15 - Rasa yang Masih Ada

36 2 0
                                    

Lala dan Zain telah menghabiskan makanannya.

"Gimana La? Udah kenyang? Atau mau tambah lagi? Ntar biar aku pesenin lagi."

"Gak usah kak. Aku dah gak laper lagi kok. Makasih buat traktirannya ya kak Zain."

"Sama-sama Lala."

"Ya udah kak, kak Zain mau pulang sekarang?"

"Iya yuk! Udah malem juga."

"Terus kak Rafa-nya gimana kak?"

"Emm gimana ya? Ya udah kita coba lewat depan ruangan rawatnya Amel lagi aja, siapa tau Rafa dah selesai jengukin Amel."

"Oke kak."

Mereka menuju ke ruang rawat Amel. Benar saja, Rafa baru keluar dari ruangan itu.

"Zain, Lala kalian dari mana? Aku pikir kamu dah pulang La."

"Eh Raf, tadi gue sama Lala abis dari kantin rumah sakit buat beli makan. Kasihan tadi Lala laper."

"Ohh."

"Amel gimana Raf?"

"Dia baik-baik aja kok. Tapi dia minta gue buat temenin dia."

"Jadi lo masih harus di sini Raf?"

"Entah Zain, gue sebenernya gak mau terus di sini. Gue juga mau nganter Lala pulang."

"Udah Raf, lo di sini aja. Lala biar sama gue. Maksud gue biar gue yang anter Lala pulang. Lo tenang aja Raf."

"Jadi lo mau nganterin Lala pulang?"

"Iya Raf."

"La, kamu mau pulang sama Zain?"

"Iya gapapa kak. Aku sama kak Zain aja. Kak Rafa masih harus di sini kan. Kak Amel lebih butuh kakak sekarang."

"Maafin aku ya La!"

"Kenapa kak Rafa minta maaf? Aku gapapa kok kak."

"Ya udah Raf, gue sama Lala balik duluan ya."

"Oke Zain. Jagain Lala ya!"

"Sipp bro. Kalo ada apa-apa kabarin gue aja Raf."

Zain mengantar Lala pulang. Dalam perjalanan tak ada satu pun yang mau membuka suara. Zain diam-diam memperhatikan Lala yang sedang melamun. Akhirnya Zain yang memecah keheningan dalam mobil itu.

"Lala. Kamu kenapa? La??"

"Eh kak. Iya kak kenapa?"

"Gak La, aku tanya kamu kenapa?"

"Ah aku? Aku-aku gapapa kok kak."

"Yakin kamu?"

"Iyaa kak Zain. Aku baik-baik aja."

"Kamu sakit hati karena Rafa sekarang lagi jagain Amel?"

"Apa? Yaa-gak mungkin lah kak. Emang udah seharusnya kak Rafa jagain kak Amel kan."

"Beneran kamu gak ngerasa sakit hati liatnya?"

"..."

"Kamu kalo sama aku jujur aja gapapa La! Aku kan dah tau gimana perasaan kamu yang sebenernya ke Rafa."

"..."

"Lala? Kamu--"

"Kak, apa yang aku rasain sekarang ini salah ya? Aku jahat banget kan kak kalo aku gak suka liat kak Rafa temenin kak Amel di rumah sakit?"

"Bukan jahat La, itu tandanya kamu memang masih sayang sama Rafa. Perasaan kamu ke Rafa dari dulu memang gak pernah bisa berubah. Cinta itu gak pernah salah La."

"Tapi bisa aja kalo kita jatuh cinta ke orang yang salah kan kak?"

"Ini cuma persoalan waktu La. Dan terkadang cinta itu memang harus egois. Kita harus ngorbanin kebahagiaan orang lain buat kebahagiaan kita. Pasti ada orang yang akan ngerasa sakit hati di tengah kebahagiaan kita La. Entah itu disengaja ataupun gak."

"Kalo aku sama kak Rafa, pasti bakal ada yang sakit hati, kak Amel--"

"Bukan cuma Amel, tapi aku juga La." tanpa sengaja Zain mengucapkan sesuatu yang seharusnya tak didengar Lala.

"Kak Zain? Kakak tadi bilang apa? Maksud kakak apa?"

"Ahh gak kok La. Lupain aja!"

"Kak Zain,"

"Lala, aku beneran gak maksud apa-apa kok. Aku-aku salah bicara tadi."

"Kak Zain gak suka kalo aku sama kak Rafa?"

"..."

"Kak jawab aku! Aku mohon."

"Oke La, iya aku gak suka. Jujur aku belum bisa terima kalo kamu sama Rafa. Kamu liat sendiri kan, dia bahkan belum bener-bener bisa lepas dari Amel. Dia cuma terus bikin kamu makin sakit hati, dan itu-aku gak suka. Karena aku masih sayang sama kamu."

"..." Lala tak dapat berkata-kata lagi setelah mendengar pengakuan dari Zain. Ia memilih diam hingga mereka sampai ke rumahnya.

Begitu mobil Zain terparkir di depan rumah Lala, Lala bergegas ingin turun dan segera menjauh dari Zain.

"Makasih karena udah anter aku pulang kak. Kalo gitu aku masuk dulu."

Zain sempat menahan tangan Lala sesaat, "Lala, aku minta maaf. Aku beneran gak bermaksud apa-apa. Please, lupain aja perkataan aku tadi! Aku mohon maafin aku. Aku dah janji sama kamu kalo aku rela lepasin kamu dan biarin kamu perjuangin cinta kamu ke Rafa, aku gak akan pernah ingkar janji Lala. Kamu gak perlu mikirin soal perasaan aku."

"Maaf kak. Aku masuk dulu."

Lala melepaskan tangan Zain, ia masuk ke rumah seakan tak ingin mendengar dan merespon penjelasan dari Zain lagi. Zain merasa frustrasi dan merutuki kebodohannya sendiri, kenapa ia harus salah bicara tadi. Itu sukses membuat semuanya berantakan. Padahal selama ini hubungan Zain dan Lala baik-baik saja meskipun jalinan cinta di antara mereka sudah terputus. Kini Zain harus berpikir keras lagi bagaimana caranya memperbaiki hubungannya dengan Lala.

Di lain tempat, Rafa pun merasa dilema sekarang. Apa yang hendak ia lakukan. Mana yang saat ini harus ia utamakan, Amel atau Lala. Rafa tak mungkin meninggalkan Amel di saat seperti itu, tapi ia sangat menginginkan bersama Lala sekarang. Bahkan tadi ia sempat merasa sakit hati kala harus membiarkan Lala pulang bersama Zain.

Sungguh kisah cinta empat remaja itu benar-benar rumit. Siapa yang bisa meluruskan benang kusut itu dan bagaimana caranya? Apakah benang kusut itu bisa lurus tanpa harus merusak bagiannya? Dalam arti kata lain, apa semua bisa kembali membaik tanpa membuat luka bagi siapa pun pelaku kisah tersebut?

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang