Kelopak berwarna tan itu terbuka. Menampilkan irish sapphire yang terlihat sedikit menggelap.
Ingatan terakhir sebelum dia jatuh tertidur, membuat dirinya merasa jengah dengan hidupnya.
Tadi setelah dia membaca habis isi diary milik Naruto Otsutsuki, pintu kamar -yang sekarang dihuninya- di dobrak secara paksa dari luar.
Naruto tidak tahu siapa pelakunya, namun pelakunya bukan hanya satu. Tapi banyak.
Dia ketakutan dan menahan tawanya. Entahlah sudah berapa jam dia tidak berbicara. Semoga saja pita suaranya tidak rusak.
"Apa kau sekarang menguji kemampuanmu untuk menghapuskan keberadaan seseorang, hn?"
Dia mengerjapkan matanya berkali-kali, merasa dirinya berhalusinasi. Sebuah senyuman terlukis di bibir tipis itu.
"Dobe"
Ini nyata!
"Teme!"
Naruto segera memeluk erat tubuh pemuda berambut raven di depannya. Sebuah isakan lolos dari bibir plum. Syukurlah. Dia kira tidak akan ada yang menyelamatkannya.
Tubuhnya bergetar karena menahan suara yang ingin keluar.
"Jangan berteriak nanti orang gila itu datang membawa kapaknya" ucap Sasuke membuat Naruto menjerit keras.
Jari-jari lentiknya mencengkram erat seragam Sasuke. Dia kira dia sudah pulang ke rumah, tapi sepertinya harapannya sia-sia. Dia masih di sini. Di tempat neraka dunia.
Sasuke melepaskan pelukan Naruto. "Dengar," tangan alabaster itu menangkup wajah Naruto yang berurai air mata.
"Kita harus segera keluar dari sini" ucap Sasuke mendapatkan anggukan kepala dari Naruto. Naruto memegang tangan Sasuke yang menangkup wajahnya.
Dia masih belum percaya, Tuhan mengirimkan seorang malaikat penyelamat untuknya.
"Aku punya kuncinya. Kita akan lewat pintu rahasia" ucap Sasuke lalu berdiri dari duduknya. Naruto terlalu senang untuk menyadari hal yang ganjil dari ucapan Sasuke.
"Oh iya, jangan lupa bersihkan ingusmu" ucap Sasuke lalu mengusapkan tangannya ke tembok.
Wajah yang tadi menangis, kini tergantikan dengan tatapan datar. 'Orang ini' batin Naruto.
"Bagaimana kau bisa ada disini?" tanya Naruto saat otaknya memerintah dirinya untuk bertanya.
"Aku mengikutimu, setelah mendengar rencanamu" ucap Sasuke. Sebenarnya Naruto tidak percaya tapi melihat seragam Sasuke. Naruto mempercayainya. Pasti Sasuke mendengarnya saat dia dan Gaara berbicara tentang Mansion Raven.
Tapi, kenapa Sasuke tahu kalau hari ini dia ke Mansion Raven? Bukankah Gaara menerima pesan darinya lewat ponsel? Kenapa-aaarrrggghhh
'Kepalaku pusing' batin Naruto.
Tiba-tiba Naruto mengingat Gaara. "Teme, kita harus mencari Gaara. Tadi, aku berpisah dengannya" ucap Naruto membuat Sasuke berbalik dan menatapnya.
"Dengan Gaara?" gumam Sasuke sambil mengernyitkan dahinya.
Pasalnya dia sedari kemarin mengikuti Naruto, pemuda pirang itu selalu sendiri. Dia berbicara sendiri. Tidak ada seorang yang berjalan bersamanya. Tapi,
Sasuke menatap manik sapphire itu. Tidak ada setitik kebohongan di dalamnya.
"Iya. Tadi aku dikejar orang yang membawa kapak itu, kami berpisah. Dia terkejut dan meninggalkanku. Gaara masuk ke sebuah pintu, sedangkan aku masuk dua pintu setelahnya" jelas Naruto membuat manik obsidian itu menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raven's Mansion [Complete]
FanfictionNaruto baru saja pindah ke Konoha. Hari pertama masuk sekolah, dia terkena detensi untuk membersihkan gudang di gedung lama. Dan saat sedang menjalankan hukumannya, Naruto menemukan sebuah surat kabar lama. Disana tertulis sebuah berita tentang ruma...