Tujuh

12.5K 927 285
                                    

.....

Gue lagi marah banget sama Kian, kesel pokoknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue lagi marah banget sama Kian, kesel pokoknya. Masa hampir 2 minggu gue ngilang dari peredaran, dia anteng-anteng bae. Ngechat enggak, nelepon apalagi. Mana status whatsapp terakhirnya bilang kangen yang gue yakin ditujukan buat mbak pacar nun jauh disana. Kampretos emang. Udah bosen atau emang niat ninggalin gue?

Ya, jangan dong, masa tega ninggalin gue pas lagi cantik-cantiknya.

Kian itu, ya, sekalian bikin potek anak gadis suka gak main-main. Tauklah, gue sebel. Mampus aja, gue diemin sampai detik ini, rasain sange mau nyari pelampiasan ke sape lo? Tatia? Halah, mulusan juga body gue.

"Tapi body Tatia ketutup semua dari ujung kaki sampai ujung rambut, lah elo? Aurot diumbar-umbar gak ada malunya." Gita masih aja julid bin jahanam. Hiya hiya hiya belum aja amandel nya gua slengkat.

"Gue buka aurot cuma didepan Mas ganteng, keles. Lo kalau ngomong mikir dulu kenapa sih, Git? Kalau gue sakit hati dengernya gimana?" Gue gak terima, ya, karena hitungannya pakaian gue masih termasuk sopan. Outfit kuliah gue aja rata-rata kemeja dan celana panjang. Gue pamer paha dan belahan tete cuma didepan Mas Ganteng seorang, berani sumpah kalau ini.

"Canda Kiran shayank." Gita kalau ketawa persis knalpot bajaj.

"Untung gue orangnya gak baperan."

"Iya tahu, Kiki kan cewek kuat." Gita tahu meski gue katain perek sekalipun gak akan ngaruh buat gue.

"Jangan manggil gue kiki? Emang gue merk buku tulis." Gue sewot.

"Lebay, gue aja gak keberatan dipanggil Gigi."

"Bodo, orang gue gak suka." Beda kalau Kian yang manggil, mau dipanggil kiki kek mau dipanggil ranran kek, gue gak nolak, yang penting sayang.

"Lisa blekping aja gak protes dipanggil Iis." Gita berdecak gak sabar. "Nunggu sampai kapan, sih, ini? Tuh Kian udah keluar kelas, gue disuruh ngapain?"

"Mana? Mana?" Gue buru-buru nengok ke arah segerombolan mahasiswa teknik yang hampir semuanya laki-laki.

Kelihatannya mereka baru kelar ujian kalau dilihat dari raut-raut frustasi campur lega, tidak terkecuali Kian yang sibuk memandangi kertas soal ujian dengan kening berkerut.

Sesaat setelah menangkap sosok mas ganteng, gue buru-buru narik Gita ke bak sampah terdekat biar kita ngumpet dibaliknya. Darurat, tadinya mau ngumpet di tembok sebelah sana tapi kejauhan.

"Ngapain, sih, disini? Bau banget tauk!" Gita protes, hidungnya dijepit demi menghalau aroma tak sedap.

"Awas, Git. Nanti Kian liat!" Gue benemin kepala Gita sampai bener-bener nunduk, berabe kalau ketahuan bisa-bisa misi gue gagal.

"Ini gue disuruh ngapain, belegug? Cuma nanyain tentang lo aja gitu? Terus ngapain lagi?"

Gue gak peduliin Gita, lagi fokus sama Kian yang kelihatan fine-fine aja mesti lama gak ketemu gue. Mana ketawa-ketawa lagi sama temennya, nyebelin.

CRUSH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang