Satu

5 0 0
                                    

Hai, namaku Arly, aku murid kelas XI disekolah. Usiaku baru menginjak 16 tahun. Aku anak tunggal dari keluarga kecilku.  Aku adalah murid baru disekolahku. Orang - orang mungkin menganggapku hanyalah seorang remaja tanggung yang pikirannya masih sangat labil dan masih dalam fase beranjak dewasa. Dan hanya memikirkan masalah percintaan saja, yang mereka katakan memang benar, aku sifatku memang sama seperti yang orang - orang itu katakan, tetapi ada satu hal yang tidak benar, aku sama sekali tidak memikirkan tentang cerita cinta - cintaan seperti di novel atau buku - buku yang mereka baca, tidak semua buku yang mereka baca itu benar adanya 'kan?.

Aku bukannya membenci laki - laki, hanya saja bagiku hal itu sangat merepotkan, dan lagi aku ingin tetap fokus melanjutkan studiku. Aku sangat suka membaca buku - buku, terkecuali buku pelajaran. Aku bukanlah anak populer, aku juga bukan anak yang sangat pintar, nilai - nilaiku memang diatas rata - rata. Bagiku itu hanyalah hal yang sangat biasa, bukan karena sombong, tetapi karena banyak sekali orang - orang pintar dan jenius dibumi ini. Pada awalnya aku juga berpikiran yang sama seperti mereka, tetapi tidak lama pandanganku terhadap diriku berubah dengan sendirinya, dan pada kenyataannya aku sangat berbeda dengan apa yang mereka pikirkan tentang diriku.

Di sekolahku ini, aku lebih suka menyendiri dan membaca novel yang selalu kubawa di dalam tasku setiap hari, aku tidak terlalu menyukai keramaian. Walaupun aku tidak populer, tapi aku mempunyai seorang sahabat. Dan besok aku akan masuk ke sekolahku setelah sekian lama libur panjang, tentu saja sekaligus bertemu dengan sahabatku.

Pukul 6 pagi matahari bersinar dengan malu malu. Aku berlarian kesana kemari untuk mengambil semua perlengkapan dan tas yang kubutuhkan. Mama yang selalu sangat sabar menghadapiku, selalu membantuku menyiapkan barang - barang. Bahkan kedua anjingku pun turut membantuku. Ya, aku mempunyai dua ekor anjing siberian husky  berbulu tebal nan lembut, yang besar kuberi nama moon, sedangkan yang kecil kuberi nama star.  Mereka selalu mengikuti kemana pun aku pergi, dan mereka selalu membuntuti ku. Aku buru - buru berlari ke meja makan begitu pun kedua anjingku. Dan tanpa sengaja aku menyenggol kopi papa saat papa sedang membaca koran, alhasil baju seragam baruku yang tadinya bersih tanpa noda dan putih itu menjadi kotor  dan bau kopi. Koran papa juga terkena tumpahan kopi yang tidak sengaja kusenggol tadi.

Aku pun panik sekali, aku meminta maaf kepada papa, kemudian aku segera berlari ke kamar dan mengganti baju seragamku. Saat aku sudah selesai mengganti seragamku yang terkena tumpahan kopi tadi, kakiku tidak sengaja tersandung oleh sendal. aku pun segera bangkit berdiri dan berlarian masuk ke mobil.

"Ma, aku berangkat dulu ya! Dadah!" Ucapku dengan penuh semangat, papa pun langsung menjalankan mobilnya setekah berpamitan dengan mama. Setelah sampai disekolah baruku, aku berpamitan dengan papa dan segera berlari agar tidak terlambat masuk ke kelas. Saat aku mau masuk ke dalam kelas tiba tiba aku tertabrak oleh seseorang  dan aku tidak mengenalnya sama sekali.

"Ma-maaf.." Itu kalimat yang tiba tiba keluar dari mulutku sendiri tanpa kusadari. Namun orang itu bukannya meminta maaf atau membalas perkataanku, ia malah pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Aku berpikir keras untuk mengingat siapa orang itu, sampai akhirnya bel masuk berbunyi, aku segera masuk kelas dan berniat untuk tidak peduli lagi pada orang itu. Sahabatku sudah menyambutku dikursi sebelahku.

"Selamat pagi Ar" sapanya, namun aku masih berpikir siapa orang itu karena wajahnya sangat familiar dan tanpa sadar aku tidak menjawab sapaan sahabatku ini. Nama sahabatku ini adalah Exa. "Huh? Kok sapaanku tidak dijawab sih Ar? Ada apa sih?" tanya nya penasaran. Aku menjelaskan kejadian tadi dan alasan karena aku kepikiran terus orang itu. "Oh, dia itu si biang kerok" jawab Exa dengan santai. Yang benar saja, jangan - jangan orang itu benar - benar dia si biang kerok itu.

"Yang benar saja kamu, masa beneran dia sih!" kali ini aku benar benar merasa bodoh karena memikirkan si biang kerok itu. Pantas wajahnya sangat familiar, siapa lagi kalau bukan Niel. Niel adalah nama si biang kerok itu, namanya memang bagus tapi itu sama sekali tidak cocok dengan perilakunya. Dia sangat nakal dan ia tidak akan masuk saat jam pelajaran yang tidak ia sukai. Dia sangat  suka mengajak murid lain untuk berkelahi. Intinya Dia sangat suka berbuat ulah. Jika kalian bertanya kenapa aku tidak mengingat si biang kerok itu padahal aku bersekolah disana, itu tentu saja karena aku hanya akan mengingat orang orang yang kuanggap penting saja, walau begitu, aku tetap mengingat masing masing sifat orang itu.

Bunyi sepatu Miss Pilek yang sedang berjalan di koridor sekolah mulai terdengar dari ruang kelasku. Murid murid yang tadinya ribut dan sedang mengobrol, buru - buru kembali ke tempat duduk mereka masing - masing dan segera menutup rapat mulut mereka. Tentu saja tidak akan ada yang mau dihukum oleh Miss Pilek untuk membersihkan satu sekolah, itu bukan hanya sebuah lelucon belaka atau hanya ancaman agar murid - muridnya disiplin. Hukuman itu benar - benar pernah dialami oleh murid di kelasku. Siapa lagi yang pernah mengalaminya kalau bukan si biang kerok itu karena dia ribut dikelas.

Pintu kelas terbuka, Miss Pilek sudah memasuki kelas kami. Kami semua memberi salam.

"Selamat pagi anak - anak, keluarkan buku PR kalian sekarang dan letakkan dimeja, tidak boleh ada lagi yang menyentuh buku itu setelah meletakkannya dimeja." Miss Pilek sudah bersiap - siap untuk menghukum siapa pun yang tidak mengerjakan PR yang diberikan olehnya, tanpa pengecualian.

Aku pun hendak mengambil buku PR IPAku di dalam tasku, tetapi buku itu tidak ada dialam tasku. Kemarin aku mengerjakan PR saat malam hari dan aku meletakkannya dimeja belajarku, saat pagi aku sudah memasukkan buku PR IPAku didalam  tas. Namun kenapa tidak ada?

"Ada apa Ar?" Exa bertanya karena heran dengan perilaku ku. "Buku PR IPAku tidak ada didalam tas." Aku menjawab Exa sambil mengecek kembali tasku. "Coba kamu ingat ingat Ar" Exa berusaha membantuku. Setelah beberapa saat berpikir dan aku sama sekali tidak mengingatnya. "Aku tidak mengingatnya" jawabku putus asa. Miss Pilek memanggil anak - anak yang tidak mengerjakan PR untuk sukarela maju ke depan. Aku akhirnya melangkah ke depan untuk maju ke depan. "Ar?" Exa menatapku bingung, aku tidak menjawabnya dan terus melangkah ke depan tanpa memperdulikan bisikan teman - teman.

 "Kamu tidak mengerjakan PR, Ar?" Miss Pilek bertanya sambil menatapku tajam.                                "Aku mengerjakan PR, bu."                                                                                                                                                 "Lantas kenapa  kamu maju ke depan?"                                                                                                                     "Saya lupa membawa bukunya.

Semua teman - teman tertawa terbahak - bahak, ada yang sampai memukul - mukul meja. Miss Pilek menatapku menusuk, "Itu sama saja dengan tidak mengerjakan PR, dengan sangat terpaksa ibu mengeluarkanmu dari kelas."

Ibarat sudah terjatuh tertimpa tangga pula, hari ini aku sangat sial. Ternyata si biang kerok itu juga tidak mengerjakan PRnya. "Niel, sudah berapa kali kamu tidak mengerjakan PR yang ibu berikan? Kamu ini niat untuk sekolah tidak sih?" Miss Pilek sangat marah ketika mengetahui Niel lagi - lagi tidak mengerjakan PR yang ia berikan. Aku sangat menyesal mengerjakan PR malam hari. Pada akhirnya aku harus keluar kelas dan diam bersama dengan si biang kerok. Hukuman ini tentu saja sangat merugikanku, karena aku tidak terlalu mengerti pelajaran ini. Aku dan si biang kerok ini hanya diam saja seperti orang bisu diluar kelas.

EarthWhere stories live. Discover now