Chapter 18

595 37 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaa..follow juga kalo suka karya ini :)

Baca pelan pelan...

~•~

Suasana koridor kini sepi tak bersuara. Hanya tapakan kaki menghentak kesal yang terdengar kontras di pendengaran. Gadis itu berjalan tanpa menoleh ke belakang alih-alih untuk mengobrol dengan Angga. Gadis itu kesal sekali padanya, sudah berkali-kali dia kena masalah karena satu orang cowok yang katanya paling ganteng di sekolah ini. Padahal tidak juga, mungkin.

Matanya menajam melampiaskan amarah di hatinya ketika mengingat bagaimana seenaknya cewek berbando tengil itu bilang gelang ini tidak berharga.

Angga berlari kecil mendekati gadis itu. Menyamai langkahnya lalu hendak memegang punggung tangan gadis itu. "Put tungguin kali," ujarnya sambil mengambil kesempatan.

Belum sempat, Putri menarik tangannya sehingga Angga memasang wajah sedikit kecewa.

Beberapa langkah lagi mereka sampai di ruang BK. Ketika sedikit mengintip lewat daun pintu, terpampang Bu Desi yang memang menunggu mereka bagai singa yang menatap mangsa.

Putri bergidik ngeri, baru pertama kali dia masuk ruang BK. Pelan-pelan kakinya melangkah, dibuntuti Angga di belakang yang tampak biasa saja melihat ruangan ini.

Seketika terasa atmosfer pun berubah, ditambah angin semilir dari AC membuat Putri agak gugup.

"Duduk, ibu mau nanya sama kalian," ucap Bu Desi tiba-tiba.

Putri menoleh kaget lalu menuruti guru itu. "Mau nanya apa ya bu?"

Tampak guru berkacamata kotak itu mengambil sebuah kertas print yang menunjukan tangkapan layar dari postingan yang kemarin dilihat Putri dan Angga.

Mata gadis itu membulat, begitupun juga Angga.

"Kalian tau 'kan di sekolah kita gak boleh ada yang namanya pacaran?!" tanya Bu Desi menekan. Tegas lebih tepatnya.

Gadis itu gelagapan. "E-enggak bu, kita gak pacaran!" jawab Putri terburu-buru.

Angga tertegun mematung membuat Putri sewot dan menyenggol lengannya dengan kencang.

Bu Desi menatap keduanya tidak percaya. "Terus ngapain kalian berduaan aja di foto ini?"

"Dia ngembaliin gelang saya bu."

"Bayar utang bu."

Mereka terdiam setelah berbicara bersamaan. Putri menyumpahi Angga dalam hati, dia melirik Angga dengan tatapan tajam. Sedangkan Bu Desi memiringkan kepalanya meminta penjelasan.

Angga menghela napas hendak mengeluarkan jurusnya.

Mengeles.

"Hahh, jadi gini bu--"

"Apa Anggara Putra??" tekan guru itu.

Membuat Angga malah sedikit gugup, tapi dia sudah terlatih. "Ekhem, jadi gini..., saya emang ngembaliin gelang dia bu, soalnya jatoh di kantin terus sekalian bayar utang bu, hehe," jelas cowok itu, alih-alih ingin meyakinkan Bu Desi tetapi nada bicaranya malah meragukan.

Guru itu merengut, membuat gadis di samping Angga itu berkeringat dingin. AC yang terpampang di depannya pun seolah tidak berguna.

"Utang? Utang apa?"

Angga menarik napas hendak menjawab pertanyaan mudah itu, tetapi tertahan ketika Putri menyambar.

"D-dia pas di kantin uangnya kurang bu buat beli bakso bakar, jadi dia ngutang ke saya," sela Putri sambil cengengesan, sedangkan Angga melirik lalu manggut-manggut setuju.

Bu Desi mengangguk. Seperti biasa, guru-guru pasti akan lebih percaya kepada murid perempuan. "Jadi kalian enggak pacaran 'kan?"

Putri tertawa renyah. "Haha enggak lah bu, iya gak bro?" kekeh gadis itu sambil sok memukul pelan lengan Angga.

Angga pun ikut tertawa paksa. "Iya dong, haha."

Bu Desi menyernyit. "Yaudah sana balik ke kelas!" perintahnya lalu bersender di kursinya.

Gadis itu langsung bangkit, begitu pun juga Angga. Mereka cepat-cepat memberi salam lalu keluar ruangan dengan perasaan lega campur aduk.

Seperti tadi, Putri mendahului Angga dan berlari kecil menjauh dari ruangan Bu Desi tadi. Lalu tiba-tiba berhenti ketika bersamaan Angga ingin bicara sesuatu.

Cowok itu mengangkat alis ketika Putri malah pas sekali berhenti ketika dirinya ingin bicara.

"Put--"

"Kita jangan ketemu lagi ya," sela gadis itu, membuat Angga mematung.

"Ha?"

"Ya kita jangan ketemu lagi," tegasnya.

Angga terkikik. "Si Angel bukan pacar gue kok, lo tenang aja kali."

"Bukan masalah itu--"

"Lo takut dilabrak Angel lagi? Tenang aja, ada gue kok," tutur Angga seraya menunduk, menatap gadis yang lebih pendek darinya ini.

Gadis itu merengut. "Gue gak lemah, gue bisa lawan Angel sendirian," ucap Putri sedikit tersinggung. "tapi masalahnya sejak ketemu lo, hidup gue jadi terganggu!"

Angga tertegun mendengarkan. Beberapa kali mengedip dan membuang pandangan, beralih dari iris coklat gadis itu.

Putri menunduk seraya mengusap wajahnya serba salah. "Maksud gue, bukan lo yang jadi masalahnya, tapi gue gak suka cewek itu dateng lagi dan nuduh gue perebut," terang gadis itu memelan.

Angga menatapnya lagi lalu mengangguk. "Tapi gue--"

"Dan gue gak suka dibilang kalo gue cuma mau sama cowok yang kayak lo," sambar Putri lagi, berusaha supaya Angga mengerti untuk menjauh saja.

Putri tersenyum padanya. "Maafin gue, makasih juga almamaternya tadi pagi." lalu gadis itu pun melenggang pergi mendahului Angga.

Angga menatap punggungnya. Tampak rambut hitam panjang yang menggontai cantik, yang biasa jadi bahan bicaraan cowok-cowok. Mata cowok itu sesaat menyendu, dia sedikit kecewa tapi...

Bukan Angga namanya kalo menyerah begitu saja.
















To be continue

MATSA

Thank you yaa udah baca dan kasih vote part ini..

Mau nanya nanya tentang karakter?

MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang