Cara Balas Dendam Ke Mantan

77 3 0
                                    

Putus dalam dunia percintaan memang kayak mimpi buruk. Apa lagi kalau dalam proses move on-nya kita menemukan banyak sekali hambatan-hambatan. Rasanya putus itu jadi semacam penyiksaan. Udah galau, nggak bisa move on pula. Lengkaplah sudah duka citanya sampai lupa rasanya bahagia.

Sayangnya lagi, mimpi buruk dalam percintaan bukan hanya sampai pada saat putus aja. Kadang, fase setelah putus justru lebih menakutkan. Banyak orang yang kemudian ngerasa takut. Ada beberapa ketakutan yang paling sering dirasakan orang-orang setelah mereka putus dari pacarnya.

Yang pertama adalah takut nggak bisa melupakan mantan. Ya jelas nggak bisa. Seperti yang udah saya bahas sebelumnya, bahwa melupakan masa lalu adalah konsep yang kurang tepat. Mantan itu nggak mungkin terlupakan, kecuali kalau kita amnesia. Kalau setelah putus tujuannya adalah melupakan mantan, mending wassalam aja dari sekarang. Yang benar itu bukan melupakan, tapi berhenti memikirkan lagi. Kalau setelah putus dari si A lantas kita jatuh cinta lagi dengan si B, apa kita akan melupakan si A? Tentu nggak. Kita akan tetap ingat bahwa si A adalah mantan kita, bedanya, kita udah nggak mikirin si A lagi dan udah fokus sama si B.

Kemudian yang kedua adalah takut si mantan akan bahagia duluan. Karena takut mantan bahagia duluan ini lah yang akhirnya akan mendorong kita untuk selalu memantau kegiatan mantan. Kita jadi sering nanya sama teman-teman yang dekat dengan mantan tentang aktivitas apa aja yang dia lakukan dan stalking setiap kegiatannya di dunia maya. Kita jadi sering scroll timelinenya, baca blognya (kalau dia punya blog walaupun udah nggak pernah diupdate dari zaman presiden Obama masih main ikan cupang), sering memperhatikan foto-fotonya yang dipost di facebook atau instagram, dan sering visit pathnya (kalau masih berteman). Pokoknya semua hal yang bisa membuat kita mendapatkan kabar tentang si mantan akan kita lakukan. Perasaan ini merupakan bentuk insecure dari kebahagiaan. Ini kecemburuan yang tidak baik. Selain itu, hal ini akan merugikan kita sendiri. Bayangkan kalau setelah putus kita selalu ngepoin mantan, bukannya nggak peduli sama dia lagi, kita justru akan semakin ingat. Kita semakin tahu apa yang dia lakukan dan itu akan membuat kita jadi semakin sering untuk memikirkannya. Coba, gimana mau bisa move on kalau kita sendiri aja selalu mengingatkan diri kita untuk peduli sama mantan?

Kerugian lainnya dari ngepoin mantan selain bikin kita susah move on adalah kita jadi memiliki perasaan yang nggak wajar. Misalnya, kita putus sama mantan dan setelah putus kita lihat si mantan mulai cari perhatian orang lain, akan timbul rasa iri dari dalam hati kita yang kemudian akan berbuah kebencian. Banyak hal yang melintas di kepala kita, mulai dari "Dia cepet banget move on, berarti dulu pas pacaran sama aku dia nggak serius" sampai "Dasar nggak kreatif, masa capernya sama kayak dia dulu caper ke aku. Basi!". Setelah timbul rasa benci ini, kita akan mulai memikirkan cara lain untuk memuaskan kebencian kita. Lalu mulailah kita bertanya sama diri kita sendiri, "Gimana cara balas dendam ke mantan?".

Pemikiran ini nggak sepenuhnya salah mengingat beberapa mantan memang kurang ajar dan kayaknya pantas untuk digantung di tiang bendera terus di lempar ke jurang paling dalam di neraka. Well, itu kelewat sadis memang. Intinya, beberapa mantan memang pantas untuk setidaknya ngedapetin dua tamparan keras pake wajan di kedua pipi mereka, atau tiga boleh, di bibir mereka yang kalau senyum bikin jengah setengah mati atau di jidat yang terlalu lebar untuk dikecup. Beberapa lainnya memang pantas untuk dikejar karena mungkin memang salah kita yang membuat dia lepas dari genggaman.

Tapi, teman-teman yang mulia, mantan tetaplah mantan. Kita harus menerima kalau dia bukanlah bagian terpenting dalam hidup kita lagi. Kita juga harus sadar bahwa dalam setiap perjalanan, kesalahan yang kita lakukan kadang memang perlu terjadi untuk membuat kita menjadi semakin dewasa.

Pertanyaannya sekarang, balas dendam itu sebenarnya perlu nggak, sih?

Ya tentu saja perlu. Perlu banget!

About Moving On (Completed)Where stories live. Discover now