Setelah menempuh perjalanan menggunakan bus, akhirnya Ara sampai di ibukota. Tempat yang akan dia harapkan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Ara keluar dari bus itu, berjalan sambil menenteng tas besar di tangan kirinya yang berisi pakaian dan tas ransel dipunggungnya. Ara melangkah keluar dari terminal bus dan menyusuri trotoar. Tak jauh darisana terdapat taman kota, Ara memutuskan untuk beristirahat sejenak disalah satu bangku taman itu. Mengeluarkan ponselnya dan sebuah kertas kecil yang terselip pada salah satu bagian dompetnya. Disana tertera nomer kak ida, anak dari bu lesti.
Rumah bu lesti tepat disamping rumah panti, Ara sering membantu bu lesti membuat kue untuk berjualan. Bu lesti sangat baik dan sering mengirim makanan ke panti. Dan satu minggu yang lalu, Ara diberitahu bahwa majikan ida sedang membutuhkan seorang pembantu tambahan. Gaji yang cukup tinggi disediakan. Bu lesti memberikan nomer anaknya itu pada Ara. Karena bu lesti tau bahwa Ara ingin bekerja mencari uang di ibukota untuk membantu keuangan panti. Ara sangat senang mendengar itu, hingga dia langsung berlari pulang untuk memberitahu bunda rita bahwa dia ingin bekerja di ibukota. Namun langsung ditolak, bunda rita tidak mengizinkannya. Seminggu Ara berusaha merayu dan membujuk bunda rita agar mendapatkan izin namun tetap saja ditolaknya. Pada akhirnya, Ara nekat pergi dari panti secara diam-diam tadi malam dan hanya meninggalkan sebuah surat agar bundanya itu tidak bingung mencarinya.
Ara mulai memasukkan nomer ida ke dalam ponselnya dan menyimpannya. Ara lalu mencoba menghubungi nomer itu, sekali dua kali tidak diangkat, hingga panggilan ketiga akhirnya diterima.
"Hallo, dengan ida disini"
"Ha-hallo kak ida, ini Ara"
"Ara? yang tinggal di sebelah rumah saya?"
"Iya kak, em.. bu lesti seminggu yang lalu menawari saya untuk bekerja menjadi pembantu di rumah majikan kak ida. Apa masih bisa ara bekerja disitu?"
"Iya, kemarin ibu saya sudah bilang kalau dia menawari lowongan itu ke kamu, tenang aja ini masih bisa kok ra. Kamu bersedia bekerja disini?"
"Iya kak, Ara bersedia. Ara ini sudah berada dijakarta"
"Wah.. bagus donk kalo gitu, kamu langsung kesini aja. Ini kamu posisi sudah dimana?"
"Ini ara di taman kota sebelah terminal kak"
"Oke, kalo gitu kamu cari ojek aja. Ini alamatnya kukirim lewat pesan teks ya"
"I-iya kak. Terima kasih banyak kak"
"Iya sama-sama. Untung kamu bersedia, soalnya ini benar-benar butuh tambahan pembantu. Apalagi 2 hari lagi cucu majikanku mau ngadain pesta besar. Dan pengen ngadainnya di rumah, jadi pembantu pasti pada repot banget"
"hehe.. baik kak. ini Ara langsung kesitu ya"
"Iya, nanti bilang aja sama pak satpam yang di depan kalo kamu saudara teh ida nanti pasti di anterin masuk kerumah. Ya sudah aku tutup ya. Aku tunggu kamu disini"
"Iya, makasih kak"
"Sama-sama"
Lalu panggilan diakhiri. Tidak lama kemudian ada pesan masuk dari ida. Tertera alamat lengkap rumah majikan ida, rumah itu berada di perumahan elit.
Ara lalu membuka salah satu aplikasi jasa ojek online melalui ponselnya. Setelah mendapatkannya, Ara berjalan menuju trotoar, tak lama menunggu ojek yang dipesannya datang. Mengantarkannya pada tujuan.
30 menit diperjalanan, akhirnya sampailah dia pada alamat yang ditujunya. Tepat di depan gerbang menjulang tinggi ara diturunkan. Ara sangat takjub melihat rumah besar nan mewah itu.
"Akang, apa ini benar alamat yang saya tuju itu?" tanya ara pada tukang ojek itu karena merasa ragu.
"Benar neng, ini sudah sesuai alamat yang eneng kasih, ini rumah keluarga bagaskara"
"Ba-bagaskara? bagaskara yang orang terkaya itu?!!" Ara merasa tidak percaya bahwa dia akan melayani keluarga itu.
"Benar neng"
"Wahhhh.. oh iya.. maaf kang lupa ngasih uangnya. inih kang" Ara memberikan uang lima puluh ribuan.
"Iya neng nggak apa-apa. Terima kasih ya neng"
"Iya kang, sama-sama. Terima kasih juga sudah diantar kesini dengan selamat"
"Sama-sama neng. Saya tinggal ya neng"
"Iya kang"
Setelah tukang ojek itu pergi, Ara melangkah menenteng tasnya. Ara menuju pos satpam yang berada di samping gerbang tinggi itu. Disana ada pak satpam yang ara yakini bahwa itu pak satpam yang dimaksud ida tadi.
"Selamat siang pak"
"Iya selamat siang, ada yang bisa saya bantu neng?"
"Saya Arabella pak, saudara teh ida, salah satu pembantu dirumah ini"
"Owalah.. eneng yang katanya pembantu baru dirumah ini ya?"
"Iya pak"
"Wah cantiknya si eneng ini, bapak kirain tadi tamunya tuan muda, ya udah ayo bapak anterin ke dalam menemui neng ida"
Mereka masuk kedalam rumah itu. Ara semakin terkagum-kagum melihat betapa luas dan mewahnya rumah tersebut. Hingga dia hampir terjungkal jika tidak ada yang memegangi lengannya.
Ara mendongak menatap pria di depannya yang bertubuh tinggi dan.. tampan.
"Kalau jalan hati-hati. Nanti kamu jatuh"
"I-iya kak. Maaf.. dan.. Terima kasih" Ara menundukkan kepalanya merasa malu dan bersalah karena sudah ceroboh dengan dirinya sendiri.
"Jangan meminta maaf padaku, minta maaflah pada dirimu sendiri. Kamu hampir melukai diri sendiri"
Ara mengerjab merasa takjub dengan yang dikatakan pria itu.
"Kamu siapa?" tanya pria itu karena baru pertama melihat ara dirumah itu.
"Saya saudara teh ida kak. Teh ida bekerja dirumah ini"
"Oh.. saudara bi ida. Kamu cantik"
"Iya.. eh,.a-apa?" Ara terkejut mendengar kata terakhir yang diucapkan oleh pria itu. Dan tak sadar bahwa pipinya sudah bersemu merah.
Menyadari pipi gadis di depannya sedang bersemu menahan malu, pria itu tersenyum lalu mengusap lembut rambut ara. "Kamu cantik. Siapa namamu?"
Mendapatkan perlakuan seperti itu dari pria tersebut, Ara semakin menundukkan kepalanya.
"Sa-saya Ara. Arabella kak"
"Nama yang cantik, Ara" Bisik pria itu.
Pria itu melepaskan usapannya pada rambut ara. Lalu pergi begitu saja. Ara mendongak lalu mengerjabkan matanya merasa heran dengan tingkah pria itu???
"Pria aneh" batin Ara.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella
RomanceWARNING!!!!!!!! 21+ area!!!! Karena mengandung adegan ranjang, kekerasan dan kata-kata vulgar. Arabella (19 thn), Gadis desa yang mempunyai paras jelita, Hidup sebatangkara tanpa orang tua tanpa keluarga, dia besar dipanti asuhan lalu setelah lulus...