Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Semester 5 akhirnya berlalu. Meski begitu, Hana tak bisa membohongi perasaannya. Hatinya masih belum sembuh betul. Ia masih ingat Bagas. Wajar saja, Bagas sudah 3 tahun menemaninya. Tentu itu tidak mudah bagi Hana untuk melupakannya. Waktunya yang dulu banyak dihabiskan bersama Bagas, kini Hana lebih suka menghabiskan waktu di rumah.
Pagi itu, bel rumah Hana berbunyi. Baru saja Hana hendak beranjak dari tempat tidurnya. Sontak saja Hana terkejut melihat Vina sudah berada di rumahnya. Pagi- pagi gini mau ngapain sih Vina, pikir Hana dalam hati.
"Kamu ngapain pagi-pagi gini kerumahku Vin?"
"Kamu ggak liat aku pake baju olahraga. Ya mau ngajak lari pagi lah, minggu depan kan kita naik gunung. Jadi kita harus persiapin fisik juga."
"Harus pagi-pagi banget ya?"
"Ya iya dong Hana. Masa tengah hari bolong."
"Tapi aku belum mandi."
"Udah nggak usah mandi, nanti aja mandinya setelah lari pagi."
"Ya udah aku siap-siap dulu."
10 menit kemudian, Hana sudah selesai cuci muka, sikat gigi, dan menggunakan training plus kaos. Walaupun nggak mandi, tapi Hana masih tetep kelihatan manis. Gadis berkacamata itu juga menguncir rambutnya yang panjang.
"Kita larinya kenapa nggak dideket rumah aja sih?" Protes Hana yang masih terlihat mengantuk pada Vina. Hana heran nggak biasa banget Vina ngajakin lari di stadion bola.
"Aku udah janjian sama Mas Ian. Kita lari pagi bareng sakaligus ngomongin persiapan buat naik gunung. Temennya Mas Ian juga ikut. Nah itu mereka."
Bertapa terkejutnya Hana, ketika bertemu Mas Ian dan temannya. Hana mungkin pernah beberapa kali bertemu Mas Ian. Ia hanya tahu Mas Ian dari Vina, sahabatnya. Tapi, bukan itu yang membuat Hana terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah ketika ia melihat orang yang datang bersama Mas Ian. Lelaki itu memang tampan dan terlihat serasi dengan gayanya yang kasual. Siapun cewek yang melihatnnya pasti mengakui itu. Tapi yang membuat Hana terkejut lelaki yang bersama Mas Ian itu adalah kakak sepupunya sendiri.
"Hai Hana." Sapa lelaki itu sembari tersenyum manis pada Hana.
Hana hanya bengong. Ia merasa betapa bodoh dirinya yang tidak menyadari bahwa kakak sepupunya itu akan pergi naik gunung bersamanya.
"Loh kak Deni udah kenal sama Hana?." Tanya Vina penasaran.
"Kak Deni itu kakak sepupuku Vin." Jelas Hana
"Ohh, kok kamu nggak pernah cerita si Han."
"Udah-udah sekarang kita mending lari pagi aja. Nanti habis itu, baru kita diskusiin soal keberangkatan kita." ajak Mas Ian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Hana
Short StorySebelum bintang-bintang datang selalu ada senja yang indah menyertainya.