Panas terik siang hari di lokasi proyek membuatku lekas merasakan dahaga. Debu berterbangan kesana kemari, melintas kesana kemari truck - truck pengangkut material bahan bangunan. Bakal calon waduk di tempat ini belum terlihat seperti waduk. Masih amburadul karena masih dalam tahap pengukuran pembuatan lebar waduk yang sesuai dengan prosedur hasil meeting dengan jajaran manager dan tingkat atas. Sudah tanggung jawabku sebagai tukang ukur waduk ini selalu melaporkan hasil pengukuran dan membuat data yang tepat untuk para pekerja pembuatan waduk di daerah ini.
Telah lama aku tidak memikirkan wanita lagi setelah beberapa tahun lalu kisahku kandas. Aku hanya sibuk memikirkan pekerjaan demi orang tuaku di kampung. Untuk membuat mereka bahagia di umur tua mereka. Kejadian masa lalu yang membuat aku membenci saudari ku sendiri sehingga membuat ayahku terkena stroke akibat shock. Akulah satu satunya tulang punggung keluarga ku.
Entah sudah berapa pekerjaan yang sudah aku coba hanya untuk sekedar bertahan hidup saja. Aku pernah terombang ambing di laut karena kapal yang karam tempat aku bekerja dengan membawa barang barang peti kemas. Dan aku berhasil survive setelah 1 Minggu bertahan di laut. Aku pernah mengalami buta ketika masih menjadi seorang engineer di sebuah kapal, cangkok mata berhasil menyelamatkan penglihatan ku kembali. Masih banyak sekali pengalaman pahit di dalam hidupku.
Hingga suatu hari aku tak sengaja menemukan salah satu profil wanita yang menarik perhatian ku. Aku mencoba menambahkan profilnya ke pertemanan ku, aku perhatikan profil nya, sekolahnya juga pekerjaannya, sangat lengkap dia menuliskan nya. Disitu tertulis dia pernah sekolah di Salah satu kota dimana aku pernah tumbuh besar disana hingga kelulusan SD. Tak seberapa lama Akunku di terima menjadi teman nya. Sania, nama nya. Semakin aku tertarik mengenalnya, akhirnya aku lanjut mengirimkan pesan pribadi kepada Sania, kontent postingan dia banyak memuat kritikan terhadap pemerintahan saat ini. Bagiku aku tidak terlalu perduli tentang pemerintahan saat ini. Aku hanya berusaha bersikap netral, toh aku saat ini bekerja di salah satu perusahaan milik negara.
Aku mengirimkan pesan hanya sekedar berbasa basi layaknya orang yang ingin berkenalan di sosial media. Kami berbalas chat di pesan pribadi hingga akhirnya dia memberikan kontak WhatsApp nya kepadaku. Obrolan kami lanjutkan di Pesan WA. Dia bekerja sebagai freelance di satu daerah di seberang pulau, sangat jauh posisinya dari lokasi ku saat ini. Hingga suatu hari dia bercerita tentang masa kecilnya di daerah itu, dan aku mencoba mengingat kembali masa masa kecilku di sana.
Aku mencoba mengingat kembali kenangan itu bersamanya, anak perempuan yang aku kagumi saat itu. Di antara aku memberikan pertanyaan kepada Sania dan memastikan kembali dengan kenangan yang sudah lama aku simpan rapat - rapat dan tak mungkin akan kembali. Tapi semakin di tanya jawabannya semakin cocok dengan kenangan itu. Sania, ya dialah anak perempuan nakal, dekil, pecicilan yang aku cari dari 20 tahun lalu. Dan aku hampir menutup kenangan itu di dalam buku harian ku. Sania, dialah yang aku cari.
Aku kembali mengingat kenangan itu lagi dan tidak akan pernah melupakan nya seumur hidup. Sania, anak perempuan yang selalu aku perhatikan diam diam, dan aku selalu mencoba membaur dengannya ketika kami bermain saat itu. Sania sangat akrab sekali dengan sepupu laki laki ku, Surya. Sania juga berteman dengan anak anak di dalam komplek itu. Hanya saja, aku adalah anak lelaki pemalu dan tidak banyak teman kecuali Surya. Diam - diam aku memperhatikan Sania dari jauh, mengikutinya kemana dia bermain dan pergi bersama temannya. Anak perempuan yang jago lari, kecepatan larinya mengalahkan kecepatan lariku dan anak lelaki lainnya, tenaganya seolah tiada habis. Bersepeda kesana kemari, bermain ayunan dan berlarian di lapangan, selalu kabur lewat pintu belakang yang entah mungkin ayahnya menyuruhnya untuk tidur siang dan lari kembali bermain dengan anak anak lainnya di komplek itu. Tidak ada keberanian ku untuk mengajaknya bermain bersama kecuali dengan Surya.
Hingga saat kenaikan kelas VI SD aku tidak lagi melihatnya bermain di lapangan, bersepeda, berlarian, atau bahkan kabur dari rumah saat ayahnya Sania menyuruhnya untuk tidur siang. Dia sudah tidak terlihat lagi sejak itu. Hingga kelulusan SD ku aku pindah kota ikut bersama kedua orangtuaku kembali ke kampung halaman ayahku. Kenangan itu masih rapi aku tulis di dalam buku harian ku hingga saat ini.
Sania, yang kini mungkin telah banyak mengenal lelaki sebelum aku. Aku tau, aku terlalu terlambat untuk datang kepadanya. Sania saat ini tidak jauh berbeda dengan Sania kecil, dia masih punya banyak tenaga untuk kegiatan dan pekerjaannya. Sania, menjelma sebagai wanita yang cukup feminim,akan tetapi masih sebagai Sania yang aku kagumi,aku cinta dan aku sayang. Kali ini aku bertekad tidak akan lagi kehilangannya untuk yang kedua kali. Perkenalan itu, aku telah mengenalnya lama sebelum para lelaki yang berusaha mendekatinya. Aku yang lebih dulu memperhatikannya. Aku menemukan kembali dia Sania, kenangan ku yang membuat ku tetap berjuang hingga saat ini. Aku berniat untuk bertanya padanya tentang perasaanku yang aku tanam sejak dulu.
" Hai, bolehkan aku jujur padamu?" Tanyaku pada Sania melalui pesan WhatsApp.
" Ya silahkan Dan," jawabnya.
" Hati ini, perasaan ini telah aku tanam sejak 20 tahun lalu aku bertemu denganmu San, sejak dulu akulah pengagummu, hingga saat ini kamu masih dalam hatiku. Entah kapan aku akan menemukanmu hingga akhirnya takdir lah yang menemukannya kembali. Kau kenanganku yang hilang."
Aku bercerita kepadanya bagaimana aku mengaguminya, bagaimana perasaan kehilangan saat Sania tidak ada lagi bermain di depan rumahku dan lapangan. Kini aku hanya pasrah dengan segala jawaban yang diberikan Sania kepadaku. Aku maklum jika dia tidak mengingatku sama sekali, aku tau Sania punya kelemahan tidak mudah mengingat nama seseorang dari dulu hingga saat ini apalagi sudah terkubur 20 tahun lalu.
" Sania, aku Bahagia bisa menemukanmu kembali, perasaan sedih karena saat ku menemukanmu posisi kita berjauhan. Marah, kenapa baru ini kita bertemu. " Tuturku kepada Sania melalui pesan WhatsApp.
" Aku tidak tau harus berkata apa Danu, jujur aku lupa denganmu aku hanya mengingat Surya. " Jawab Sania.
" Aku paham, tidak mengapa Sania. Aku akan terus bersabar hingga kau bisa menerimaku. Karena aku tidak akan kehilangan lagi. "
Wajahku dengan Surya sangatlah mirip hanya saja berbeda warna kulit, Surya memiliki kulit lebih terang dibanding aku. Aku kirim foto foto masa kecil kepadanya, aku kirimkan foto ku saat masih remaja agar Sania tidak meragukanku. Mungkin saja dia berpikir aku telah mengada - ada dengan berbohong. Namun, aku berani sumpah, bahwa dialah anak perempuan yang aku cari. Hingga akhirnya dia percaya.
Hari demi hari kami lalui hanya dengan komunikasi dengan telpon atau dengan WhatsApp. Aku tau Sania pernah gagal dalam menjalankan rumah tangganya, dia pernah kecewa, dia pernah tersakiti. Aku berusaha untuk mengobati rasa sakitnya. Sangat sulit meyakinkan dia untuk bisa menerimaku saat ini.
Beberapa purnama telah terlewati. Hubungan kami semakin dekat. Hingga aku sudah sangat terbiasa dengan segala candaannya, jailnya dan tingkah cerewet nya. Sania telah memiliki anak dari pasangan nya dahulu. Seorang anak perempuan yang sangat mirip dengannya sewaktu kecil. Aku, Danu Wirabrata. Akan menerimanya apa adanya dan karena aku tidak ingin kehilangannya untuk yang kedua kalinya. Aku bahagia saat ini, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.
" Aku mencoba menerimamu dengan hati yang masih terluka ini. Dan maafkan aku belum membuka lebar hatiku tapi aku akan berusaha membuka hati ini untuk kamu, Danu. " Jawab Sania.
Aku bahagia, dengan kalimatku itu saja aku sudah bahagia. Bagaimana jika aku bertemu dengannya nanti. Aku tidak ingin kehilangannya untuk kedua kalinya. Kenangan itu telah membawaku kembali padamu, Sania.
Tidak ada yang membuat ku sebahagia ini selama hidupku, Sania sudah mengisi kembali hidupku. Kepalaku penuh dengan dirinya, dia penyemangat hidupku untuk terus berjuang dan terus bekerja dan berjanji membuat hidup Sania bisa lebih baik lagi termasuk untuk kedua orangtuaku yang aku punya satu satunya. Kenangan membawaku kembali padamu, Sania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Membawaku Kembali
General FictionDia, tidak pernah berubah sejak 20 tahun