Prolog

15 20 21
                                    

"Setiap orang yang berbuat buruk pasti memiliki alasan. Jangan remehkan perbuatanku. Aku bahkan perlu berpikir seribu kali untuk melakuknnya."

"Kamu Rafa! Kenapa belum mengerjakan sama sekali?" tanya Bu Dewi dengan wajah garangnya.

"Berbicara sendiri!" jawab salah satu siswa bernama Daniel.

"Benar begitu?" Mata tajam Bu Dewi menatap wajah Rafa penuh selidik.

"Iya," jawab Rafa dengan cengiran khasnya.

"Kalau begitu, pasti ada teman berbicaranya bukan? Tidak mungkin kamu berbicara sendiri. Cepat katakan! Asik mendongeng dengan siapa kamu?!" kesal Bu Dewi akibat ulah Rafa.

"Samaaa," Rafa tampak berfikir. "Sama Nessa," jawabnya pasrah.

Sebenarnya Rafa tidak mau melibatkan nama Nessa. Tetapi, sudahlah. Mau bagaimana lagi? Saat ini Ia begitu malas jika harus mendengar nasehat panjang guru PPKN itu.

"Mana Nessa?" Bu Dewi mengedarkan pandangannya. Beberapa murid menunjuk tempak duduk Nessa.

"Saya Bu," jawab Nessa enteng. Seperti tidak merasa bersalah atas perbuatannya.

"Mana tugasmu?!" Suara khas sepatu pentofel hitam itu mengantarkan Bu Dewi pada meja paling belakang. Lebih tepatnya, meja yang di tempati Nessa lima hari terakhir.

Bu Dewi menarik buku bersampul galaksi milik Nessa. Ia membukanya, lantas membolak balikkan lembaran demi lembaran. Matanya hampir lepas saat mengetahui Nessa hanya mengerjakan satu soal.

"Kamu ini! Benar - benar. Kamu seharusnya lebih rajin di bandingkan teman - teman laki - lakimu! Apa -apaan ini? Kamu bahkan baru mengerjakan satu soal. Kamu ini perempuan, sadar diri. Sia - sia orang tuamu menyekolahkanmu," Bu Dewi melemparkan buku tugas milik Nessa ke sembarang tempat.

Nessa yang melihat itu, bukanny takut, malah kesal. Ia memungut buku PPKN miliknya, lantas kembali duduk. Menyumpal rasa kekesalannya.

"Hanna! Coba cek satu per satu tugas mereka. Pasti ada juga yang diam - diam belum mengerjakan tugas," tunjuk Bu Dewi kepada Hanna. Siswi yang duduk di bangku paling depan.

Hanna bergegas menuju bangku temannya secara urut dan bergantian. Takut - takut bila Ia jadi sama nasibnya seperti Nessa dan Rafa. Padahal, itu tidak mungkin terjadi. Hanna adalah murid kesayangan Bu Dewi.

Atmosfer di dalam kelas terasa berbeda. Suasana tampak canggung dan tegang. Beberapa menit setelahnya, Hanna sudah selesai menjalankan tugasnya.

"Bagaimana Hanna?" tanya Bu Dewi di sertai senyuman.

"Adib sama Sela belum mengerjakan, Bu," jawab Hanna dengan sopan.

"Baik Hanna, terima kasih. Silahkan kembali ke tempat dudukm," ucap Bu Dewi. Lantas berjalan menuju tempat duduknya.

"Adib, Rafa, Sila, Nessa, silahkan berdiri di depan papan tulis."

"Kalian, Rafa, Nessa. Apa yang kalian bicarakan? Coba ceritakan di depan teman - temanmu. Jangan banyak alasan," ucap Bu Dewi. Ia memicingkan matanya, mengintrogasi.

"Saya hanya berbincang sebentar saja. Sisanya saya keluar kelas," jawab Nessa jujur. Dilihat dari wajahnya, tidak ada rasa takut barang secuil pun. Ia malah tampak seperti---lelah.

"KELUAR KELAS?" Bu Dewi menghela nafas. Ia seperti kehabisan cara untuk mengatasi murid bandel seperti Nessa.

"Benar, Bu. Tadi Nessa keluar kelas. Nggak tahu mau ngapain," sahut Rayn yang memang melihat Nessa keluar dari kelas.

"Oh, seperti itu! Benar - benar meremehkan Saya ya, kamu!" tunjuk Bu Dewi tepat di wajah Nessa.

Rayn yang mendengar ucapan Bu Dewi langsung menjulurkan lidahnya dengan niatan mengejek Nessa. "Mampos!" ucapnya tanpa suara.

∆∆∆

Rayn melompat tepat di sebelah Nessa, membuat Nessa terkejut. Anak itu benar - benar menyebalkan. Bisa - bisanya memanfaatkan kesempatan, membuat Nessa mendapat hukuman tambahan dari Bu Dewi.

"Awas aja lo!" kesal Nessa yang masih muak melihat wajah Rayn.

"Awas apa? Emang mau di apain?" tanya Rayn santai, sembari bersedekap.

"Yaaa, lo sih! Yang di tanya siapa, yang jawab siapa. Jadi nambah kan, hukuman gue," sungut Nessa masih tak terima.

"Loh? Malah mendingkan? Gue bantu lo jawab loh, itu. Harusnya lo bersyukur, nggak capek jawab. Bukannya bilang terima kasih, malah demo ke gue," cerocos Rayn.

"Bantu apanya? Heh! Dengerin ya! Nggak ada yang namanya trima kasih trima kasihan kalo sama lo!"

Rayn yang mendengar itu tertawa. Ia salah fokus. Ia malah memandang wajah Nessa. Lucu sekali saat cemberut seperti itu.

Apa? Lucu sekali? Rayn menggelengkan wajahnya. Ia segera mengganti kata lucu tadi dengan kata menyebalkan.

"Nes. Lo manusia bukan sih? Mana ada manusia yang suka narik orang terus tiba - tiba ngajak bicara? Kayak lo ke Rafa tadi. Masih untung kalo kenal. Kalo nggak? Atau jangan - jangan lo-"

Belum selesai kalimat panjang dengan rentetan pertanyaan dari mulut Rayn, Nessa malah lari terbirit - birit membuat Rayn heran, lantas beberapa detik selanjutnya Ia terkekeh, "OTW ngompol kali."

Namun beberapa detik selanjutnya, Rayn di buat tercengang oleh Nessa. Ternyata Nessa keluar kelas untuk menyelamatkan anak kucing yang hampir saja di gondol tikus besar.

Pertanyaannya, bagaimana bisa Nessa tahu anak kucing itu akan kedatangan tikus besar? Padahal, saat Nessa berbicara dengannya, posisi Nessa membelakangi TKP.

Rayn menggeleng - gelengkan kepalanya. Ia sendiri yang sedari tadi menghadap TKP malah tidak melihat.

Mungkin saja Nessa punya mata tersembunyi di belakang kepalanya. Pikir Rayn, lantas terkekeh geli.

Tetapi Rayn yang pada dasarnya memiliki riwayat penyakit kepo akut itu tidak bisa di cegah. Ia memikirkan banyak hal. Sebuah cara agar Nessa dapat mengakui kemampuan yang di milikinya.

Jangan main - main dengan otak genius Rayn. Jika rasa ingin tahunya muncul, maka bersiaplah. Kapan saja bisa terbongkar olehnya.

Karena dia adalah Rayn. Murid laki - laki yang masa bodo dengan sekitarnya. Namun berhati - hatilah, jika rasa ingin tahunya muncul.

∆∆∆

Yang namanya prolog itu nggak banyak kan? Hehe. Segitu aja udah cukup lah ya.

Oh iya, Rayn itu bacanya Rayen. Takutnya nanti kalo pada bacanya Rain.

Penjelasan judul, di part selanjutnya.

Sekian, terima kasih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAFORRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang