Orang-orang dari suku Bachidore menyusuri jalan di tengah kota mengantarkan jenasah dua tetua mereka yang dibunuh dengan keji, untuk dimakamkan di pinggir kota. Keluarga Harim turut serta karena mereka juga berasal dari suku Bachidore. Orang dari suku lain berkumpul dan melihat mereka dengan tatapan iba."Itulah akibatnya kalau melawan Tagon Niruha," bisik salah satu pria.
"Tapi seharusnya tidak perlu dibunuh sekejam itu juga, kan. Kepalanya sampai hancur..." kata yang lain sambil bergidik.
"Oh... itu Tanya-nim..." seru seorang wanita.
Tanya yang diikuti Yangcha dan pengawal serta pelayan-pelayannya, berjalan menghampiri iring-iringan jenasah. Tanya menatap satu-persatu orang Bachidore yang tampak sedih dan terpukul. Tiba-tiba Tanya berlutut di atas tanah. Yangcha tidak sempat menghalangi gadis itu melakukan aksinya. Dan semua orang yang melihat hal ini terkejut, termasuk orang-orang Bachidore.
"A... apa yang anda lakukan, Tanya-nim?" tanya Harim.
"Aku meminta maaf atas apa yang terjadi pada para tetua Bachidore," kata Tanya.
"Aduh... anda tidak perlu begini. Toh anda tidak melakukan kesalahan apapun," kata salah satu anggota keluarga Tetua.
"Benar, yang seharusnya minta maaf adalah Tagon Niruha," ujar Nunbyeol acuh. Chaeun menyenggolnya, melarangnya bicara sembarangan.
"Berdirilah, Tanya-nim, nanti pakaianmu kotor," kata Harim.
Tanya bangkit dan Wurumi membantu menepuk rok Tanya yang terkena tanah, "Kami akan menyiapkan upacara pemakaman yang layak untuk mereka dan memberikan penghiburan kepada kalian yang sedang berduka," kata Tanya.
Dan semua orang yang melihat hal ini, menyebarkan betapa murah hatinya sang permaisuri.
---
Dari atas puncak istana, Tanya dapat memandang aktivitas rakyatnya di sekitar istana. Ia teringat perkataan Tagon bahwa ia tak akan bisa apa-apa selain menuruti perintah jika tidak punya kekuasaan. Maka Tanya hendak mencoba mencari kekuasaan dengan mengambil hati rakyatnya. Namun bukan berarti kebaikan-kebaikan yang ia berikan kepada rakyat itu hanya sekedar sensasi yang berunsur politik semata. Ia tulus melakukannya, tetapi ia juga berharap rakyat pada akhirnya akan berpihak kepadanya yang ingin menghentikan kelaliman Tagon.
"Aku mendengar apa yang kau lakukan tadi pagi," kata Tagon yang muncul di belakang Tanya.
"Kerja bagus," lanjut Tagon, "Kau berhasil menenangkan mereka. Raja yang kejam dan permaisuri yang penuh ampunan, kita pasangan yang sangat serasi."
"Lebih tepatnya, kau yang berulah dan aku yang menyelesaikannya," ucap Tanya sinis.
"Kau masih marah padaku?"
Tiba-tiba Tagon memeluk Tanya dari belakang. Gadis itu tersentak dan hendak melepas tangan Tagon dari perutnya, namun Tagon makin mempererat pelukannya, bahkan meletakkan kepala di bahu Tanya.
"Maafkan aku. Kemarin aku sangat kasar padamu. Ketika kau berkata ingin pulang ke Iark, aku marah dan kalut, karena aku tidak ingin kehilanganmu. Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi aku sadar bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu," Tagon melepas pelukannya dan memutar tubuh Tanya agar berhadapan dengannya, "aku janji akan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi."
Wajah Tagon mendekat, ia hendak mencium bibir Tanya, namun gadis itu memalingkan wajahnya. Tagon hanya tersenyum tipis dan pergi dari sana.
---
Yangcha mengetuk pintu kamar Tanya. Setelah ada aba-aba dari dalam, ia pun masuk. Agaji sedang memasangkan jepit di rambut Tanya yang sudah tergelung rapi. Yangcha meletakkan tas besar di dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Idn-AC FF] Unspoken Love ✔
Fiksi PenggemarRaja Tagon yang lalim memerintah Negeri Arth, menjajah berbagai wilayah termasuk desa suku Wahan. Tanya, anak kepala suku Wahan, berusaha untuk menyelamatkan sukunya dari perbudakan. Ia mengalami berbagai kesulitan hingga ia menyadari misi dan ambis...