Hujan itu datang lagi. Seperti seminggu lalu saat semua itu terjadi. Saat itu, hujan seakan menemani kekecewaan yang menyelimuti Hana. Hujan yang menjadi saksi akhir dari kisah Hana bersama Bagas, kekasihnya.
"Aku gak ngerti Vin. Kenapa Bagas tega banget mutusin aku. Aku tahu aku salah tapi seenggaknya dia kasih aku kesempatan." Curhat Hana penuh tangis pada Vina sahabatnya.
"Sabar Han, semua itu pasti ada hikmahnya". Jelas Vina sembari memeluk sahabatya Hana.
"Aku ngerasa bodoh banget Vin."
2 Bulan Kemudian
Semester 5 perkuliahan akan berakhir sebentar lagi. Semester ini adalah masa perkuliahan yang paling berat jika dibandingkan semester sebelumnya. Begitulah yang dirasakan Hana saat ini. Terlepas dari patah hati yang masih menyelimutinya setelah putus dari Bagas, ia tetap harus menyelesaikan semester ini dengan baik.
"Libur semester ini aku sama mas Ian rencananya mau naik gunung Han. Sebenarnya aku masih belum siap sih, cuma kata mas Ian mumpung liburan semester ini panjang."
"Wah asik dong. Dulu aku kepingin banget malah naik gunung. Tapi nggak pernah kesampean."
"Gimana kalo kamu ikut aja Han. Lagian nggak enak juga kalo aku nggak ada temen cewek."
"Nggak ah, tar aku jadi obat nyamuk lagi."
"Ya nggak lah, kamu pikir aku berdua aja sama mas Ian?. Mas Ian juga ngajakin temennya. Namanya Deni anak Geologi. Seanggakatan sama mas Ian. Sama-sama anak mapala juga kaya mas Ian. Jadi kalo kamu ikut kita jadi berempat. Kan seru Han. Kamu ikut ya! Please.
"Hmm, gimana ya.. Yaudah deh aku mau. Kayanya seru juga."
"Yeay.. asik." Teriak Vina kegirangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Hana
Short StorySebelum bintang-bintang datang selalu ada senja yang indah menyertainya.