Bagian Dua

4.2K 710 217
                                    

Sakura menatap pantulan dirinya sekali lagi pada cermin meja rias. Kamarnya memang tidak terlalu memiliki banyak barang. Hanya beberapa saja yang sekiranya memang cukup untuk dirinya. Seperti ranjang, lemari pakaian, meja rias, dan tentunya fasilitas kamar mandi.

Dengan sedikit berlari, Sakura beranjak turun ke bawah. Menemukan Uchiha Sasuke tengah memasang jam tangan, dan lagi-lagi meninggalkan meja makan yang penuh makanan untuk mereka sarapan bersama dengan sia-sia.

Meja makan itu penuh. Belum tersentuh sama sekali. Sakura mendengar salah satu pelayan yang bertugas membersihkan lantai menahan tawa. Mencela karena Sakura selalu bangun pagi-pagi sekali untuk memasak, membuat sarapan untuk suaminya. Dan mendapati kalau selama tiga tahun yang ia lakukan sia-sia, Sakura mulai pesimis.

Dia bergerak. Mendekati Sasuke setelah meraih jas hitam pria itu di atas sofa. Dengan senyum, dengan tatapan hangat yang bisa dia berikan, dia memberikannya.

Respon yang Sasuke berikan mungkin membuatnya sakit hati. Pria itu menarik jasnya kasar, berlalu begitu saja saat Sasuke menatap Juugo, dan tanpa kata seakan Juugo memang sudah paham benar watak sang bos, dia menurut.

Sakura menghela napas. Memandang masakannya di atas meja yang tidak tersentuh sama sekali. Saat dia mendengar asisten rumah tangga senior yang lebih tua menatapnya. "Lagi? Kau membuang makanan lagi, Sakura? Benar-benar. Kalau kau tidak pintar memasak, tidak seharusnya kau memasak. Sudah tahu Tuan Uchiha tidak pernah menyentuh masakanmu. Masih saja banyak lagak menyiapkan sarapan dan makan malam."

Sakura kehilangan suaranya. Dia membisu. Meremas kemejanya dan mendesah pelan. Dengan lemah, dia membuka piring, mencoba menyantap makanannya sendiri dalam diam. Saat tatapan dari para asisten rumah tangga itu mengejek tanpa ampun.

Seakan memang penderitaan Sakura pantas ditertawakan.

Dengan berat hati, Sakura bangun dari kursinya. Dia sendiri pun sama seperti suaminya yang tidak berselera memakan sarapan buatannya sendiri. Berniat agar dia dan Sasuke makan bersama, mereka akan berbicara dan masing-masing bercerita, sayangnya keinginan itu hanya ada di dalam mimpi.

Mimpinya terasa nyata dan indah. Berbanding dengan fakta yang berkebalikan.

"Tolong, bersihkan meja ini."

"Kau pikir kau siapa? Bersihkan sendiri," katanya ketus. Berlalu dari hadapan Sakura sembari membawa lap kotor untuk membersihkan meja dapur.

Sakura mengangguk. Dia merapikan semua alat-alat makan di atas meja. Membuang makanan itu karena percuma, tidak ada satu pun yang akan memakan masakannya. Mereka anggap, makanan ini adalah racun. Racun yang bisa saja Sakura gunakan agar Sasuke—majikan mereka tewas mengenaskan. Dan mengambil seluruh hartanya.

Sakura menghela napas. Saat dia mengalungkan tasnya dan berjalan ke luar rumah, terkejut menemukan Sasuke masih ada di luar mobil, masih dengan ponselnya. Sakura mendekat untuk menghampiri.

"Umm, bisakah aku menumpang sampai halte depan? Hehe. Sekali saja, sekaliiiii saja."

Sasuke tidak perlu repot-repot membalas atau sekedar meliriknya. Saat dia meminta Juugo untuk menyupir pagi ini dan Juugo segera masuk ke dalam. Memegang kemudi setir, lalu menatap Sakura lirih.

Sakura menipiskan bibir. Memasang senyum terbaiknya untuk menepis semua pilu di hatinya. Tangannya melambai, tersenyum cerah saat mobil mewah itu melaju.

"Hati-hati di jalan!"

***

"Apa Tuan Uchiha selepas kembali dari Kanada membelikan oleh-oleh, ya?"

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang