Not just Red and White
.....
Setiap orang memiliki warnanya masing-masing yang hanya dapat dilihat oleh mereka sendiri.
Pagi ini aku menyadarinya.
Ketika ku lihat rupaku di cermin lemari. Aku melihatnya, warnaku. Aku tak dapat menjelaskan seperti apa warnanya. Apa berwarna biru, hijau, merah atau mungkin perpaduan dari itu semua. Rasanya itu hal yang baru, yang berwarna, dan indah.
Apapun itu, aku menyukai warnaku di pagi hari ini.
.....
L
ya terkejut melihat Felix beserta motornya sudah di depan rumahnya pagi ini.
"Kamu ga perlu ke rumahku, jalannya berlainan arah sama sekolah kan" katanya sambil menunjuk kearah sekolah sekaligus rumah Felix.
"Jadi lain kali, aku aja yang ke rumah kamu, trus kita kesekolahnya barengan" sambungnya.
Felix menghela nafas kekecewaan
"Sekarang rasanya aku abis ngelakuin hal yang sia-sia" keluh Felix.Lya pun mengulum bibirnya. Ia menyesal untuk mengatakan hal-hal itu ketimbang berterimakasih dahulu.
"Yaudah ayo naik, ngapain masih nentengin sepeda? Jangan-jangan kamu mikir kita berangkat barengnya dengan cara kamu naik sepeda dan aku ngikutin kamu dari belakang?"
Lya meringis.
"Atau kamu bisa naik sepeda sama aku. Untungnya sepeda ini punya jok dibelakang" kata Lya dengan senyum jenaka.
Tapi pada akhirnya, mereka berangkat sekolah dengan motor Felix. Lebih cepat dan hemat waktu pastinya."Fel..." panggil Lya.
"Apa?" ketus Felix.
"Kamu bisa nyetir mobil... kamu juga jago naik motor, apa sih yang ga bisa kamu kendarain?" tanya Lya penasaran.
"Aku ga bisa bersepeda lagi. Sekarang aku lupa cara ngayuh sepeda" jawab Felix. Lya menyeringai mendengarnya, sebuah ide muncul dikepalanya.
Kini mereka telah sampai disekolah. Felix menurunkan Lya di depan gerbang. Ia lalu melesat menuju parkiran sekolah.
Lya bingung apa dia harus menunggu Felix atau duluan saja agar tidak menimbulkan salah paham. Namun Lya merasa tidak sopan kalau dia tak menunggu. Tapi,
Dia kan Felix. Mana mau jalan barengan sama aku di sekolah. Benak Lya.
Sesuai keputusannya, ia memilih untuk tak menunggu dan pergi berjalan duluan.
Hingga panggilan keras Felix menghentikan langkahnya.
"Alyana!"
Lya pun membalikkan tubuhnya. Felix terlihat berlari menghampirinya dengan seluruh kekuatan. Lya pun menyesal seketika, harusnya ia tetap menunggu Felix.
"Nih barang kamu. Kamu lupa ya, sebelum naik kamu taro ini di bagasi motor. Katanya penting, ga boleh rusak" kata Felix.
Felix lalu menyerahkan benda itu yang tak lain adalah bekal Lya yang sudah ia siapkan dari malam.
Setelah itu, tanpa aba-aba ataupun kata-kata, Felix melesat pergi meninggalkan Lya. Lya pun hanya menghela nafas dan berdecak sembari melihat kepergian Felix itu. Harusnya dia tak perlu merasa menyesal tadi.
Disaat yang sama, Rhea menggebrak salah satu meja setibanya ia di kelas. Dia terus menggebrak, tanpa henti. Menimbulkan suara gaduh yang luar biasa di pagi hari. Belum ada yang berani menegurnya, apalagi kini atmosfer di sekeliling Rhea sangat tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Youth
Teen FictionZelda Alyana hanya ingin segera lulus SMP dan memulai kehidupan barunya. Ia ingin terlepas dari masa SMP nya yang penuh dengan derita akibat kejahilan teman-teman sekelasnya. Terutama terhadap Felix Aras Mikaela, pelopor Gerakan Mengganggu Alyana. S...