Pukul 07.00
Bel masuk sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Tapi pak Wawan—selaku guru yang mengajar di jam pertama hari ini— belum tampak batang hidungnya.
"Res, kok pak Wawan belum masuk ya? Padahal kan gue udah siap ulangan lisan." keluh Sherly, teman sebangku Ressa yang notabennya adalah kebalikan dari Ressa.
"Biarin aja napa sih selo, Lagian di mana-mana orang tuh seneng kalo gak jadi ulangan lah elo malah ngeluh." tepat setelah Ressa menjawab ucapan Sherly, terdengar derap langkah orang yang menuju ke kelas XI IPS 2. Lalu muncullah pak Retno—wali kelas mereka—yang memasuki kelas diikuti sosok pria di belakangnya.
"Pagi semuanya."
"PAGI PAK."
"Hari ini bapak mau memberitahu dua kabar buat kalian. Yang pertama, kaliam dapet teman pindahan dari kelas sebelah, mungkin beberapa dari kalian sudah mengenal dia." jelas pak Retno.
"Nahh Satya, kamu saya persilahkan memberi sepatah dua kata sebelum menvari tempat duduk." lanjutnya yang dibalas anggukan kecil dari Satya.
"Nama saya Satya Argamardhanni, saya dipindahkan dari kelas XI IPS 4 karena kesalahan dapodik saat pembagian kelas 2 minggu lalu." jelas Satya tanpa ekspresi.
"Yaampun gantengnyaaa."
"Mimpi apa gue semalem bisa satu kelas sama kapten basket favorit sekolah?!"
"Gue lagi nggak mimpi sekelas sama Satya kan?!"
"Id line nya dong kasih tau"
"follback ig aku dong!"
Begitulah jeritan histeris siswi kelas IX IPS 2 ketika mengetahui siswa yang dipindah adalah Satya. Mendengar ovehan teman sekelasnya saja membuat Ressa muak. Alay sekali mereka ini seperti tidak pernah melihat cowok tampan.
"Satya kamu boleh duduk."
"Jangan bilang dia bakal duduk di belakang gue." gumam Ressa namun masih bisa didengar oleh Sherly.
"Emang kenapa kalo dia duduk di bangku belakang kita? Lo suka sama dia? Nervous? Bukannya bagus ya kalo dia duduk di belakang kita, gue kan jadi gampang modus." ucap sherly setengah berbisik.
"Ih lo tuh ya, cowok mulu pikirannya. Lagian apa sih yang didemenin dari tuh anak? Gaada bagus-bagusnya juga."
"Gue jadi ragu kalo lo normal Res" celetuk Sherly yang dibalas jitakan keras di kepalanya. Sedangkan sherly hanya memamerkan cengiran kudanya.
Satya berjalan santai sambil menggendong ransel di bahu kanannya, melewati bangku Ressa dan Sherly lalu berhenti di bangku kosong—yang letaknya di belakang bangku Ressa—lalu menaruh tasnya di meja sebelum duduk.
"Kabar kedua nya adalah pak Wawan tidak bisa hadir karena ada keperluan mendadak, kalian diharapkan agar tidak ribut sampai pak Wawan kembali." pak Retno buka suara lagi.
Sontak seluruh siswa di kelas menjerit kegiragngan karena otomatis ulangan hari ini diundur minggu depan.
"Sudah jangan ribut, bapak pamit dulu. Kalian membaca atau mempelajari sendiri materi yang akan dipelajari selanjutnya. Assalamualaikum." pamit pak Retno.
"Waalaikum salam."
Sedetik setelah pintu tertutup rapat, kelas mendadak ricuh. Semua siswa melakukan aktifitas yang rutin dilakukan saat freeclass, seperti mabar game online di pojok belakang kelas, mengerjakan tugas mata pelajaran selanjutnya, tidur, bolos ke kantin, menggosip, dan sisanya seperti Ressa lihat ada beberapa siswi yang mendekati bangku Satya hanya untuk berkenalan atau sekedar meminta id line. Melihatnya saja membuat Ressa risih. Memangnya siapa Satya? Hanya kapten basket bermodalkan tampang, tapi otak kosong. Untuk apa mereka mengaguminya? Bahkan tidak ada satupun dari dia yang patut dikagumi, begitulah fikir Ressa.
"BUBAR WOY BUBAR, KAYAK APAAN AJA DAH NGERUBUNGIN SATYA GINI." ucap Reza yang duduk disamping Satya, ia merasa gerah karena sedari tadi meja mereka berdua dipenuhi para cewek yang ngemis id line Satya.
"Gaasik lo Rez, gue lagi pdkt juga sama Satya malah diusir." ujar salah satu siswi.
"Hus hus pergi sono, atau mau gue aduin ke pak wawan kalo kalian bikin keributan di jam nya?" timpal Alam yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping bangku Satya, sedangkan siswi-siswi yang tadi berkwrumun sudah bubar karena tidak mau berurusan lebihbpanjang dengan gengnya Alam.
"Makasih" ujar Satya seadanya.
"Yaelah sans aja kali bro, kayak sama sapa aja." Fahri yang duduk di belakang Satya buka suara.
"Eh sat, pulang ini ikut kita kita nongkrong dulu yuk? Mau kagak?" tawar Alam.
"Ummm kayaknya kalian aja deh, soalnya gue disuruh jemput adik gua les dulu."
"Yaelah anak Mami banget lo, kalo gue jadi elo sih bodo amat ngapain juga capek capek jemput adik mending juga nongkrong, seneng seneng ya gak bro?" timpal Fahri, yang sekarang sudah pindah posisi, berdiri di samping bangku Reza.
"Udah deh kalo dia kagak mau ya gak usah dipaksa kali." Reza akhirnya menengahi.
"Btw sat— ucapan Reza terputus karena dering handphone yang ada disakunya berbunyi. Dengan sigap ia mengambil benda pipih itu dari sakunya dan segera menggeser tombol hijau guna mengangkat panggilan dari kontak yang ia beri nama Sandra.
"Halo rez, lo lagi free?" ucap Sandra di seberang sana.
"Iya nih, kenapa?"
"Kantin sini, gue, sarah, sama indah lagi bolos."
"Oke gue otw, btw gue bakal bawa anggota baru yang bakal bikin lo seneng."
"Siapa?"
"Ntar juga lo tau. Udah deh gue tutup dulu, otw nih." ujar Reza sebelum sambungan terputus.
"Guys kantin kuy Sandra udah nunggu." ajak Reza setelah memasukan benda pipih miliknya ke saku seragamnya.
"Kuy!"
"AYOK LAH, BORING GUE DISINI"
"Sat lo ikut?" tanya Alam, namun satya diam tidak menjawab seperri sedang menimang nimang ingin ikut atau tidak. "Diam lo itu gue anggap iya, udahlah gausah canggung gitu kalem aja." lanjutnya.
Fahri menarik tangan Satya agar bangun dari duduk nya, dan ikut ke kantin "Ayok lah, kalo di kelas lo mau sama siapa?" Fahri berusaha membujuk Satya.
"Iya iya gue ikut, tapi janji sampe pelajaran pak Wawan selesai aja ya? Abis itu balik lagi ke kelas." tutur Satya setelah mereka sudah berada di ambang pintu kelas.
"Iya elah ciut amat sih nyali lo, santai aja kali." timpal Reza.
•••
"REZA! ALAM! SINI!" teriak Sandra yang duduk di meja kantin paling pojok—markas ke dua geng Sandra— ketika keempat cowok itu memasuki area kantin.
Keempat cowok itu berjalan menghampiri sumber suara. Lalu mengambil tempat duduk masing masing. Satya duduk tepat berhadapan dengan Sandra.
"Ini yang lo sebut Anak baru?" ujar seorang cewek yang duduk di samping Reza, entah siapa namanya Satya tidak mengenalnya.
"Eh? Anak baru? Gu— ucapan Satya terpotong ketika Fahri tiba-tiba bersuara.
"Anak baru di geng kita, mulai sekarang lo jadi anggota geng kita." potong Fahri dengan raut wajah serius.
"Maaf gue gak— lagi-lagi ucapan Satya terpotong karena seseorang baru saja memotong pembicaraannya.
"Kita nggak terima penolakan dan sekali lo nolak lo bakal menyesal." ucapnya penuh penekanan dan nada serius. Itu bukan Fahri. Melainkan Sandra.
Sial! Mampus gue! Batin Satya.
•••
Jangan jadi sider yaa, VoMent nya dong <3333
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE
Teen FictionDipertemukan bukan berarti kita akan dipersatukan juga. -mila Jadi ini cerita baru lagi gais, semoga suka:) Selamat membaca!:)