-3-

78 4 1
                                    

Kebetulan hari ini Ara dan Kayla memiliki jadwal dinas yang sama dan mereka bertemu di radiologi IGD, dikarenakan Ara mengantar pasien post op untuk foto kontrol post cvc.

"Oit, dirimu udah ketemu dokter Agha?" tanya Ara sembari cekikikan.

Kayla mendelik kearah Ara, "Diam kau."

"Galak amat neng."

"Sudah selesai, balik sana." Ujar Kayla mengusir Ara setelah mengetahui hasil fotonya sudah bagus.

"Iya iya, nanti bareng ya, jangan ninggalin."

***

Setelah shift berakhir Ara menghampiri Kayla untuk pulang bersama, karena sudah malam maka mereka harus berjalan memutar karena gerbang belakang ditutup. Mereka keluar melalui pintu IGD, saat hendak keluar mereka bertemu dengan Agha dan Reza.

"Malam dok..." sapa Ara.

"Lho? Eh? Kalian saling kenal?" tanya Agha.

"Oiya dong, orang kita satu kos." Jawab Ara.

"Hoo... ini mau pulang?"

"Kagak, ini mau nge..." Kayla dengan segera membekap Ara untuk mencegah kata-kata memalukan agar tidak keluar dari mulut ceriwisnya.

"Kita duluan ya dok, permisi..."

Kayla menarik Ara dengan sekuat tenaga, menjauhkannya dari dokter-dokter tersebut.

"Arana! Dimohon dengan sangat, kalau ngomong liat-liat sikon! Geblek!"

***

Nada dering terus berbunyi dari handphone milik Agha, ia baru saja sampai dikosannya, baru selesai mandi dan hendak tidur, namun sepertinya ia tidak diizinkan untuk tidur nyenyak malam ini.

"Ada apa Rez? Sorry baru selesai mandi... hmm... oke gue kesana sekarang."

Agha langsung mengambil kunci mobil miliknya dan langsung menuju rumah sakit walau rambutnya masih setengah basah. Tak sampai 10 menit ia sudah sampai dirumah sakit, setelah memarkirkan mobilnya ia langsung berlari menuju IGD.

"Berapa perkiraan korban yang dibawa kesini?" tanya Agha pada Reza sembari memakai APD dan handscoon.

"Kecelakaan beruntun 2 bus dan 1 truck. Masih belum tau berapa korban yang dibawa kesini tapi yang pasti korban luka sedang – berat pasti dibawa kesini." Ujar Reza.

"Hei butuh bantuan?" Agha dan Reza menoleh ternyata itu adalah Misdy bersama dengan seorang teman seangkatannya, Misdy adalah srikandi orthopedi, satu-satunya residen wanita selama 4 tahun terakhir.

"Rez, lu manggil senior juga?" tanya Agha pada Reza.

"Engga lah, gila lu! Mana berani gue manggil senior anjir." Bisik Reza.

"Ga usah bisik-bisik, masih kedengeran tahu. Semakin banyak dokter yang standby semakin bagus, pasien makin cepat ditangani. Lain kali kalau ada kejadian kayak gini jangan ragu manggil senior, prioritas kita itu pasien bukan senioritas..."

Reza dan Agha hanya terdiam mendengarkan nasihat dari seniornya itu.

"Kebetulan dilokasi ada dokter Prab."

"Dokter Prab juga korban?" tanya Agha dan Reza hampir bersamaan.

"Bukan... kebetulan beliau lewat sana..."

Suara sirine ambulance yang beriringan mulai terdengar dari kejauhan, para dokter dan perawat sudah siap sedia didepan pintu IGD.

"Begitu pasien datang langsung pilah sesuai dengan kegawatan, kasih identitas, hitam untuk pasien yang sudah tidak memungkinkan untuk ditolong, merah untuk pasien yang butuh penanganan segera, kuning untuk pasien yang luka sedang, hijau untuk pasien luka ringan. Lalu putuskan sendiri apa yang perlu dilakukan, khusus untuk pasien open fracture serahkan ke saya atau Nel." Ujar Misdy.

X-pecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang