29 - Action This Day

147 26 14
                                    

Reminisensi akan Bolshoi Theater memacu fluktuasi adrenalin, fragmen yang memobilisasi rasa takut dan beragam kombinasi sentimen serupa meluap agresif, ekshalasi berhembus kasar tatkala retina klorofil mengamati seluruh area. Terjadi destabilisasi di setiap seslat sesaat Audrina tiba di bandara, banyak orang berlarian demi keberlangsungan hidup, menabraknya lantaran takut serta meninggalkan koper bertebaran acak.

Tetapi, itu tidak termasuk separuh individu yang sudah tergeletak tak bernyawa, dan para wanita dari Sanctum berbaris paralel layaknya defensi terhadap lokasi keberadaan Diana Kirova. Air muka dan tatapan mereka sangat kosong, dingin, sudah jelas masih di bawah kendali perangkat ciptaan Orlov.

Audrina berharap dia kapabel memindai keseluruhan eks kolega dengan jijik atau setidaknya, antipati, tetapi tidak. Dia tidak bisa, karena siapa yang akan berbohong bahwa fondasi tempat mereka berpijak merupakan bagian dari masa lalunya?

Membunuh dan meneror sivilisasi adalah pekerjaannya, Audrina tidak dapat membual bahwa di sana, tidak ada kenikmatan tersendiri sedikit pun lantaran selama sterilisasi dan harmonisasi daya pikir, dia tidak memahami mana yang benar atau salah sebab moral sudah terkikis dan tersisa hanya komitmen dalam melakukan apa yang diperintahkan.

Audrina sangat membenci dirinya saat itu. Ya, dia selalu mempunyai pilihan tetapi dia sempat berpikir itu tidak sebanding dengan agoni yang akan dialami jika menyimpang dari permainan Our Lady Angels.

Pertunjukan OLA tidak layak untuk dimainkan, atau mungkin Audrina hanya sangat takut, mengingat usianya yang masih belia seringkali mengandaikan sesuatu yang tidak masuk akal. Termasuk akhir bahagia. Sekarang, dia jauh lebih mengerti. Tidak ada hal seperti itu, imaji tersebut semata-mata eksis dalam fiksi, sebab istana pasir pun dapat digulingkan sedikit demi sedikit oleh gelombang terkecil.

Dengung kekacauan mengiris rungu, alun ekshalasi bergaung rancu tatkala manik memindai keseluruhan skenario. Audrina tidak mampu memilih mana yang lebih buruk, entah suara tangis orang hidup, atau kesunyian mortalitas. Para agen OLA tidak bereaksi sama sekali, atensi mereka hanya bertumpu pada dirinya. Menegangkan, sangat intens.

Kendati Audrina tidak lagi mempercayai emosi, atau benar-benar memahami proses yang digunakan semua orang, dia bersimpati dengan rasa sakit yang dia timbulkan, karena itu merupakan rasa sakit yang mengalir jauh di dalam darahnya sendiri.

"Aku tahu kalian bisa mendengarku," ujarnya, netra bergulir waspada, napas terasa panas di kerongkongan hingga suaranya terbetik parau. "Jangan biarkan alat di kepalamu mengacaukan kewarasan lebih jauh, kumohon pertimbangkan suara hatimu. Tidak ada dari kalian yang menginginkan semua ini, tindakan kalian pada momen ini hanya akan menghantui dirimu selamanya. Percayalah padaku, tidak lagi ada jalan kembali."

Apakah Audrina benar-benar percaya bahwa sekadar rangkaian kalimat itu dapat mengonversikan intensi mereka? Tidak, tidak sedikit pun. Siapa yang dia ajak berkelakar? Tidak mungkin mereka mampu berubah pikiran atas perintahnya, Audrina pernah berada di posisi yang sama sebelumnya.

Namun, Audrina mempunyai opsi, bukan begitu? Dia memiliki pilihan untuk membunuh mereka karena turbulensi amarah, atau melawan mereka dengan cara yang benar. Semuanya sedang berantakan tepat pada saat ini, Audrina hanya tidak dapat membuatnya menjadi lebih buruk dengan mengeksekusi mereka yang bahkan tidak ingin berada di sini.

"Kau dari semua orang seharusnya tahu bahwa paragraf jenis apapun tidak akan mengubah rencana." Vokal yang kian menginterupsi gendang telinga merongrong di tengah suasana tegang. Para agen tiba-tiba menyingkir sejenak guna memberi jalan kepada Jihoon, bekas luka yang Audrina ciptakan setelah memukulinya di apartemen masih tertera jelas di wajah. "Atau pikiran mereka untuk lebih spesifik."

"Berhenti melakukan permainan pikiran pada orang-orang tak bersalah."

"Atau apa?" Jihoon menyeringai, mengambil senjata dari tangan salah satu agen sebelum berjalan menghampiri. "Aku bukan seseorang yang sedang dikelilingi oleh prajurit bersenjata di sini."

AegisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang