Seorang siswa bertubuh atletis yang belakangan ini menjadi buah bibir baru di sekolah, dengan santai menempatkan motor gede di antara vespa kuning dan biru di kanan kirinya. Selepas meletakkan helm, Ia terkekeh.
"Upin-Ipin are here, " Gumamnya pelan seraya berlalu meninggalkan area parkir.
Tangannya Ia masukkan ke dalam saku celana, sedang matanya menyapu luas lingkungan sekolah. Berharap temukan seseorang yang membuatnya selalu antusias menyambut pagi. Pikiran itu tanpa sadar menarik sudut-sudut bibirnya untuk melengkung senyum, sekaligus menarik perhatian para siswa yang berada di sekitarnya. Ia mematut diri di hadapan angin dengan menyisir rambut menggunakan lima jari tangannya.
Dan whoops! Rupanya itu membuat para siswi semakin menggila. Cuitan menggoda dari mereka mulai terdengar. Bahkan di antaranya ada yang berani mendekat untuk sekedar say hi.
Dia merasa ngeri. Hal itu lantas merenggut sebagian kecil dari mood baiknya pagi ini. Beruntung bibirnya masih sudi memberi senyum canggung sebagai tanggapan.
Untuk menghindari lebih banyak tatapan lagi, Ia mengenakan kupluk pada hoodie hitamnya dan mulai mempercepat langkah. Hingga tak sampai lima belas langkah, telinganya tak sengaja menangkap sebuah percakapan.
"Eh itu Si Sebut Saja Mawar digangguin si Dimdim di deket gerbang! Bakalan seru banget nih!" Kata seorang siswi seraya antusias menghampiri dua orang perempuan yang kemungkinan besar adalah 'kelompok'nya.
"Eh serius lo?" Sahut salah seorang di antara mereka.
"Gue gak pernah bercanda soal ginian," Katanya meyakinkan.
"Emang gak ada Pak Joko?" Yang diberi kabar tidak bisa langsung percaya. Mengingat bagaimana tegasnya satpam sekolah yang tentu tidak akan membiarkan keributan sekecil apapun di area gerbang, yang mana menjadi ikon terdekat dengan pos kediamannya.
"Doi lagi gak ada, gatau ke mana dah. Ga penting ish! Sekarang gini, gue tetep jagoin Si Cowok Kulkas. Dia pasti jadi penyelamat seperti biasanya," Katanya lagi, lebih antusias dari sebelumnya.
"Gue udah gak yakin sama Si Cowok Kulkas semenjak dia deket sama Si Hello Kitty. Yakin sih sekarang Dimdim yang menang," Yang lain beropini. "Kalau lo gimana? Jagoin Si Cowok Kulkas atau Si Dimdim?" Lanjutnya, melempar tanya kepada salah satu di antara mereka yang tak kunjung bersuara sejak tadi.
"Gak dua-duanya," Jawabnya dingin.
"Loh? Gak bakalan ikut?" Heran Si Pembawa Kabar.
"Ah ga seru lo," Yang lain menimpali dengan kecewa.
Dia menggeleng. "Gue jagoin Si Pendatang Baru. Gue yakin dia yang bakal dateng kali ini," Fokusnya sejak tadi tertuju pada lelaki berhoodie hitam yang nampak sengaja berhenti sejenak tak jauh dari mereka untuk sekedar menyimak.
Kemudian matanya menyaksikan bagaimana laki-laki itu bergegas pergi ke arah gerbang. Smirknya terukir.
"Lima ratus ribu. Deal?"*
Muizz tak bisa menahan diri lebih lama lagi. Kalimat-kalimat kelompok perempuan tadi cukup membuatnya mengerti situasi apa yang sedang terjadi. Pesetan dengan julukan-julukan mengganggu yang mereka berikan. Fokusnya saat ini adalah Grizelle sedang terancam.
Langkahnya yang cepat kemudian melamban tatkala suara cukup keras memecah suasana dekat gerbang. Bersamaan dengan derum motor yang menjauhi tempat kejadian, Ia berhenti. Memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Degup jantungnya mulai tak beraturan. Di bawah mendung langit dan selimut sejuk udara pagi, Ia malah gerah. Lantas kembali dibukanya penutup kepala itu. Kemudian berusaha mengambil langkah terkendali di belakang dua sejoli tanpa mereka sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warmth
Teen Fiction"Kumohon, jangan tinggalkan aku.. Aku tidak ingin cepat mati sebab terbunuh dingin dan sepi." pintanya lirih, nyaris tak terdengar. Nyatanya, hidup menjawab dengan serentetan kejadian yang mengikis egois. Khidmat Ia dengar apa kata peristiwa. Setela...