Waktu itu hari sudah semakin malam dan Seulgi tanpa ragu memilih Jongin didepan Taehyung. Membuat Jongin menyeringai saat menatap pria yang berdiri disamping Seulgi. Semuanya pasti akan memilih teman yang dianggap paling nyaman jika berada dalam situasi seperti ini, tak terkecuali Seulgi. Juga, gadis itu memang terbiasa pulang bersama Jongin bukan?Seulgi berpikir bahwa dia tidak akan merasa nyaman jika Taehyung yang mengantarnya. Jika terjadi, maka itu akan menjadi sejarah baginya karena untuk pertama kalinya Taehyung mengantarnya dengan mobil. Sewaktu berteman dulu mereka hanya pulang bersama menggunakan transportasi umum seperti bis dan kereta.
Ya, memang selama Taehyung meninggalkan Seulgi, Jongin yang menggantikan posisi pria itu. Walaupun waktu itu Seulgi membutuhkan setidaknya dua tahun untuk dipertemukan dengan Jongin semenjak Taehyung meninggalkannya. "Baguslah kau memilihnya. Karena sebenarnya aku tidak akan mengantarmu." Kepala Seulgi dengan cepat mengadah melihat Taehyung dengan ekspresi terkejut. Hei apakah Seulgi disini yang terlalu percaya diri? Atau Taehyung yang tidak punya sifat gentle?
Tidak. Taehyung yang ia kenal adalah seorang yang gentle. Karena dia dulu banyak membantu perempuan selain dirinya dan selalu memprioritaskan perempuan. Perkataannya sebelum itu juga seperti meyakinkan Seulgi agar pulang bersamanya. Atau mungkin karena perpisahan itu Taehyung merubah sikapnya terhadap Seulgi?
Gadis itu meyakinkan diri bahwa ia tidak memiliki hak untuk kesal. Dia menenangkan diri dan memilih sabar, dan dia harus menerima kenyataan bahwa Taehyung sudah tidak sedekat dulu dengannya. Berkali-kali pemahaman itu ia dengungkan dalam hatinya agar dia tidak percaya diri lagi dihadapan pria itu.
Yang dulu tidak sama seperti sekarang. Tapi kenapa dia merasa ada yang mengganjal? Terlebih lagi, dia kecewa?
Dan kenapa jantungnya kembali berdegup cepat hanya karena memikirkan itu? Apakah ia sedang sakit jantung? Apa yang sebenarnya dirasakannya sekarang?
"Arrghh dasar Kim Taehyung!" Kekesalannya pun akhirnya keluar dari bibir tipis miliknya. Bersamaan dengan itu mobil Jongin berhenti tepat didepan flat milik Seulgi. "Apa yang dilakukan Taehyung padamu, Seulgi? Kau terlihat kesal." Tanya Jongin sembari memperhatikan Seulgi. Gadis itu memang gampang sekali dibaca isi hatinya hanya dengan melihat wajahnya.
"Kau tahu? Taehyung adalah temanku waktu kita SMA. Kita sahabatan dari pertama kali masuk SMA." Jongin yang mendengar Seulgi mulai bercerita pun menyimak dengan baik dengan senyum diwajah. Saking bersemangatnya Seulgi melakukan gerakan aneh yang terkesan lucu. Itulah yang membuat Jongin tidak pernah bosan dengan Seulgi yang cerewet ketika bersamanya. Seulgi sangat apa adanya ketika bersama Jongin. Contohnya Seulgi tidak malu melakukan video call ketika ia baru bangun, sering berpenampilan no makeup saat sekedar jalan bersama, dan bahkan makan banyak didepannya. Hal itu ternyata menjadi nilai plus bagi Jongin.
"Setelah graduation di SMA aku kehilangan kontaknya. Bahkan seluruh keluarganya. Aku bahkan sampai pergi ke rumahnya tapi ternyata dia sudah pindah. Dia tidak memberitahuku akan melanjutkan studi dimana atau dia pindah kemana." Raut wajah sedih Seulgi terlihat begitu nyata. Dia tidak perduli dengan jantung yang sementara berdegup kencang dan lebih fokus untuk menahan airmata agar tidak keluar. Jongin tidak boleh tahu betapa sedihnya ia waktu itu.
"Dia dulu tidak seperti itu, Jongin. Dia sangat ramah kepadaku. Tapi sekarang dia menjadi pria yang dingin dan menyebalkan."
"Aku tidak tahu kenapa dia seperti itu padaku. Padahal dia yang menyakitiku duluan dengan menghilang begitu saja. Tanpa kabar." Seulgi mengakhirinya dengan membuang nafas panjang. Dia merasa sangat beruntung ponselnya berdering sekilas menandakan pesan masuk. Itu berarti dia bisa fokus dengan ponselnya tanpa harus melihat Jongin. Anggaplah ini sebuah alasan klise agar Jongin tidak memperhatikan bola matanya yang gampang ditebak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropologi Rasa | vseul
FanfictionApa yang dirasakan manusia itu berbeda-beda. Mulai dari persepsi, pandangan, serta perasaan. Apa yang dirasakan seseorang terhadap suatu hal belum tentu sama dengan pribadi yang lainnya. Semuanya memiliki perbedaan persepsi, pandangan, dan perasaan...