26 - Ride the Wild Wind

168 30 8
                                    

Depiction of sexual intercourse trigger warning!

Oke, cuma ingin menyampaikan kalau ini adalah kali pertama aku berkutat, terlebih mencoba mendeskripsikan konten seperti ini. Aku udah filter segala macam tulisan se-implisit mungkin. Tolong dimengerti, ya, abilitas dan ceritaku tidak hanya berpusat sama yang namanya adegan mature, hanya sekadar pelengkap.

"Terus ngapain nulis adegan mature kalo gitu?"—biasanya ada aja kamu-kamu tersayang yang nanya begini dalam hati.

Lemme tell you, setiap penulis pasti ada kepinginnya dong menjangkau konten di luar comfort zone, aku pun begitu—makanya kubilang aku masih sangat teramat amatir soal ini. So, please, refrain yourself from leaving nasty comments, apalagi kritikan yang bersifat tidak membangun, langsung kusikat kalian pake mode Slytherin.

Thank you and happy reading, hooligans!

I'M SINKING FASTER AND FASTER BETWEEN HEAVEN AND DISASTER,
SORRY IF I MADE YOU FEEL LIKE I'M STANDING ON THE BORDERLINE



⋇⋆✦⋆⋇ ⍟ ⋇⋆✦⋆⋇



Empat puluh delapan jam.

Barangkali sudah terkikis satu atau lebih, tampak dari antariksa menggulung senja dan menampung gelita pekat, sekelumit gaduh kendaraan berdentum seirama dengan pejalan kaki telah mengudara di Forrest Hills. Angka demi angka yang kalakian melaju membuat keresahan absolut mengacau keseluruhan diri.

Mereka bertukar kesunyian, menyabotase beragam frasa karam dalam kerongkongan. Seokjin menitahkan Audrina berhenti bicara sejak afirmasi kuyu terlontar dari kedua belah bibir, untuk berlebih alasan si Kim menolak mendengarkan sepatah kata, membengkalai realita dan merengkuhnya erat.

Dan Seokjin mengungkapkan padanya betapa ketakutan merangsek relung malam ini, tetapi si wanita tidak berbalas bahwa semuanya akan baik-baik saja, atau sekadar melafazkan dia menjumpai hal yang sama, sebaliknya Audrina justru bungkam dan membenamkan wajah lebih jauh ke dadanya.

Itu sudah cukup, sudah lantang menyuarkan katastrofe, cukup untuk mendapati bahwa mereka tidak akan pernah saling memiliki selama yang kedua psike inginkan.

Seokjin memutuskan mereka setidaknya memerlukan distraksi, sejemang menelantarkan kosmos, mengabaikan lembaran mara yang membayangi gravitasi sambil menelan pilu atas disabilitas untuk menghentikan waktu. Audrina mengukir kurva getir dan mengangguk, biarkan si pria menautkan jemari, memandu, kemudian membentangkan memori ringkas atas momen empat mata yang mereka habiskan di kamar terakhir kali.

"Ada hal-hal dari masa lalu yang kuingat, kebanyakan dari itu adalah sesuatu yang aku harap tidak pernah terjadi. Aku kehilangan banyak, termasuk mungkin... kewarasan. Malam di mana kau menemukanku merupakan hari pertama percobaan mengembalikan kemanusiaan dan identitas yang sudah cukup lama kulupakan."

Seokjin mengusap puncak kepalanya lembut, terbaring bersinggungan sembari manik tertuju ke atas, melirik langit-langit kelabu. "Lucu sekali, awalnya aku sempat berpikir ini mengenai upaya seorang pria melecehkanmu sehingga kau memiliki trauma di masa lalu."

Sudut labium tertarik lemah, Audrina mengeratkan kedua tangan di pinggangnya. "Lebih dari itu."

"Kalau begitu, beritahu aku."

AegisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang