Dan aku bukan seorang cendikiawan yang terus meratapi rekahan mawar di pagi hari,
Bukan ahli tafsir mimpi yang di datangi para pegiat misteri.
Jika kemampuan sebatas kemampuan, malu benar aku sebagai yang mencintaimu.
Sebagai yang menerka setiap ingin pun mau,
Menyisir tatanan apa-apa yang engkau suka,
Menyusun keping demi keping ego yang berserak acak pada masing masing kita, begitupun aku yang senantisa belajar agar bisa menerima dengan penuh kelapangan yang maklum.
Dengan tanpa menyakitimu rasanya lebih baik.
Karena sayang ini mencurah, menjadi satu titik, dan menuju engkau terus menerus. Semoga engkau pun merawatnya dengan ikhlas dan baik.