"Hey fera. Kenapa sih lu diem diem bae!"

Dia hanya menggeleng lalu tersenyum. Tak lama kemudian dia masuk kekamar.
Mau tak mau aku ya sendirian diterasku, semua mahasiswa disini belum juga datang dari pekerjaannya.
Sambil menutup mata aku menikmati hempasan angin petang dibalkon. Tapi suara dering handphoneku mengganggu ketenangan suasana sore ini.

Aku menidurkan badan dikasur yang tidak terlalu besar, namun cukup untuk satu orang untuk tidur itu dan meraih ponselku.

Notifikasi layar depan
*6 pesan masuk* +6281xxxxxxx : Hey...
                                +6281xxxxxxx : Ndut!
                                 ....

"Spam? Dari siapa? " Batinku penasaran yang langsung membuka room chat dari nomer yang tak kukenal itu.

ROOM CHAT

+6281xxxxxxx. (Online)

: Hey.. Ndut!!
‎: Ndut!!
: Ngapain lu?!
‎: Yee ga dibales. Sok sibuk amat
‎: Songong lu. Mentang2 kurusan dikit.
‎: Woi read lah ndut.

*ketuk untuk membalas*

Me : sp sih lu.

+6281xxxxxxx (Online)
*read*
*mengetik*

"Idih cepet banget balesnya" gumamku pelan.

+6281xxxxxxx : Baru juga ketemu, udah lupa.
Me : Reza?
+6281xxxxxxx : Udah tau pake nanya!
Me : adapa? Sibuk gue cepetan.
+6281xxxxxxx : Kangen :v
                          : Gak gak. Becanda. Eh lu ada waktu luang ga? Keluar yuk.
Me : Nanti boleh? Entar gue ajakin makan ditempat yang asyik :) Tapi, traktir haha
+6281xxxxxxx : Dari dulu samaa aja. Maunya makan yang gratisan. Yodah iya. Nanti jam setengah 6 gw jemput.
                           : Eh gue goblok amat dah. Rumah lo dimana? Minta jemput dimana ini?
Me : Jemput di Asrama Stikes Nusantara yang di Jalan Liliba
+6281xxxxxxx : Oke deh siap.

*simpan nomor / blokir kontak*
*‎nama*

"Nama ya? Tower aja deh. Dia kan tinggi" batinku sambil cekikikan sendiri.

Lalu aku liat jam ditanganku, menunjukkan pukul 17.09 wita.

"Mandi ah"

***

Tak lama setelah mandi, bersiap diri.
Dia hanyalah temanku, tapi entah kenapa perasaanku begitu bahagia bertemu dengannya.

Aku ingin memakai baju yang terbaik malam ini, tapi untuk apa? Haha aku berpikir dua kali untuk itu.

Yah, akhirnya aku hanya memakai baju atasan lengan panjang dengan motif polos dan sedikit gambar mawar ditengah bunga. Dengan bawahan celana jeans biasa. Sepatu kets putih, tas selempang polos warna hitam. Rambut yang aku ikat satu dan hanya memakai lipbalm.

Waktu menunjukkan pukul 17.43
"Akhirnya gw selesai. Sambil nunggu si tower mending gw nata belanjaan" gumamku .

Tiba-tiba aku mendengar suara motor berhenti didepan tempat asramaku.
Hm? Apa itu Reza?
Aku segera mengintip dijendela.
"Wih anjir dia udah dateng dong. Belum juga buka nata belajaan ih nyebelin banget sih" batinku.

Kenapa aku ga ngerjain aja dia, aku mendapat ide cemerlang untuk menjahili dia hihi.

.
.
.

Berlanjut...

Kritik dan saran kalian, sangat membantu saya 😇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My best, my loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang