━WE CARRY ON THROUGH THE STORM, TIRED SOLDIERS IN THIS WAR, REMEMBER WHAT WE'RE FIGHTING FOR━
⋇⋆✦⋆⋇ ⍟ ⋇⋆✦⋆⋇
Ketika sampai pada sesuatu yang krusial, keheningan bukanlah pertanda bagus. Butuh beberapa saat bagi Audrina untuk menyadari transisi aneh di atmosfir, dunia di luar sana menonjolkan kiprah lambat, renggang. Serpihan kristal es mengguyur Forrest Hills kian produktif, hawa dingin seolah menjadi tak tertahankan dengan larut menjarah horizon dan waktu kembali beredar normal, ekspres dan tidak terbendung.
Audrina ingin mengabaikan segalanya untuk sekali saja, sungguh. Ingin berpura-pura tidak ada yang salah jika itu berarti menikmati lebih ragam waktu bersama Seokjin, kemudian memimpikan masa depan berdua, menyatukan tujuan mereka. Namun, dia hanya tidak bisa, tidak ketika banyak nyawa bergantung pada keputusan malam ini.
Sekarang, itu mungkin terdengar seperti kisah pahlawan partikular yang diceritakan setiap orangtua, di mana akan selalu ada satu yang menanggung segalanya demi sivilisasi. Entah kau percaya atau tidak, ada orang-orang seperti Audrina di luar sana, garda terdepan—memproteksi, memastikan kendali tanpa pertumpahan darah.
Hidupnya telah terkontaminasi merah pekat, Audrina tidak akan pernah mengklaim dirinya seorang pahlawan, dia tidak akan pernah menjadi orang baik. Hanya saja, dia sudah berhutang pada alam semesta atas kekacauan mair, pembunuhan berantai yang dia lakukan di banyak seslat di Bumi, teror sadistik terhadap publik dan pemerintahan bertahun-tahun lalu.
Meskipun semua di bawah pengaruh agitasi Clareitna, kendati bukan dirinya sungguhan, Audrina harus tetap bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan.
Jadi, saat mendengar dentum peluru mengguncang gravitasi, secara naluriah Audrina menanggalkan semua yang mendefinisikan kebahagiaan, merelakan masa depan berhimpun menjadi secuil delusi; dia melepaskan Seokjin.
Satu bulir air mengalir tanpa permisi, tetapi Audrina membiarkan itu, menyibak selimut dan mengambil sepadan busana serba hitam yang tergeletak di sisi lain kamar. "Kenakan pakaianmu, kita harus pergi."
Audrina telah mengalami repetisi kehancuran diri, dan sekarang, denervasi lainnya terjadi, kewarasan di dalam terus dikeruk tipis, Seokjin hanya tahu itu.
Si Kim mengunyah bagian dalam pipi seraya meniru manuver si wanita sebelum bersuara rendah, "Ke mana kita akan pergi?"
"Tempat aman, tentu saja." Respons tersebut terlepas kronis, terburu-buru. Bibirnya gemetar, visi mengembun dan kedua tangan berkutik kaku, menyebabkan gerakan alot dalam mengikat tali sepatu. Dia tidak tahu seberapa rapuh dirinya, sudah menyentuh ambang gangguan lain sampai Seokjin menggenggam tangannya, membimbing lembut setiap gerak, bermaksud meredakan turbulensi di dalam diri. Audrina segera menyeka mata, mengusap wajah kasar, menarik napas dalam dan melempar tanya, "Kau punya senjata?"
"Apakah aku terlihat punya?" Seokjin terkekeh halus, memusatkan fokus pada sepasang sepatu bot eboni. Setelah selesai, Seokjin mendongakkan kepala, tersenyum tipis. "Aku hanya seorang staf pelayan kamar, O."
Deragemnya berkeliling menelaah mimik, Audrina menginginkan lebih dari segalanya untuk tenggelam di sana, iris yang penuh kehangatan dan garansi kebahagiaan senantiasa, tetapi fakta bahwa Jeon Jeongguk seharusnya berada di apartemen tiga puluh menit sebelum tengah malam guna mengkover situasi membuyarkan fantasi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aegis
Fanfiction❝She's contagious, a sickness I'm dying to catch.❞ ──────────── Kim Seokjin • Female OC © yourdraga 2019