Sedihmu

13 1 0
                                    

Setahun Kemudian

Senja kala itu tak seperti biasanya. Tak terang seperti biasanya. Mendungnya membawa kesedihan. Terkhusus untuk Deni. Ayahnya tengah sakit parah akibat mengidap penyakit kanker paru-paru.

Namun, Hana merasa ada yang aneh disaat Pak De nya tengah sekarat itu, ia tak melihat keberadaan Deni di rumah sakit. Sebagai anak satu-satunya, seharusnya Deni ada disamping ayahnya kala itu.

" Jadi Deni sudah tahu mbak?" Tanya ibu pada Bude

"Iya, Masmu sendiri yang memberi tahu pada Deni. Dia ingin memberi tahu semuanya pada Deni sebelum dia pergi. Deni kelihatan sangat hancur Ran. Aku nggak sanggup ngelihat dia seperti itu." Jelas Bude pada ibu sambil menangis tersedu-sedu.

Hana yang sedari tadi yang tak sengaja mendengar itu semua sangat kaget. Meski ia tak mengerti apa yang tengah dibicarakan Ibu dan Budenya, ia tahu saat ini Deni sangat terpukul menerima kenyataan yang harus diterimanya.

Setelah Bude masuk kembali keruang ICU. Hana menghampiri ibunya.

"Bu, sebenarnya ada apa sama kak Deny? Kenapa Bude ngomong gitu?'

"Kamu dengar pembicaraan Ibu sama Bude?" Tanya Ibu pada Hana.

"Maaf bu,"

"Bude dan Pak De sebenarnya tidak bisa punya ketrunan Han. Deni itu bukan anak Bude. Ia adalah anak angkat Bude. Dia adalah anak yang lahir diluar nikah. Ibunya tetangga Bude saat tinggal di Bengkulu."

Sempat tak percaya akan apa yang baru saja ia dengar. Hana tahu sekarang Deni sangat terluka.

Bergegas ia mencari Deni. Entah bagaimana caranya ia harus menemukan Deni. Hana menelepon Mas Ian, namun hasilnya nihil. Mas Ian pun tak tahu dimana keberadaan Deni.

Dalam kebingungannya Hana teringat senyuman Deni saat melihat senja digunung Sumbing kala itu. Saat itu ia melihat Deni sangat bahagia. Dalam lamunannya, Hana teringat pada Deni sangat suka melihat senja. Hana bergegas ke dermaga, tempat yang paling indah untuk melihat senja dikotanya itu.

Benar saja, Deni ada disana. Hana perlahan mendekati Deni. Ia pun tak sanggup melihat Deni. Deni sedang terduduk dengan tatapan kosong. Hana akhirnya sampai dihadapan Deni. Deni sama sekali tak bergeming dengan kehadiran Hana.

Hana duduk disamping Deni. Hana tahu betapa hancurnya perasaan Deni saat ini.

"Kak, aku disini." Setelah sekian lama akhirnya Hana memberanikan diri bersuara.

Deni hanya membalas dengan menatap Hana. Tatapan itu menggambarkan betapa terlukanya Deni.

"Kak, aku disini untuk kakak."

"Kamu sudah tahu?"

"Iya."

"Aku nggak perlu rasa kasihan dari siapapun, termasuk kamu."

Hana sangat terkejut dengan perkataan Deni.

"Aku nggak pernah mengasihanimu kak. Aku sayang kamu. Karena itu aku ada disini."

Tangis Deni kali ini pecah. "Rasanya sakit Han." Hana tak bisa berkata apapun, ia hanya bisa memeluk Deni. Tak terasa air mata Hana juga jatuh. Seakan ia juga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Deni.

"Aku ini anak haram Han. Anak haram."

"Kak..."

Senja Untuk HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang