13 | L e l a h B a t i n

5.2K 181 5
                                    

-Selamat membaca-

🍍🍍🍍

Emely memeluk Akina.

"Lo kuat Kin. Dan kalian pake pengaman kan? Santai lah, ga bakal jadi itu kecebong."

Akina tersenyum tipis penuh luka, "Sayang nya, karna Savaro terlanjur mabuk. Kita gak pake pengaman. Sama sekali."

Emely terdiam.

"Kin.... Kalian. Bener bener udah gila."

Akina mengangguk, mengakui, "Iya. Emang udah gila. Dan ini semua, demi Asana. Kakak gue Mel."

"Gue salut sama lo," ungkap Emely bangga.

"Sekarang, cuma lo dan sahabat gue yang tau, kalo gue ini udah tidak bersegel. Gue mohon, tutup rapat rapat ya."

Emely mengangguk, "Ke kelas yuk? Udah pelajaran ketiga."

Tertawa sebentar, kemudian mengangguk.













-Naughty-






A

kina dan keluarga nya sedang makan malam.

Ada Asana di samping nya.

Dan dihadapan mereka ada orang tua nya.

Hati Akina selalu saja sakit kala melihat orang tua nya tersenyum hangat pada Asana.

Pada diri nya? Hanya tatapan dingin. Dan datar.

"Asana. Papa bangga sama kamu. Kalo kamu dapat nilai memuaskan tahun ini. Papa janji, kamu akan kuliah di Stanford."

Asana tersenyum sumringah, "Yang bener pa?"

Papa nya mengangguk dan tersenyum.

"Sama Akina juga kan?" tanya Asana riang.

Makan kedua orang tua nya terhenti.

Mata nya menjadi datar.

"Kamu aja Asana. Kalo Akina ikut, kamu susah nanti. Biat dia disini aja."

Boleh kah Akina mengutuk?

Tidak. Ia tidak boleh sejahat itu.

Akina tersenyum, paksa, "Iya San. Gue disini aja."

"Iya emang. Kamu disini aja. Kalo disana, buat susah. Bikin kami buang-buang duit!" sahut mama nya.

"Papa juga setuju kamu disini saja. Bisa-bisa, kamu menjadi jalang disana."

PRANG!!

UCAPAN MENUSUK! DAN SUNGGUH KETERLALUAN!

Ketiga orang yang ada di meja makan terperangah melihat Akina yang begitu mengerikan.

Orang baik kalo marah mengerikan.

"Punya pangkat apa Anda ngomong dengan merendahkan saya?!"

Lagi lagi, sang ayah terperangah.

Akina benar benar seram.

Ia tak menyangka anak nya bisa begini.

Karna, yang ia tahu hanya adalah, Akina itu hanya bisa diam saja saat di kucilkan.

Ia tidak tahu saja.

Huuh pak Barrnet. Bahkan, anak mu sendiri, kau tak mengerti.

"A-Akina," Asana memanggilnya tergagap.

"Duduk kamu! Jangan sok jagoan!"

BRAK!

PRANG!

Meja di tendang. Dan piring pecah berkeping keping.

"KALIAN FIKIR DENGAN OMONGAN KALIAN SAYA TIDAK BISA SAKIT HATI?!"

Semua diam. Sungguh, tak berani mengeluarkan suara.

"SAYA INI ANAK KALIAN! TAPI, RASANYA SEPERTI ORANG ASING! UCAPAN PAK BARRNET TADI, SUNGGUH KETERLALUAN!"

"Saya anak kalian. Gak mungkin menjadi jalang. Orang tua saya tidak mengajarkan begitu...," lirih Akina kemudian matanya berkaca kaca.

Tangis nya pecah.

Hati sang ibu tersentak kala Akina berkata, orang tua saya tidak mengajarkan begitu.

Sumpah, ia tak pernah memperhatikan Akina selama 8 tahun ini.

Tepatnya, sejak umur 10 tahun.

Akina menghapus air mata nya, kemudian berkata lantang, dengan dagu di naikkan pongah, "Saya bersumpah! Jika saya pergi dari sini, kalian lah orang yang menangis paling kencang! Terutama Anda! Ibu saya!"

Akina berlari ke kamar nya.

Mereka tidak tahu. Akina itu sudah menjadi jalang ranjang demi anak yang mereka banggakan,


——-siapa lagi jika bukan Asana?


















Ucapan tadi sungguh menusuk.

Dan Akina janji, tidak akan pernah melupakan nya.

Akina sayang keluarga nya.

Namun ---begini kah balasan nya?

Demi Ozan yang masih kencing di celana, Akina lelah batin!










-Tbc-

Naughty {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang