Chapter 4

4.9K 364 6
                                    

Belajar diam dari banyak nya bicara
Belajar sabar dari sebuah kemarahan
Belajar kesusahan dari hidup senang
Belajar menangis dari suatu kebahagiaan
Belajar keikhlasan dari kepedihan
Belajar tawakal dari ujian
Belajar Ridha dari satu ketentuan

"Maira cari ini?" Kata pak Hariz ketika melihat Maira menunduk-nunduk di taman kecil di sepanjang koridor. Maira langsung menoleh kearah sumber suara. Dilihat nya pak Hariz menyodorkan buku kecil berwarna biru miliknya yang dari semalam dicari-cari.

"Eh iya pak...kok bisa di bapak?" Tanya Maira sambil mengulurkan tangannya hendak mengambil buku miliknya.

"Kemarin buku ini terjatuh di sana ketika Maira terburu-buru menuju kelas" jawab pak Hariz tersenyum.

Ups...Maira refleks menundukkan kepalanya demi melihat senyum pak Hariz. Pantas saja Hilda dan banyak teman-teman perempuan lainnya begitu ngefans sama pak Hariz. Senyuman nya saja sudah membuat hati rontok apalagi melihat secara keseluruhan.

"Terimakasih pak..." Kata Maira sambil tetap menunduk dan memasukkan buku kecil itu ke dalam tas nya. Dan segera saja Maira cepat berlalu menuju kelasnya sebelum ia jadi semakin salah tingkah.

"Gile Hil....liat tuh si Maira...ckckck...pak Hariz juga mau dia embat" seru Levy heboh.
Rupanya Hilda and the gank menyaksikan dari jauh pak Hariz menyerahkan buku milik Maira.
"Hmm...kamu jangan sampai keduluan deh Hil...Hatim sudah lewat masa pak Hariz yang super keren itu juga bakalan lewat juga gara-gara cewek penjual kue itu" kata Vena memanasi.
Hilda menunjukkan muka sebal. Hatinya begitu panas melihat pemandangan antara pak Hariz dengan Maira.

"Kudu kita kerjain tuh anak" gumam Hilda.

"Aku punya ide deh Hil...sini" kata Levy sambil berbisik ke kuping Hilda.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Baiklah anak-anak, pelajaran hari ini selesai. Sekarang semua kumpulkan tugas yang saya berikan seminggu yang lalu ya...awas jangan coba-coba untuk cari alasan untuk tidak mengumpulkan karena waktu nya sudah lama" seru Bu Elvia, guru sastra Indonesia yang terkenal killer dan tak segan-segan memberi hukuman bila melanggar atau tidak mengerjakan tugas nya.

Semua murid serentak mengambil tugasnya dalam tasnya. Maira pun dengan sigap membuka tas nya karena ia memang sudah mengerjakan tugas itu.
Satu menit Maira mengaduk-aduk isi tasnya.

"Astaghfirullah..." Seru Maira lirih sambil tangannya tetap tak berhenti mengaduk isi tas nya.

"Kenapa Ra..." Tanya Nadia berbisik.

'Tugasku kok ga ada..." Jawab Maira sambil menggigit bibirnya.

"Mairaa.." suara Melengking Bu Elvia memenuhi ruangan.
"Mana tugas mu, hanya kamu yang belum mengumpulkan"

"Eh anu Bu..." Maira bingung harus bilang apa. Ia sangat yakin semalam ia sudah memasukkan semua buku dan tugas yang harus dibawa hari itu.

"Ga usah banyak alasan.. kamu tidak mengerjakan kan... sekarang ikut ibu ke ruangan" wajah bengis Bu Elvia serasa sangat dekat di wajah Maira.

Melihat pemandangan itu, Hilda, Levy dan Vena sangat senang.
"Yess rasain..." Seru Hilda puas.

Maira hanya bisa pasrah. Meski ia ingin memberikan penjelasan kalau ia sudah mengerjakan dan membawa tugasnya, tak mungkin juga Bu Elvia percaya karena nyatanya tugasnya itu sudah tidak ada di tas nya.
Ia mengikuti langkah Bu Elvia menuju ke ruang guru seperti yang diperintahkan Bu guru bertubuh tambun itu.

When My Heart Choose Him...( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang