Dering telfon menggema di sebuah ruangan persegi bercat biru toska bertema bintang-bintang. Tangan Aileen menggapai-gapai nakasnya. Mengambil ponsel mahalnya dan mendekatkan ke telinga.
"JANGAN LUPA NANTI MALEM!"
Beep.
Aileen tak tanggung-tanggung memutus sambungan. Masih pagi dan telinganya sudah mendapat Asupan 10 oktaf dari Mira. Aileen menggaruk kepalanya gatal dan terduduk. Sudah 3 hari dia tidak keramas.
Aileen itu tipe cewek yang malas sekali untuk keramas.
Kantuknya menyerang lagi. Namun ia tak menggubrisnya dan cepat-cepat mandi.
Setelah selesai, ia keluar dengan hair dryer di tangannya. Berjalan santai sambil melihat semuanya sedang sarapan."Selamat pagi pa, selamat pagi ma, selamat pagi semua.." sapa Aileen untuk keluarganya dengan nyanyian. Kemudian mendudukkan pantatnya di sebelah Adena.
"Ko Ade ga diucapin?"
Aileen memandang sinis Adena. "Kan tadi udah di kalimat ke 3." Bodo amat, Aileen mengambil nasi dan sayur sop.
"Itu kan gak menyertai namanya Ade, kak Ai."
"Sabodo ah."
Adena menggeleng dramatis, "entah apa yang merasukimu kak Ai.." lanjut memakan tempe goreng.
Ayah tertawa kencang mendengar pernyataan Adena.
"Ade belajar dari mana ngomong kayak gitu?" Tanya ayah menatap Adena.
Adena berteriak gembira "Tiktok!"
"Yeu, soal Tiktok aja lo semangat." Aileen tetap memakan makanannya.
Mama pun ikut tertawa. "Udah, selesaikan dulu makannya..Ai nanti bantuin mama beres-beres loh ya!"
"Siap!"
Ai itu bukan cewek manja yang maunya hanya bermalas-malasan di rumah. Rebahan segala macam. Ia rajin membantu mamanya membereskan rumah yang lumayan besar ini. Walaupun tidak tingkat, tapi rumah Ai dan keluarganga cukup luas dan lebar. Selesai makan, sesuai janjinya Ai membantu mamanya mencuci piring kotor.
Saat sedang bersenandung ria sambil menggosok-gosokkan busa pada piring, dering telpon kembali terdengar. Ai sudah menebak itu pasti temannya. Siapa lagi?
Ai lebih memilih melanjutkan pekerjaannya lagi. Bodo amat dengan ocehan Mira yang akan mengomelinya! Namun ponselnya bergetar kembali. Lagi dan lagi. Alhasil Aileen geram. Dengan tangan masih penuh busa, ia mengambil ponselnya kesal.
"Anjir awas aja anjir Mira gue bacok juga tu an-" Aileen terhenti begitu melihat nomor tak dikenal.
"Siapa?" Ai pun mengangkat telfonnya dengan alasan takut teman arisan mama-ri. Karena teman mama-ri suka nyasar nelfon ke handphonenya.
Beep.
"Halo, dengan siapa ya?" Tanya Aileen sopan.
"Reynand."
Aileen terdiam. Kenapa si Alas ini menelfonnya?
"ada apa?"
"Save nomer gue ya."
Beep.
Dasar cowok dingin. Malas sekali mesave nomornya. Untuk apa coba? Aileen melanjutkan pekerjaannya kembali. walau tak se semangat tadi.
___Di sebuah mobil mini bergaya klasik. Terdapat 3 gadis remaja yang sedang berdisco. Memutar musik dangdut bervolume besar. sampai memenuhi pendengaran mereka. Bahkan musiknya dari luar bisa kedengaran orang lalu lalang yang memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IphindaPhindwe
Teen Fiction"Gue akan ngedeketin lo." "Gue gak suka deket-deket sama cowok." --- Adinata Aileen, ya. Sebenarnya apa latar belakang gadis itu? Hingga tak mau dekat dengan satu cowok sekalipun. . . .