Bonus | Pubertas

1.3K 172 10
                                    


Menghadapi ujian semester yang sebentar lagi dilaksanakan Yena berinisiatif untuk melakukan belajar bersama dengan Yuri. Kencan sambil belajar, menyelam sambil minum air. Begitulah yang sedang Yena rasakan karena Yuri itu tipe cewek yang susah sekali diajak date yang romantis.

"Salah.. pake verb 2 bukan verb satu" cerocos Yuri sesekali menggeplak kelapa Yena jika gadis itu tak fokus.

Yena ingin menyerah saja jika terus-menerus mendapat Omelan seperti ini. Yuri lebih menyeramkan dari guru BK.

Sreeet-

"Aw.. Kok di coret sih kak" runtuk Yena saat sebuah coretan terpampang cantik di lengannya. Yuri -sang pelaku pencoretan- mendengus sebal.

"Makanya fokus.. jangan nglamun Mulu"

Tak terima Yena tentu saja membalas perbuatan Yuri.

"YAAK CHOI YENA !"

Yuri yang tak terima langsung balik mencoret lengan Yena lagi. Dan begitu seterusnya sampai entah sejak kapan mereka berguling dan menindih. Dengan posisi Yuri di atas dan Yena terhimpit di bawah.

Mata mereka saling beradu. Terkunci pada masing-masing hazel lawannya. Seakan tak ingin kalah dan membuktikan bahwa dirinyalah yang lebih mendominasi.

Entah keberanian darimana Yena menarik tengkuk Yuri untuk mendekat hingga ia bisa merasakan hembusan nafas hangat Yuri menerpa pipinya. Hidung mereka saling bersentuhan. Dan tidak tahu siapa yang memulai, mereka sudah saling berpagut dan mengulum. Untuk waktu yang lama hingga tanpa sadar posisi mereka berubah dengan Yena yang sudah duduk tegak dan Yuri yang berada di pangkuannya.

Hingga..
















Kukuruuyuuuuuk~~

Yena berjingkat di atas tempat tidur. Tangannya meraba ke meja disampingnya. Setelah menemukan benda yang ia cari dengan cepat Yena mematikan tombol alarm agar bunyi keras itu tak mengganggu pendengarannya lagi.

Ia melirik kesamping.

'pukul 04.00'

"Tadi itu mimpi yah ?" Yena meraba bibirnya merasakan sebuah sensasi aneh yang ia dapatkan yang sayangnya hanya mimpi.

Yena berdecak kesal. Bagian bawah tubuhnya terasa tak nyaman. Lengket. Ia lalu menyibak selimut dan mendapati bercak merah yang jelas ia tahu asalnya dari mana.

Ia sedang berhalangan, dan hari masih terlalu pagi untuk bangun -ia tak bisa melakukan ibadah saat berhalangan kan- jadinya ia memutuskan untuk tidur kembali.

Namun sepertinya tadi ia melihat lampu kamar Yuri menyala. Ia berpikir tak ada salahnya untuk menghubungi gadis itu.


Yena mendial nomor yang sudah menjadi urutan nomor satu di riwayat panggilan telfonnya. Mendekatkan ke telinga dan masih mendengarkan bunyi statis Karena orang di sebrang sana belum menjawab.

"Ya.. Napa lu"

Yena tak lagi dalam posisi tidurannya. Ia duduk di tepi kasur untuk melihat kondisi kamar Yuri di sebrang sana.








"Udah bangun kak?.. ASTAGHFIRULLAH !!"

Yena langsung menutup matanya saat yang ia lihat di jendela kamar Yuri adalah sosok dengan setelan putih-putih dari atas hingga bawah. Apakah ia harus memberitahu Yuri soal keberadaan sosok itu. Tapi ia tak ingin membuat kekasihnya nanti ketakutan. Ia masih ingat Yuri sangat penakut saat masuk ke dalam rumah hantu.

"Gue abis sholat"

Yena membuka matanya dan mendapati sosok putih itu sedang memegang ponsel di telinganya. Yena bernafas lega. Ternyata sosok yang ia kira hantu adalah Yuri yang memakai mukena.


Yena kembali mengingat perihal mimpinya barusan. Entah kenapa pipinya terasa panas begitu mendengar suara Yuri.



"Kak gue mau tanya.."

"Paan ? Tinggal tanya aja"










"Lu pernah ciuman ?"







"Hah ? Ya enggak lah.. ngaco aja nanya nya"


Yena menggaruk tengkuknya canggung. Sepertinya pikirannya saja yang salah. Perasaannya terasa aneh dengan pikiran nyeleneh yang terlintas di otaknya.


"Ah.. sorry kak"

Yena mematikan sambungan telfon sepihak dan mendapat gerutuan Yuri di sebrang sana yang tentu saja tak akan Yena dengar.









Ia merapikan tempat tidurnya dan menarik sprei yang sudah kotor oleh noda darah yang kemudian ia masukan ke keranjang pakaian kotor di kamarnya. Berniat mencuci sendiri nanti karena ia akan malu jika orang lain melihat walaupun itu keluarganya sendiri.

Yena membersihkan dirinya sebentar dan tentu saja mengganti celananya. Ia memakai pakaian santai dan kemudian memasang sepatu. Tak lupa menyumpal telinganya dengan airpods yang tersambung di ponsel yang ia masukan di saku celana jogernya.

Yena menghembuskan nafas dan menggosok kedua tangannya bergantian. Hari masih gelap. Tapi ia sudah memantapkan diri mulai joging saja daripada memikirkan yang tidak tidak.










Ah sialan..

Masa pubernya tak pernah semengesalkan ini. Ya.. sebelum mimpi itu menghantui pikirannya menjadi yang tidak-tidak










✔️WATERMELON || YenYul [2nd Foodies Series]©Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang