Rona atmosfer mendadak menjadi legam, pirau mengarsir partikel-partikel di udara, asap tebal mengepul di sekeliling menyebabkan semua tampak samar. Semuanya terjadi begitu cepat, Hoseok yang menghunjamkan proyektil ke organ vital Jaehyun dan hendak akan melakukan hal yang sama kepada mereka apabila puing bangunan tidak runtuh di atasnya.
Audrina berlindung di balik konter check-in, sekilas potret helikopter mengitari gedung tertangkap oleh penglihatannya, dapat dipastikan itu adalah Mia dan anggota badan intelijen lainnya yang sempat dihubungi lewat transponder. Butuh beberapa sekon bagi Audrina menyadari bahwa dia sendirian, terpisah dari Seokjin, Rin, dan Taehyung sebab berpencar merupakan opsi yang cukup akurat guna mencegah lebih banyak korban.
Sejenak, jagat raya melentur, terdistorsi agresif hingga membuat Audrina mengerjapkan mata nanar, terbatuk dan nyaris sesak napas lantaran hanya segelintir oksigen masuk ke dalam paru-paru. Kedua telinganya bergaung bising, secara naluriah dia menyentuh salah satunya hanya untuk menjumpai jemari berlumur likuid merah.
Terai represi seketika mengaliri untaian saraf sesaat Audrina mengingat luka-luka yang menjejali badan, dia meringis atas terjangan agoni dan pening yang menyebabkan kepala berdenyut ngilu, sepasang netra otomatis tertutup dikarenakan kesakitan luar biasa. Tampak emulsi yang menginjeksi sistem, yang terpompa di dalam dirinya tidak berfungsi dengan benar sebab Audrina hampir tidak dapat merasakan punggung dan kakinya.
Audrina menarik napas getir sambil merasakan bangunan berhenti bergetar sebelum mengangkat fisik dari konter, seluruh tubuh mengenyam sakit dan kubangan darah meliputi lantai tempatnya berpijak. Audrina tahu dia butuh perawatan medis, tetapi Seokjin benar, mereka sudah kehabisan waktu.
Manik klorofilnya memindai seluruh penjuru celah—reruntuhan, tubuh, darah, semuanya menjadi separas. Tidak banyak yang bisa dilihat, namun suara-suara di luar sana cukup keras untuk menunjukkan bahwa semua prajurit Jaehyun masih berjuang membarikade bandara agar tidak lagi kedatangan infiltran.
Si wanita baru saja ingin memanggil nama mereka ketika sebuah bayangan mendekat dengan tergesa hingga Audrina nyaris tidak memiliki waktu untuk menghindari pukulan.
Hoseok.
Tentu saja, dia selamat.
Seandainya situasi berbeda, Audrina pasti akan merotasikan bola mata mengamati betapa gigih Diana membentuk jiwa yang tak bersalah menjadi makhluk haus akan ambisi melenyapkan oponen. Sebenarnya itu sama sekali tidak mengejutkan karena sepertinya si revolusioner membuat para spionase seolah mempunyai sembilan nyawa.
Audrina merutuk dalam hati selagi menepis segala pukulan yang diarahkan padanya, tetapi dia sangat kompeten. Hoseok benar-benar memanfaatkan gerakannya yang melambat lantaran kehilangan banyak darah. Namun, dia menyadari bahwa manuver Hoseok telah dikalkulasikan—ya, itu bermaksud untuk menyakiti, tetapi tidak pernah dimaksudkan untuk membunuh.
"Untuk sekali ini, aku setuju dengan Presiden kalian sebelumnya." Suara Diana tiba-tiba bergema mengisi kekosongan ruang, vokalnya sangat lembut, mungkin dapat disalahartikan menenangkan oleh publik. "John F. Kennedy pernah berkata bahwa masalah yang terjadi di dunia merupakan ulah manusia sehingga kapabel untuk diselesaikan juga oleh manusia. Sayangnya, bagian inferior dari perspektif ini adalah tidak ada individu yang ingin bertanggung jawab."
Terperanjat efek mendengar bahana si iblis, Hoseok langsung mengambil alat pemindai tiket dan melemparkannya ke arah Audrina, menyebabkan si wanita kembali kehilangan ekuilibrium.
"Kalian seharusnya bersyukur karena aku bersedia melakukannya," tuturnya sambil terkekeh jahat, bersamaan dengan Hoseok memungut belati entah dari mana. "Setelah aku memusnahkan setengah populasi, kita akan memulihkan kembali kemanusiaan—itu jika kalian mampu menempuh radiasi parsel yang akan kuberikan sebentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aegis
Fanfiction❝She's contagious, a sickness I'm dying to catch.❞ ──────────── Kim Seokjin • Female OC © yourdraga 2019