1.

3 1 0
                                    

"Eh eh kalian udah denger belum? Bima masuk SMA Kusuma! Dia bahkan ada di urutan kedua!!" Sayub-sayub riuh anak anak yang masih duduk di SMP Rajawali mengusik tidur seseorang gadis di atas lipatan tangan yang diletakkan diatas meja pada pagi hari.

Ia berjengit dengan masih mempertahankan kesan tenangnya.

"Ada apa Ann??" Tanya nya kepada temannya yang heboh.

"Bima masuk SMA Kusuma di peringkat kedua se-Provinsi!! Gila gak Sha!" Mysha, gadis yang mendapat jawaban tersebut hanya terdiam.

Ya, dia cemburu Bima dapat memasuki SMA yang mereka berdua incar bersama, usaha mereka beberapa bulan ini gugur karena orang tua Mysha melarang Mysha untuk sekolah di SMA Kusuma dengan alasan tidak bisa mendapat pengawasan yang ketat dari orang tuanya. Manja? Tidak, justu Mysha bersikeras untuk diizinkan sekolah di salah satu sekolah boarding school tersebut.

Mysha melihat Bima yang baru datang ke kelas. Dia langsung dikerubuni perempuan-perempuan di kelasnya, mereka berbondong-bondong mengucapkan selamat kepada Bima. Namun seperti biasa, Bima hanya diam, Bima terlalu cuek untuk itu. Perlakuan maksimalnya hanya tersenyum, mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Sekali lagi harus penulis akui.. Mysha sedang cemburu.. dengan orang yang dia suka. Dia cemburu Bima bisa diterima dengan lancar sementara dia susah payah dan harus gagal menolak beasiswa tersebut.

Mysha hanya duduk di bangkunya, memasang earphonenya dan tetap berusaha fokus ke buku yang dipegangnya.

"Mysha.." panggil Bima.

Mysha tidak menjawab, hanya mendongakkan kepalanya menatap Bima dengan tatapan datar.

"Are u okay today?" Tanya Bima.

"Can u see i'm so sick now? No? Hmmh i'm okay don't worry." Jawab Mysha tanpa melihat kearah Bima.

Tanpa menjawab Bima langsung duduk di belakang Mysha, dibangkunya.

Bel masuk pun berbunyi, mereka mulai belajar seperti hari hari biasanya, di kelas akhir seperti kelas 9 ini mereka butuh ekstra usaha dan sedikit kerjasama untuk mendapatkan nilai sesuai, minimal pelajarannya menempel sempurna di otak.

Mysha meminimalisir interaksi dengan Bima. Walaupun Bima tergolong orang yang cuek, biasanya itu tidak berlaku bersama Mysha, namun hari ini Mysha yang memutuskan untuk menjadi dingin.

Bima paham, Mysha merasa cemburu padanya, dibandingkan dia usaha Mysha jauh lebih besar, namun karena tidak ada restu dari kedua orang tua Mysha, dia tidak bisa menerima beasiswa tersebut.

Bel istirahat berbunyi, Mysha tetap tidak ingin beranjak dari bangkunya, dia selalu berusaha terfokus kepada bukunya.

Sejujurnya Mysha ingin menangis, dia bingung dengan dirinya sendiri. Disisi lain dia senang Bima diterima di sekolah yang mereka berdua idamkan, tapi sisi lain yang lebih mendominan adalah dia merasa iri kepada laki-laki yang dia sukai.

"Seharusnya namaku yang berada disana, seharusnya namaku dan nama Bima ada disana! Tapi kenapa hanya bima? Aku berhasil mendapat peringkat 1 di setiap semester selama sekolah disini bersamanya, tapi kenapa aku tidak bisa mendapat izin disana?!" Batin Mysha yang sedang menutup wajahnya, menahan air matanya sendiri.

Tiba-tiba dia merasa ada earphone yang sengaja orang lain masukkan ke telinganya, dia menoleh, mendapati Bima yang sedang duduk di sampingnya sambil memainkan ponselnya.

"Namae wo yobu yo~
(Akan ku sebut sebuah nama)

Anata no namae yo~
(Dan itu adalah namamu)"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang