❝ You were falling and lonely, cry out;
Will you fix me up? Will you show me hope?
At the end of the day you were helpless;
Can you keep me close? Can you love me most? ❞— Someone to Stay by
Vancouver Sleep Clinic.⋇⋆✦⋆⋇ ⍟ ⋇⋆✦⋆⋇
Tidak selalu sulit melangkah ke surga yang aman, rumah lebih tepatnya. Momen krusial yang dimiliki dunia lenyap ketika bubungan atap menarik kekuatan supernya yang mana adalah perlindungan semalam suntuk. Semua orang terjaga aman di penghujung waktu, mengabaikan sejenak apa yang sudah menunggu dan membuat mereka takut atau jenuh terhadap hari esok—entah evaluasi kinerja dari atasan, ujian sekolah atau sekarat di meja operasi. Apapun dapat menimbulkan kengerian hebat dalam insiden serta klausa sederhana, dan rumah menjadi tempat untuk bernaung; melindungi diri dari murka makhluk tertinggi dan berharap semesta bisa memperbaiki situasi dengan sendirinya.
Seharusnya seperti itu.
Kenop pintu yang terpampang percaya diri menyuarakan opini bahwa di balik pintu bukanlah sebuah proses menguak tragedi Black Dahlia, ini adalah kediaman biasa yang menyodorkan kehidupan monoton. Namun, pergulatan batin tampak tidak menunjukkan persetujuan, huru-hara bising yang mengitari benak mencemoohkan aman sebagai dusta. Tungkai terhenti tatkala netra mendelik tajam kepada obyek bulat padat di hadapannya, Seokjin sesekali bergumul antara memilih rumah atau bar di ujung jalan, meneguk Polandia Spirytus Vodka secara sinting seolah tubuh mampu menampung takaran alkohol sembilan puluh enam persen tersebut.
Pukul enam sudah terlewat sejak tiga puluh menit yang lalu, dan Seokjin dengan bodoh hanya berdiri mematung di lorong tak berpenghuni. Ya, sesulit itu untuk masuk ke rumah yang sudah melindungi dirinya dari fenomena kejam Ibu Alam selama empat tahun. Ini mengingatkan Seokjin pada momen ketika dia tidak sengaja menghilangkan cincin pernikahan Ibu karena berniat memamerkan pada anak gadis tetangga bahwa ia memiliki sesuatu untuk melamarnya, menghabiskan beberapa jam di teras; menyusun pidato permohonan maaf tanpa mengetahui fakta bahwa si gadis ternyata sudah mengembalikan benda itu kepada Nyonya Kim.
Kalau tidak salah nama gadis itu adalah Miyeon, tujuh tahun lebih tua, pujaan hati seorang Kim Seokjin cilik karena memang, dia sangat mempesona bak seorang putri Disney; surai pirang kelabu serta kulit kuning langsat yang berkilau kala dicium sinar matahari dan suara merdu yang seringkali membabat polusi negatif dalam lingkaran atmosfir kehidupan Seokjin.
Little boy blue, come blow your horn, the sheep's in the meadow, the cows in the corn. Where is the little boy who looks after the sheep? He's under the haystack, fast asleep.
Alinea yang diperkirakan berasal dari era Tudor itu menjadi kesukaan Miyeon untuk disampaikan kepada Seokjin ketika realitas tidak bersahabat. Walaupun, sekarang, jika di ingat kembali, sajak anak-anak tersebut merupakan sindiran dari Miyeon untuk Seokjin yang gemar sekali tertidur saat menyongsong senja di padang rumput dekat rumah, dan membuat Miyeon harus menggendongnya sepanjang perjalanan pulang.
Tadi sebelum bermain, Seokjin menemukan ini di lantai dan menyimpannya di saku, Bi. Tetapi, ketika ada penjual permen jelly, dia merogoh kantung celana terlalu tergesa-gesa sehingga cincinnya jatuh, begitu penjelasan Miyeon yang, tentu saja, membebaskan Seokjin dari kemurkaan Nyonya Kim. Pagi berikutnya, Seokjin menemui Miyeon dengan air muka masam sambil mendakwa sengit, "Noona berbohong pada Ibu."
Miyeon hanya tersenyum tipis, mengusap puncak kepala Seokjin cilik dengan tenang. "Terkadang, itu perlu untuk melindungi orang-orang yang kita sayangi, adik kecil."
Hingga satu tahun kemudian, tepat setelah perpisahan mengharukan, Seokjin menyadari bahwa dia tidak menyukai Miyeon layaknya seorang kekasih, perasaan itu lebih kepada kekaguman yang mendasari hubungan antara penggemar dan idola. Miyeon sangat teramat keren tanpa berusaha, berlakon seperti kakak perempuan dan menanamkan banyak perspektif diferensial tentang kehidupan. Sekarang, melupakan bagaimana rupa Miyeon adalah kesalahan terbesar Seokjin—tentu, kepergiannya sama dengan patah hati pertama, namun ia seharusnya bisa bertindak lebih dewasa dan menyimpan semua hal yang Miyeon berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aegis
Fanfiction❝She's contagious, a sickness I'm dying to catch.❞ ──────────── Kim Seokjin • Female OC © yourdraga 2019