32

8.5K 497 37
                                    

♡Pendarahan♡
...
Izza Pov
  Setelah acara resepsi pernikahan Mas Auf, aku dan si calon ayah disibukan dengan pekerjaan masing-masing.

  Usia kandunganku yang sudah 8minggu ini membuat Mas Aldzi, sangat overprotektiv. Tidak bisa ini itu, harus selalu bawa bekal makanan, dan jangan lupa dengan seluruh sepatu untuk mengajar yang memiliki hak.

Entah disembunyikan dimana, aku sendiri tidak tahu. Dasar suami OP, tapi aku sangat-sangat menyayangi si calon ayah itu.

"Sayang.." panggilan itu membuatku meninggalkan pekerjaanku yang ada didapur. "Sayang... Bundaaaaaaa" panggilan itu yang membuatku malu sendiri.

Aku berlari kecil kearah kamar dan lihatlah Mas suami ini "jangan larii ih, lagi hamil juga" ucap mas aldzi mendelik kesal melihatku berlari kecil. Lihat sikap nya yang OP.

"Ada apa? Mas jangan panggil Bunda ih. Izza jadi geli sendiri" ucapku. Mas aldzi menangkup pipiku yang sudah bulat seperti bakpao.

"Ayah sama bunda kan nanti panggilannya anak-anak kita. Kata bunda itu harus dibiasakan dari sekarang" ucapnya menasehatiku.

Aku tersenyum malu, kemudian mengangguk.  "Mas.. hari ini Izza pulangnya telat, ada kegiatan workshop disekolah." Aku menjelaskan dengan mengancingkan PDL, aku melihat wajah nya yang sudah berubah.

Saatnya membujuk dan melayangkan jurus rayuan ku pada bayi besar ini.
"Mas.. ini kan kegiatan disekolah. Jangan kayak gini lah. Izza kan punya kewajiban juga." Ucapku yang tidak ditanggapi apapun oleh Mas Aldzi.

Aku menghembuskan nafas berat "yaudah.. nanti Izza usahain buat pulangnya nggak telat. Sekarang kita sarapan, yuk mas"

Aku menarik pergelangan tangannya mas Aldzi, menggandengan tangannya menuju ruang makan.

Mas aldzi lansung bergegas membuatkan aku susu coklat, semenjak kehamilanku yang membuatkan aku susu adalah mas Aldzi.

...
"Mas.. marah sama Izza?" Tanya ku saat melihat mas Aldzi yang masih diam. Aku mengambil tas yang berisi leptop. Mengangkatnya tapi mas aldzi lansung mengambil alih tas ransel itu.

"Biar mas saja, kita naik mobil saja ya. Nanti biar mas jemput kamu, bekalnya jangan dilupa, kabarin mas kalau ada apa-apa. Jangan kecapeian ngajarnya, kalau rasa-rasa nggak mampu istrahat, duduk.." ucap mas Aldzi panjang lebar yang membuatku tersenyum.

"Mas...udah nggak marah sama Izza?" Tanyaku memastikan. Aku memasang senyum yang bisa membuatnya luluh.

Mas Aldzi menoleh kearahku, tanganya terulur menagkup pipi ku "siapa bilang mas marah sama kamu? Siapa juga yang betah lama-lama marah sama kamu?" Mas aldzi mencubit pipiku gemas.

"Kalau free udah mas uyel-uyel kamu" ucap mas Aldzi gemas. Aku hanya cemberut.

Berjalan dengan ransel yang dipegang oleh mas aldzi, membuka kan aku pintu disamping kemudinya
"Pelan-pelan sayang" aku hanya tertawa.

"Cuma masuk mobil juga mas, ndak usah Lebay ya suami" ucapku yang ditanggapi dengusan malas.

Mobil berjalan dengan lambat, banyak kendaraan yang berlalu lalang dengan arah tujuan masing-masing.

Sampai digerbang sekolah, mas Aldzi turun dan membukakan pintu mobil. Kebiasaannya tidak boleh diganggu gugat.

Mencium tangannya, kemudian mas Aldzi mengelus puncak kepalaku. Mencium keningku dan mengelus perutku yang sudah mulai buncit.

"Jangan kecapeian mengajarnya, itu didalam tas udah ada air mineral. Kalau lapar makan, jangan makan sembarangan. Kalau mau apa-apa chat sama mas. Oke?" Begitulah penuturan panjangnya mas Aldzi setiap hari.

He Is MARINIR  [END] Terbit EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang