Senja untuk Hana

26 1 0
                                    

Keesokan harinya.

Hari ini terasa berbeda. Sedari pagi Hana sudah sibuk menyiapkan baju untuk sore nanti. Dia tahu sore ini akan menjadi sore yang sangat berarti baginya.

Siangnya ia memutuskan untuk membeli alat make up. Tentunya dengan bantuan Vina, Hana mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Saat tengah berbelanja, Hana melihat Bagas menghampirinya.

"Hana, kamu apa kabar?"

"Baik, kamu?"

"Sama. Han, bisa ngobrol sebentar?"

Dengan bingung, Hana hanya mengiyakan ajakan Bagas.

"Hm, kamu mau ngomong soal apa? Maaf tapi aku lagi buru-buru."

"Soal alasan aku putusin kamu. Mungkin kamu udah ngelupain aku. Tapi aku mau mengakui satu hal sama kamu. Saat kita pacaran dulu aku selingkuh dari kamu."

"Kalau aja kamu bilang ke aku saat itu aku pasti hancur banget Gas."

"Maafin aku Hana. Aku tahu aku salah. Hari itu, aku lagi jalan sama selingkuhanku. Dijalan tiba-tiba ada seorang cowok menghampiri aku dan mukul aku. Cowok itu Deni, dia ngehajar aku habis-habisan hari itu. Dia bilang supaya aku jangan pernah nemui kamu lagi. Apapun alasannya."

"Saat itu aku sangat marah. Deni bersikap seperti pahlawan buat kamu. Sementara aku pacar kamu waktu itu. Sampai suatu saat aku sadar kalau Deni punya perasaan sama kamu. Walaupun dia sepupu kamu. Aku masih bisa bedain mana yang sayang sebagai saudara mana yang sayang karena cinta."

"Setelah kejadian itu, aku coba ajak bicara Deni supaya aku bisa nemui kamu lagi. Tapi saat aku mau nemui dia, nggak sengaja aku dengar dia ngajak temennya Ian untuk bantu dia ngehibur kamu. Dia tahu kamu kepingin naik gunung. Dia berusaha buat wujudin itu. Akhirnya aku sadar, bahwa sayang dia ke kamu lebih besar daripada sayang aku ke kamu."

"Makasih atas penjelasan kamu Gas, tapi aku harus pergi sekarang."

Setelah mengetahui semua itu Hana mencoba menghubungi Deni. Namun, panggilan itu tak ada jawaban.

"Udah Han tenang dulu. Ntar juga kamu bakal ketemu sama dia kan.." ujar Vina pada Hana yang terlihat gelisah.

"Aku nggak ngerti sama perasaanku Vin. Aku pengen nemui dia sekarang."

Sore itu saat langit tak begitu cerah, di jam yang sama seperti kemarin Hana datang dengan penampilan terbaiknya sembari membawa kotak coklat muda itu.

1 jam berlalu, 2 jam berlalu, namun tak ada tanda-tanda kehadiran Deni. Dihubungi pun tak ada jawaban. Langit semakin gelap, seperti akan turun hujan. Akhirnya Hana memutuskan untuk membuka kotak itu. Didalamnya terdapat foto dan sebuah surat. Foto itu adalah foto kecil Deni bersama Hana yang terlihat begitu bahagia. Hana tersenyum melihat foto itu. Namun surat itu ternyata adalah sebuah jawaban.

Untuk Hana, wanita yang kucintai.

Maaf karena kehadiranku hanya terwakili melalui surat ini. Jujur mungkin aku tak punya cukup nyali jika mengatakannya langsung padamu.

Aku sangat menyayangimu Hana. Entah kapan mulanya perasaan ini ada.

Kamu mungkin tak ingat. Saat kita kecil sebelum aku masuk SD dan kamu belum masuk taman bermain. Kita sangat dekat. Kedekatan itu bermula saat aku jatuh dari sepeda dan ketika itu kamu menghiburku dengan memberikan permen padaku. Sejak kejadian itu aku ingin melindungimu Han. Bahkan saat angsa-angsa itu menyerangmu. Aku yang masih belum punya cukup nyali tak akan bisa tinggal diam melihatmu menangis ketakutan.

Namun, sayangnya semenjak kita beranjak remaja dan kita jarang bertemu, membuat kita tak cukup dekat. Aku bingung bagaimana harus melindungimu Han. Dengan bodohnya agar aku bisa memiliki nyali, kulatih keahlianku dalam berkelahi di sekolah. Tapi ternyata itu membuatmu semakin takut melihatku dan kita semakin menjauh.

Sampai saatnya tiba, aku tetap menunggu untuk bisa dekat denganmu. Dan tibalah saat aku merasa cemburu saat melihat ada lelaki lain yang bisa begitu dekat denganmu. Sementara aku tidak. Dalam kecemburuan itu aku sadar aku mencintaimu Han.

Sampai tiba saatnya kita mendaki gunung bersama. Disana aku merasa sangat bahagia. Aku bisa lebih dekat denganmu hingga kini.

Kamu mungkin penasaran kenapa aku tidak datang sore ini.

Aku pergi. Aku tahu kamu tidak akan suka mengetahui ini. Aku pamit melalui surat ini. Aku takut untuk berpamitan langsung padamu. Aku takut akan goyah jika aku melihat kesedihanmu.

Aku harus pergi untuk mencari ibuku Han. Setelah itu aku akan kembali padamu. Sebagai gantinya kukirimkan senjaku untukmu. Jika kamu rindu, lihatlah senja itu. Percayalah bahwa kita menatap senja yang sama. Hatiku akan selalu bersamamu Hana.

Deni

Hujan turun perlahan bersama rintikannya. Hana masih tak bergeming menatap surat itu. Airmata itu masih tertahan dipelupuk mata. Hingga hujan membantunya jatuh untuk melepaskan semua rasa kehilangan Hana.

                                                                                -END-

Senja Untuk HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang