Aku menyukai angka 3. Jika sesuatu terjadi dan itu berakhir dengan 2, makan akan kubuat itu menjadi 3.Pertama, aku bertemu dengannya di Perpustakaan. Kedua, kita bertemu lagi saat pulang sekolah.
Dan kini, dia menggenggam erat tanganku untuk membawaku ke ruang belajarnya. Aku seharusnya menolak. Sore ini aku harus menyaksikan program memasak kesukaanku yang tayang seminggu sekali.
Tapi apa ini... kenapa aku menjadi sangat penurut hari ini? Aku membiarkannya membawaku kemanapun dia mau.
Apa karena aku ingin melengkapi ke-3 pertemuanku dengannya hari ini? Tidak. Kini Aku biasanya mengabaikan tentang hal ini. Mungkin aku, ingin lebih lama bersama dengannya?
Felix memarkirkan motornya. Ia juga membantu Lya turun dari motor besarnya itu.
"Disini... ruang belajarnya?" Felix tak menyahut, dia langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya. Lya pun mengikuti.
Walau Lya sudah beberapa kali memasuki rumah Felix, Lya tak pernah melihat adanya ruang belajar disana. Rumah Felix tergolong kecil dan mempunyai sedikit ruangan. Sangat jauh berbeda dibanding rumah utama nya itu.
Lya pun dibuat takjub saat ditunjukkan jalan menuju ruang belajar Felix. Ada sebuah tangga tersembunyi yang membawa mereka ke sebuah ruangan di atap rumah. Atau biasa kita sebut sebagai Loteng.
Disana terdapat sebuah meja kecil dan buku-buku yang tak terlalu banyak. Memang seperti ruang belajar, yang kecil. Tapi yang lebih menarik perhatian Lya adalah tumpukan-tumpukan CD yang tertata rapih disana. Lebih terawat ketimbang meja belajar disebelahnya.
"Waaah kamu juga ngoleksi CD?" Kata Lya yang terkesima. Dia melihat-lihat tumpukan CD itu satu persatu. Suaranya memekik ketika melihat CD yang ia kenali.
"Aku tau film ini! Aku tau! Aku juga punya CD nya! Dulu aku sampe ga jajan berhari-hari buat nabung biar bisa beli CD iniiii"
Felix memutar bola matanya. Ia lalu menarik tas Lya dan membawanya ke meja belajar.
"Aku bawa kamu kesini untuk belajar, bukan buat ngeliatin koleksi CD aku" ucap Felix.
Namun kini fokus matanya mengarah ke Lya yang memeluk erat CD film kesukaannya.
"Iya tapi abis belajar nanti aku boleh kan liat-liat koleksi CD kamu?" Mata Lya berbinar, ia juga memamerkan senyum termanisnya untuk mendapatkan persetujuan Felix.
Tapi Felix bergeming, ia hanya melihati CD yang Lya peluk.
"Kamu diem aja... kenapa? Ga boleh ya?" Ucap Lya perlahan mengendorkan pelukannya pada CD itu.
"Ng-ngga... papa. Aku cuma jadi pengen... nyegerin ingatan aku"
Akhirnya mereka malah menonton film di CD yang dipeluk Lya itu ketimbang melakukan niatan awal mereka. Usut punya usut, mereka sama-sama memfavoritkan Film itu.
Film pendek tentang hubungan roh hutan yang tak boleh disentuh manusia dan seorang gadis yang tumbuh besar bersamanya..
"Ini nih... aku suka banget scene setelah ini" kata Felix sambil menunjuk-nunjuk layar TV.
"Sama. Abis itu dia Jatuh!" Sahut Lya bertepatan dengan scene yang dimaksud.
Mereka sama-sama tertawa setelah itu. Lalu mereka pun juga memasang wajah menyedihkan yang sama di akhir film. Lya bahkan hampir menangis sebelum dia menteloyor kepalanya sendiri.
"Kamu tau apa hal pertama yang aku pikirkan setelah menonton film ini?" Tanya Felix dengan pandangan yang masih terarah di layar TV. Padahal di layar itu hanya terpampang deretan nama-nama pembuat film.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Youth
Teen FictionZelda Alyana hanya ingin segera lulus SMP dan memulai kehidupan barunya. Ia ingin terlepas dari masa SMP nya yang penuh dengan derita akibat kejahilan teman-teman sekelasnya. Terutama terhadap Felix Aras Mikaela, pelopor Gerakan Mengganggu Alyana. S...