16 - Strange Frontier

207 48 12
                                    

Ada alasan mengapa Audrina menyerahkan manfaat dari keraguan, entah karena dia tidak punya pilihan atau dia hanya ingin melakukan itu. Seperti halnya kepada Mia dan Jimin, mungkin Seokjin juga termasuk. Namun, itu tidak tersedia untuk semua orang, ada seleksi kritis tersendiri di dalam raga. Setelah semua tragedi yang terjadi, dia menolak membiarkan idiosi menghancurkan hidupnya untuk kedua kali.

Jika Audrina harus merangkainya lewat kata-kata, dia akan menyampaikan bahwa jumlah harapan yang dia miliki sama dengan tanah yang hangus. Tandus, kosong, benar-benar tidak ada eksistensi. Tetapi, konversasi Mia dan Jimin barusan? Oh, tentu saja, itu menggelung sesuatu dalam dirinya. Entah, mungkin serpihan optimistis?

"Aku tahu kau masih terbangun," Mia berbicara setelah membiarkan pusaran keheningan mengudara selama beberapa menit. "Maaf, apa suaraku terlalu mengganggu?"

Ketika kepekatan malam meringkus cakrawala, Audrina selalu memperoleh diri bergerak tidak nyaman di bawah selimut setiap detik selama setengah hidupnya. Fragmen Mother dan Sanctum yang menghantui secara permanen mengelilingi kepala seperti rekaman rusak, semacam mimpi buruk yang berada di level tersulit. Kapan terakhir kali dia terlelap tanpa beban pikiran melanda benak? Tujuh belas tahun lalu, kurang lebih.

Konstelasi asterisk di langit tidak lagi seindah yang diingatnya, bahkan Audrina melupakan cara bagaimana melihat alam semesta tanpa agonia. Dengan ancaman OLA yang masih hadir senyata bias rembulan, Audrina mendapati jantungnya menggempur tulang rusuk dengan ketakutan absolut. Tidak, bukan mortalitas yang membuat dia gentar, tetapi lebih kepada keselamatan orang-orang di sekitarnya.

"Seokjin sedang keluar sebentar, dia akan kembali dalam beberapa menit," lanjut wanita itu dan mendudukkan diri di tepi tempat tidur. "Aku di sini karena dia sungguh ketakutan, juga aku ingin mengecek kondisimu setelah percobaan... kelulusan? Aku tidak terlalu yakin bagaimana harus menginterpretasikan tanpa menyinggung."

Seokjin. Seokjin. Seokjin.

Bagaimana cara melindunginya dari tipu daya OLA? Bagaimana cara menjelaskan bahwa selama ini seseorang yang Seokjin anggap sebagai sahabat masih hidup, tidak hilang, tapi mirisnya, pertemuan dengan orang itu berarti perang sivilisasi? Bagaimana cara mengatakan bahwa suatu hari nanti akan ada kemungkinan Audrina sekarat di tangan Seokjin? Bahkan lebih buruk, tewas di tangannya?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang masih Audrina coba jawab. Namun, terkadang, tidak semua pertanyaan memiliki jawaban, atau itu hanya terlalu sulit untuk ditangani dan diperjuangkan.

"Luisa adalah anak pemilik dari gedung apartemen ini, tampaknya semenjak Seokjin pindah ke sini, dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama," jelas Mia tanpa permisi. "Sayangnya, Seokjin tidak menyukainya seperti itu. Dia hanya menganggapnya sebagai teman, tapi Luisa terkadang suka berfantasi tentang hubungannya dengan Seokjin, mengatakan pada beberapa orang bahwa mereka sepasang kekasih."

Sejujurnya, polemik tentang ketertarikan Luisa terhadap Seokjin adalah hal terakhir yang bisa Audrina permasalahkan. Dia telah melihat banyak, bahkan kilasan seorang individu dibalik itikad alternatif, dan dengan kata-kata yang keluar dari mulut Luisa beberapa momen lalu, entah mengapa dia hanya menemukan stigma dalam figurnya, dan dapat merasakan kemungkinan buruk dari masa depan yang akan terjadi berdasarkan informasi singkat.

Pun Audrina hanya diam, tapi telinganya mendengar seluruh eksplanasi Mia dengan saksama.

"Luisa memang agak tidak sopan, terlebih lagi jika menyangkut soal Seokjin. Selain memiliki kunci cadangan, dia juga sering mengganggu Seokjin di tempat kerja," katanya. "Tapi, kau tidak usah khawatir. Seokjin mengganti kata sandi pintunya secara berkala, dan aku rasa setelah ini, dia akan lebih ekstra hati-hati."

AegisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang