5

3.9K 510 59
                                    

Naruto mengedipkan matanya. Dia berada disebuah ruangan besar yang tidak dikenalinya.

Tapi bajunya masih sama. Kemeja putih panjang dengan rompi, dasi, celana, dan sepatu hitamnya. Setelannya saat di mansion.

"Pssttt pssstt! Lilbro disini!"

Naruto menolehkan kepalanya saat suara anak kecil terdengar di telinganya.

Seorang anak kecil keluar dari bawah meja. Anak kecil tadi memberi isyarat kepada Lilbro untuk mengikutinya.

"Ada apa Nii?" tanya seorang anak kecil yang sangat mirip dengan Naruto. Tapi dia tidak memiliki garis di pipinya.

Naruto menatap anak itu dengan tatapan aneh. Karena dia tidak pernah merasakan bagaimana memiliki seorang kakak. Dia tahu kalau lilbro itu singkatan little brother.

"Kita akan bermain salju. Tapi, jangan sampai ketahuan ayah! Dia sedang di ruang kerjanya" ucap anak itu lalu berlari keluar menuju halaman.

"Oke!" ucap si adik lalu mengikuti langkah kaki kakaknya.

"Bocchan, Bocchan ingin kemana?" tanya seorang maid yang bertugas untuk mengasuh kedua anak itu.

Namun si sulung mengabaikan pertanyaan dari pengasuhnya itu.

"Sitter, kami ingin bermain salju tapi jangan berisik ya!" ucap si adik sambil mengarahkan telunjuknya di bibirnya.

"Tunggu!" teriak sang adik saat dipanggil oleh kakaknya.

"Lilbro ambil ini!" teriak anak kecil itu lalu melmparkan bola salju ke wajahnya.

"Aduh!" si adik yang tidak siap pun terjerembab ke salju.

"Kau ayolah!" ucap si sulung mendengus.

"Ya maaf!"

Naruto tersenyum melihat interaksi itu.

Jika saja dia memiliki seorang kakak,

Tapi, setelah dipikir-pikir dia sepertinya pernah melihat wajah si sulung. Kalau tidak salah wajahnya seperti,

"Hey! Apa yang sedang kalian lakukan hah?!" teriak seseorang dari lantai atas.

"Apa kalian tidak lihat ini sedang turun salju?!"

"Astaga ayah!" teriak kedua anak kecil itu panik.

Naruto tertawa. Mengingatkannya waktu dirinya masih kecil. Dia pun membalikkan badannya menatap sang ayah yang dimaksud oleh kedua anak kecil itu.

Manik sapphire Naruto terbelalak lebar. Di belakangnya ada tempat yang paling familiar untuknya.

Mansion Raven.

"Hah?!"

Naruto terkesiap dari tidurnya. Dia melirik ibunya yang tertidur di sofa kamarnya.

Tangan tan itu terulur dan memijat pelipisnya yang berdenyut sakit.

Setelah merasa sedikit enakan. Naruto pun turun dari ranjangnya.

"Mom, Mommy?" panggil Naruto sambil menggoyangkan tubuh ibunya.

Manik violet itu terlihat, begitu kelopak matanya terbuka.

"Naruto, kau sudah sadar?" ucap Kushina lalu memeriksa tubuh Naruto.

"Mommy. Kenapa tidur di sofa?" tanya Naruto menayp ibunya.

"Kau tadi pingsan. Dan ibu sangat khawatir. Bagaimana dengan kepalamu apakah sakit?" tanya Kushina menatap anaknya.

Raven's Mansion [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang