Sebelum baca bisa kali teken bintang nyaa ehe biar aku lebih semangat lagi nulis nya wkwk dan bisa juga kali komen komen, jujur aku suka banget bacain komen kaliann :')
###
Guan meradang, ia membanting semua peralatan yang ada di depannya.
Tak bisakah gue tidur sebentar?? Pikirnya.
Guan ingin beristirahat ia sedang berada di hotel, namun saat ia ingin memasuki alam mimpinya, satu telpon berhasil membuat ia meradang.
Anak buahnya tak berhasil masuk dalam markas ibunya, dan berakhir setengah dari anak buahnya meninggal.
"Sial!!! Bangsat!!!" Guan memukul tembok hotel keras. Ia frustasi, orang tua zee sudah tau dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke sini.
Ia menghela nafas kasar. Jika zee tau, entahlah zee masih mau untuk menjadi sandarannya atau malah menjauhinya. Ia tak siap dengan kenyataan itu. Hanya zee orang yang menjadi semangat nya dan sandarannya ia belum siap jika harus di tinggal oleh nya.
Tok tok tok
"Kenapa?" Tanya Guan datar.
Lelaki paruh baya itu memberikan berkas. Ia menatap cemas Guan yang saat ini sedang dalam mengerang frustasi.
Guan melempar berkas tersebut.
"Hanya itu?" Tanya guan. Ia memelankan suaranya yang menandakan ia sedang menahan amarahnya. Ibunya benar benar ingin menguras semua harta ayahnya. Berkas itu, berisikan surat dan tuntutan yang akan di layangkan ibunya pada ayahnya. Ibunya berniat menjebloskan ayahnya ke penjara dengan tuduhan palsu beserta bukti yang sialnya entah mereka dapat dari mana, dan juga berniat membunuh Guan.
Lelaki itu mengangguk pelan.
"Maaf tuan, lebih baik kita melawan. Jika kita diam seperti ini, semuanya akan berhasil di raup." Jelasnya pelan. Guan menatap lelaki itu, matanya memerah ia ingin sekali menghancurkan apapun yang ada di depannya saat ini.
"Gak, kalo kita bergerak, dia pasti bakal celakain zahra."
"Tapi tuan, mereka saat ini sedang bergerak, mencoba menculik rachel." Mendengar nama zee guan menggeram pelan.
Ia harus mencari cara lain, apa ia akan menyerahkan dirinya, dan melindungi keluarga zee?
##
"Zee!! Please buka pintunya!!" Jam 3 pagi, mereka sudah berteriak keras di dalam rumah.
Zee mengurung dirinya dari satu jam yang lalu, yang buat hampir semua orang di rumahnya berteriak dan menggedor pintu zee.
"Dobrak aja pak!" Teriak Baekhyun, jujur saja yang berteriak sedari tadi itu Baekhyun.
Kai menggeram dan menjambak rambutnya. Ia merasa jika sebentar lagi kiamat akan menghampirinya. Jantung nya yang setiap saat tidak akan pernah tenang jika memikirkan masalah ini, mungkin akan berhenti berdetak jika ia selalu memikirkan nya.
Kai menuju pintu, ia tampak raut putus asa.
"Zee please buka, gue bakal ceritain semua, tanpa ada yang gue rahasiakan." Ya, ini adalah keputusan akhirnya, Kai mempertaruhkan nyawanya.
Sedangkan di balik pintu, zee mengangkat bibirnya sedikit, teriakan ini lah yang ia tunggu.
Ceklek.
"Cuma Kai yang masuk." Ucapnya pelan saat Baekhyun bru saya akan membuka lebih lebar pintu kamar zee.
Kai mengangguk dan memasuki kamar serba pink itu. Aroma mawar tercium sungguh kuat di dalam sini.
Ia membuka korden jendela kamar zee, jam masih menunjukan jika langit masih gelap. Di bawah sana, ia melihat beberapa orang berjaga dengan ketat.
Zee melihat itu, ia hampir tercekat, saat pak Dong tidak ada di tempatnya dan malah melihat sekelompok orang berbadan tegap yang berjaga di rumah nya.
"Bisa lo ceritain?" Ucapnya pelan.
Kai berbalik dan menatap zee lekat.
Ia memeluk tubuh kecil di depan nya ini. Iya, Kai berniat menjaga zee dan zahra secara mati matian, walau ia akan kehilangan nyawa sekali pun. Dua orang ini lah yang menemani nya beberapa tahun belakangan ini.
"Maaf in gue yang gk cerita ini dari awal. Tapi saat ini keadaan udah ancur banget zee." Kai memelankan suaranya. Zee menatap datar Kai yang tengah mengelus rambutnya.
"Zahra di culik, dokter lay kritis dan Guan yang turun sendirian menghadapi orang orang berotak uang itu."zee tercekat. Jadi beberapa hari ini zee tidak bisa menghubungi kakaknya bukan karna kakaknya sibuk? Itu karna kakaknya yang di culik?
"Gue nggak tau dalang sesungguhnya dari ini. Yang guan bilang hanya 'wanita itu' gue gak tau pastinya."Kai mengacak rambutnya. Ia berhasil mengetahui alasan kejadian ini dapat terjadi, tapi untuk wanita itu?? Kai belum menemukan jawaban nya.
"Te-terus, mbak.. rara?" Zee menutup mulutnya.
"Kita, gak ada yang tau keadaan zahra. Mereka nutupin ini semua dengan rapat." Zee terduduk. Ia menangis.
"Kenapa lo gak bilang masalah ini dari awal??!" Kai terdiam. Sosok yang selalu menampilkan wajah datar atau pun tersenyum bodoh itu sekarang menampilkan wajah terpukul yang sungguh membuat hati kai sakit.
"Zee dengerin gue."
"Kenapa guan jahat gak ngasih tau ini???!"
"Guan gak mau lo panik zee."
"Kenapa??? Kenapa Kai?? KENAPA?? CUMA ITU YANG ADA DI OTAK GUE SEKARANG!!" zee berteriak histeris.
Kai dengan sigap memeluknya. Mengelus punggungnya agar membuat zee tenang.
"Gak ada yang tau alasan sebenarnya zee, kecuali Guan itu sendiri." Zee melepas pelukan mereka dan mencengkram baju kai kuat. Ia menatap kai tajam
"Apa ini ada hubungannya dengan penusukan Guan?" Kai terdiam, ia lupa, guan sempat tertusuk.
"Itu... Bisa aja."
"Gue, mau ikut bantuin Guan." Kai menatap zee tak percaya.
"Gak, mereka pada ngincer lo zee.. gue gak mau lo juga di culik."zee menatap Kai. Matanya memerah dan wajahnya mengeras.
"Gak akan ada orang yang bisa nyentuh keluarga gue Kai."kata kata itu, di keluarkan nya penuh akan penekanan, membuat Kai mengerutkan dahinya. Ini bukan sosok zee yang ia kenal.
"Gue gak akan diem aja."zee berdiri menuju jendela yang menunjukan jika hari yang gelap akan tergantikan dengan matahari yang siap dengan sinarnya,menambah yakin sosok kecil yang tengah mengepalkan tangannya kuat.
"Walau itu harus gue bayar dengan nyawa gue sendiri." Kalimat ini sebagai penutup.
Apa masalah ini membuat zee berubah??
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]
FanfictionGanteng?? beuh gk usah di tanya tinggi?? banget. lucu? iya pinter?? pasti bisa main musik?? hati aku aja bisa dia main in apa lagi cuma alat musik.. hah!! sexy?? uhh.. hot daddy banget dari semua ini dia kelihatan sempurna tapi sayang, dia... DUDA...