5.
Setelah beberapa hari mogok bicara dan bermain, Caca lebih mengalihkan tubuhnya menyendiri di ruang serba guna yang tak jauh dari kantin. Sebelum teman-temannya bertanya mengapa dirinya mendadak berubah, Caca lebih dulu pergi ke kantin dan pergi ke ruang serba guna demi mengalihkan pandangannya pada siapapun.
Setelah membawa makanan yang ia beli di kantin, Caca menerawang tempat ini agar tidak begitu gelap dan sunyi. Untuk itu gadis ini mengetuk-ngetuk kuku jarinya di bawah panggung kecil yang ia singgahi.
Tuk tuk tuk
Bibirnya pun mulai bergerak menyanyikan sebuah lagu yang ia hapal. Semilir angin masuk ke dalam ruang serba guna ini, dengan begitu santai dan membuat pikirannya mulai berangan-angan.
Hembusan napas berat seketika keluar, membuat Caca mulai terpikirkan lagi oleh perkataan Puma.
Gadis itu pun menggeleng cepat, ia tidak boleh termakan oleh ego dirinya sendiri. Caca harus bisa menerimanya, walaupun dengan berat hati sekalipun.
"Kalau emang Marsel suka, buat apa gue ngehindar gini? Emang bisa ya, perasaan hati diganti sama perasaan hati juga—yaaa nggak mungkin dengan cepat juga kan, harus butuh waktu lama. Sial!"
Dilihatnya makanan yang ia beli di hadapannya, membuat nafsunya langsung mendadak hilang begitu saja.
Hanya sebuah hamburger mini yang ia beli di kantin sekolah dengan ditemani oleh es jeruk peras di hadapannya. Rasa ketertarikan burger dan es jeruk itu tidak membuat hatinya sejuk—melainkan menjadi semakin beku untuk hatinya menutup rapat-rapat.
"Apa gue cari tau aja kali ya, kenapa Marsel belum juga cerita soal gebetan barunya? Tapi disatu sisi gue nggak begitu yakin sama ucapannya Puma—dan disisi lain gue penasaran sama cewek itu. Argh! Kenapa gue jadi tergila-gila gini sih," suara cemprengnya mulai menggema di ruangan serba guna ini.
Caca yang tidak tahu menahu, tiba-tiba ada sosok bayangan tinggi di sudut ruangan yang membuatnya langsung terperangah. Berusah untuk tetap tenang dan tidak mencium aroma negatif, akhirnya Caca menuruni panggung kecil dan membawa burger serta es jeruk itu di tangannya.
Perlahan-lahan tapi pasti, Caca tidak mau teledor ataupun menunjukan rasa gugupnya di ruangan ini. Dengan sangat santai penuh kegugupan, Caca mempercepat langkahnya untuk segera sampai di pintu utama.
Sebelum gadis ini sampai di pintu, suara bedebam begitu nyaring—hingga secara refleks Caca menginjak tali sepatunya sendiri dan seragamnya tertindas oleh saus burger dan es oranye itu.
Sial! Sudah tau ia benci tempat gelap, tapi hatinya terus memaksa untuk dirinya berlari menyendiri di ruangan ini.
"Ahhh! Fuck the day!!!" gerutunya melihat seragamnya hancur berantakan. Entah mengapa setelah Caca pikir-pikir, sekarang gadis ini nampak seperti sampah yang berserakan. Menatapnya geli menjadi Caca buru-buru pergi dari ruangan ini. Berharap gadis ini membawa sweater di ranselnya, jarinya terus menyapu seragam kotor nan menjijikan ini.
🎬
"Denira kemana lagi?" tiba-tiba Marsel menanyai Caca pada teman-teman dengan nama asli Caca sendiri.Leni, Puma, Nindi, Rama, Satrio dan juga Reno tengah menikmati semangkuk mie ayam di hadapannya. Begitu sangat santai, sehingga pertanyaan Marsel hanya diliriknya sedikit lalu setelah itu memasukan gulungan mie ayamnya lagi.
Marsel tidak memesan apa-apa, pikirannya begitu kenyang terhadap sikap Caca yang mendadak berubah dan tidak berbicara kepadanya setelah beberapa hari.
Gadis itu terus saja membingungkan dirinya dan juga teman-temannya yang lain. Bukan hanya satu angan, melainkan seratus pikiran langsung menyerbu benaknya dan membuat burung-burung kecil mengitari atas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
FanficSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...